Frans tak pernah menunjukkan perasaannya pada Anna, hingga di detik terakhir hidup Anna. Wanita itu baru tahu, kalau orang yang selama ini melindunginya adalah Frans, kakak iparnya, yang bahkan melompat ke dalam api untuk menyelamatkannya.
Anna menitihkan air mata darah, penyesalan yang begitu besar. Ferdi, pria yang dia cintai ternyata hanya memanfaatkannya untuk mendapatkan perusahaan ayahnya dan kekayaan keluarga Anna.
Kedua tak selamat, dari kobaran api kebakaran yang di rancang oleh Ferdi dan Gina, selingkuhannya yang juga sahabat Anna.
Namun, Anna mendapatkan kesempatan kedua. Dia hidup kembali, terbangun tiga tahun sebelum pernikahannya dengan Ferdi. Tepat di hari ulang tahunnya yang ke 20.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23. Kembali Cuek
"Non, biar pak Ardi yang ketuk pintu rumahnya!" kata pak Ardi setelah membukakan pintu mobil untuk Anna. Dan setelah Anna keluar dari dalam mobil.
Namun, Anna menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Tidak usah pak Ardi, aku saja. Pak Ardi, pulang saja!"
Wajah pak Ardi terlihat khawatir.
"Tapi kalau tidak ada orangnya, bagaimana nona? nanti nona Anna pulangnya bagaimana?" tanya pak Ardi.
Jelas pria paruh baya itu sangat menghawatirkan Anna. Anna jadi sangat menyesal, kenapa dulu membiarkan Ferdi dan Gina sering main perintah pak Ardi seenaknya.
Dan setiap ada masalah dengan mobil yang habis pakai Ferdi, Ferdi selalu menyalahkan pak Ardi. Anna juga malah membela Ferdi, bukan pak Ardi di depan ayahnya.
Anna tersenyum pada pak Ardi.
"Pak Ardi, terimakasih"
Pak Ardi yang tiba-tiba saja mendapatkan ucapan terimakasih dari Anna itu sangat terkejut. Dia bahkan tidak enak hati malah.
"Non, jangan bilang begitu. Kenapa mengucapkan terimakasih. Bapak mana pantas..."
"Kata siapa tidak pantas? pak Ardi sangat baik dan perhatian padaku. Selalu memastikannya aku aman sampai di rumah. Sekarang pak Ardi pulang saja. Ajak anak istri bapak jalan-jalan. Bapak libur sampai jam 5 sore nanti. Jam 5 sore, jemput aku lagi di sini. Aku akan kirimkan uang jajan untuk Lulu dan Sandy lewat pak Ardi. Selamat bersenang-senang pak Ardi" kata Anna yang bahkan mengirimkan uang untuk kedua anak pak Ardi.
Ponsel pak Ardi berbunyi, itu nada notifikasi masuk. Pak Ardi melihat ponselnya. Dan matanya berkaca-kaca.
"Non, ini banyak sekali? non... "
"Pergilah sekarang pak Ardi, nanti taman bermain keburu tutup!" kata Anna.
Pak Ardi mengangguk dengan cepat. Wajahnya tampak begitu bahagia.
"Iya non, bapak berangkat sekarang. Terimakasih banyak non!" kata pak Ardi yang langsung masuk kembali ke dalam mobil.
Sebelum pergi, pak Ardi menoleh ke arah Anna dengan mata berkaca-kaca. Anna bisa melihat ketulusan dan kebahagiaan besar di mata pak Ardi.
Anna melambaikan tangannya, pak Ardi membunyikan klakson mobilnya sebelum pergi.
Anna menurunkan tangannya. Hatinya menjadi begitu hangat. Dia juga terharu, hanya dengan 5 juta saja, pak Ardi begitu berterimakasih padanya. Matanya begitu tulus dan pastinya pak Ardi akan semakin baik dalam pekerjaannya ke depan.
Ada penyesalan di hati Anna. Sedangkan dulu, dia sibuk menyenangkan Ferdi. Bahkan lebih dari 50 juta setiap kali berbelanja. Namun tidak ada ucapan terimakasih yang tulus. Dan malah pengkhianatan yang dia terima.
Rasanya, dia benar-benar telah menyesalinya. Kenapa dia melupakan orang-orang yang begitu baik dan perduli padanya, untuk Ferdi yang seorang pengkhianat itu.
Anna menghela nafasnya panjang. Dia berbalik, dan melihat pintu yang masih tertutup itu.
Anna mencoba mengirim pesan pada Frans. Tapi, lagi-lagi tidak dapat terkirim. Anna menghela nafasnya panjang.
Tangannya mulai terangkat ke arah pintu.
Tok tok tok
Anna melihat ke arah jendela, tapi sayangnya jendelanya gelap kalau dari luar.
Tok tok tok
Anna mulai gelisah, masalahnya dia sudah mengetuk selama beberapa kali. Tapi, tidak ada tanda-tanda pintu itu akan terbuka.
Anna melihat ke arah tangannya, sudah memerah.
