Angkara Afrizal Wijaya, ketua osis yang kehidupannya hampir sempurna. Tetapi, karena kehadiran adik kelas yang sangat menyebalkan. Kesehariannya di sekolah bagaikan neraka dunia.
Dia adalah Alana, gadis gila yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Angkara tanpa kenal lelah. Alana adalah ketua geng motor Avegas.
"Kak Angkasa!"
"Nama aku Angkara!"
"Tetap saja aku akan memanggilmu Angkasa, Angkara Sayang."
Kisah cinta abu-abu pun di mulai! Akankah gadis gila seperti Alana, mampu meluluhkan hati ketua osis galak?
Follow tiktok: Cepen
Ig: tantye005
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 ~ Terjebak dalam permainan
"Philophobia, atau bisa dikatakan takut jatuh cinta."
Alana sedikit tertegun mendengar jawaban dari tante Salsa. Ia tak pernah menyangka manusia sesempurna Angkara Afrizal Wijaya memiliki kekurangan juga. Lebih parahnya lagi, kekurangan itu sangat tidak masuk akal, dan bisa saja menjadi bahan olok-olokan orang tidak bertanggung jawab.
"Tapi sikap kak Kara nggak seperti itu Tante. Dia bisa dekat dengan Tiara, tapi jahat pada Lana. Kalau pun kak Kara punya gangguan takut jatuh cinta, artinya dia nggak ingin sembuh, terbukti dia terus menghindar."
Salsa terdiam, untuk ini ia tak bisa menjawab bantahan Alana, karena pada kenyataannya putranya memang seperti itu. Selalu bersikap keras kepala.
"Maaf jika ucapan Lana lancang tadi." Alana meredupkan tatapannya kala melihat tante Salsa menunduk. "Jika Lana adalah obat untuk kak Kara. Lana bersedia melanjutkan perjodohan hingga jenjang pernikahan. Tapi Lana punya permintaan Tante."
"Apa?"
"Tolong jangan beri Lana pilihan antara kak Kara dan Avegas. Lana memang mencintai kak Kara, tapi Lana nggak bisa meninggalkan Avegas."
"Kamu tenang saja Nak. Kamu nggak perlu mengobarkan apapun untuk melanjutkan perjodohan. Dengan Lana setuju saja, Lana sudah mengobarkan masa depan dan cinta yang tidak tahu kapan akan datang."
....
Seorang gadis dengan kaca mata dan masker di wajahnya, sedang berdiri di bawah pohon yang tampak sepi oleh lalu lalang kendaraan. Gadis itu melirik kanan kiri untuk menunggu seseorang datang. Ia hampir menyerah kalau saja motor tidak berhenti di sampingnya.
"Kenapa lama sekali?" tanya Tiara dengan nada ketusnya.
"Sudah untung gue datang." Devano memutar bola mata malas. Pria itu segera mengeluarkan amplop putih di saku jaketnya kemudian memberikan pada Tiara.
"Terima kasihnya?" tanya Tiara.
"Ngapain gue berterima kasih? Lo dapat uang, lo juga untung karena saingan lo di sekolah sudah pindah!" Devano menatap tajam Tiara.
Lelaki itu sebenarnya tidak punya rencana jahat apapun pada Alana setelah kejadian sang