"Mas, tanganku sudah merah! aku tidak akan mengetuk lagi. Aku akan menunggu sampai mas keluar!" teriak Anna ke arah lubang ventilasi yang ada di atas pintu.
Anna duduk di teras, di depan pintu. Kakinya dia luruskan dan bersandar di pintu itu. Sebenarnya posisi yang Anna pilih ini tidak benar sih. Karena kalau Frans membuka pintu, nanti dia bisa jatuh ke belakang.
Frans yang memang habis kerja malam, dan tadi memang sedang tidur. Membuka matanya perlahan, rambutnya masih acak-acakan. Dan yang lebih gong lagi adalah, dia hanya pakai celana pendek di atas lutut, dan juga kaos oblong kebesaran favoritnya. Namanya juga hanya tidur kan.
Semalam dia benar-benar lelah, banyak sekali barang dan makanan yang harus di antar. Tapi bonusnya juga lumayan. Frans yang sepertinya mendengar suara Anna, segera bangkit dan duduk di atas tempat tidurnya.
Dia berusaha mengumpulkan nyawanya, istilahnya begitu. Lalu dia mengerjakan mata beberapa kali.
Frans turun dari tempat tidur. Lalu membuka pintu kamarnya.
"Aku pasti berhalusinasi!" gumamnya yang pada akhirnya merasa kalau pasti dia hanya berhalusinasi.
Frans menuju ke arah dapur. Dia membuat secangkir kopi. Seperti biasanya, kalau dia bangun, dia akan buat kopi lalu ke depan rumah untuk menyapu halaman atau memeriksa motornya.
Frans membuka pintu.
"Agkhhh..."
Frans menjatuhkan cangkir yang dia pegang ke arah belakang. Dan segera berlutut menjatuhkan dirinya supaya bisa menangkap Anna.
Brukk
Anna pikir dia terjatuh, tapi ternyata kedua tangan Frans menahan kepala Anna. Bahkan posisi mereka saat ini sangat canggung.
Frans yang kedua telapak tangannya berada di bawah kepala Anna. Tentu saja posisi kepalanya sangat dekat dengan Anna. Lebih spesifiknya lagi, kedua wajah mereka berhadapan, tapi dengan posisi yang berlawanan. Namun mata mereka tetap bertemu pandang. Dan saling terkunci satu sama lain.
Hingga Frans merasa kakinya terkena air kopi panas yang mengalir dari arah belakangnya.
Gerakan kecil dari Frans, menyadarkan Anna. Membuat Anna segera bangkit dan melihat apa yang telah terjadi.
"Mas kakimu..."
Mata Anna melebar, dia tadinya mau berdiri untuk membantu Frans. Tapi sepertinya tangannya salah sentuh.
Frans segera menjauh, dan dia segera bergegas ke kamar mandi.
Anna mengangkat tangannya, melihat ke arah telapak tangannya yang menyentuh sesuatu yang agak keras tapi lembut. Bagaimana menjelaskannya? pokoknya seperti itu.
Wajah Anna bersemu merah. Sementara di kamar mandi. Frans bahkan tidak hanya mengguyur kakinya dengan air dingin karena terkena air kopi panas tadi. Tapi, dia juga mengguyur kepala atas dan kepala bawahnya. Yang menegangg tiba-tiba tadi.
Mendengar suara guyuran air berkali-kali. Anna yakin kalau Frans pasti sedang mandi. Anna pun berjongkok dan meraih pecahan gelas yang ada di lantai.
Setelah itu, dia bahkan mencari kain pel di dapur.
"Bagaimana cara menggunakan benda ini?" gumamnya yang memperhatikan alat pel yang sudah dia pegang itu.
Karena memang belum pernah melakukan hal itu sama sekali. Anna mencari tahu di internet, dia menghafalnya dengan baik. Lalu mempraktekkannya.
Anna tersenyum, ketika dia berhasil menggunakan alat itu, dan cairan kopi yang ada di lantai sudah bersih.
"Kok airnya, iyuhhh... kenapa jadi kotor begini? bagaimana cara membersihkannya...."
Frans yang baru keluar dari kamar mandi, dan melihat apa yang Anna lakukan segera mengambil tongkat alat pel itu dari tangan Anna.
"Aku saja, kamu cucilah tanganmu!" kata Frans.
Anna tersenyum, ketika melihat Frans yang sudah tidak acuh lagi padanya. Seperti anak kecil yang kemauannya dituruti, Anna mengangguk senang, dan segera bergegas ke kamar mandi.
Tak lama, Anna keluar. Dan melihat Frans sedang berada di dapur.
"Mas..."
"Ferdi sedang bekerja, kalau siang hari begini, dan bukan weekend, sebaiknya kamu cari dia di perusahaan Wiguna" sela Frans yang bicara tanpa melihat ke arah Anna, tapi tetap menuangkan jus buah untuk Anna.
Anna menghela nafas panjang.
'Kenapa kembali ke nol lagi, sudah kayak petugas pengisian bahan bakar saja. Apa yang salah ya? kenapa mas Frans cuek lagi padaku?' batin Anna bingung.
***
Bersambung...
" hay sayang " 🤣🤣🤣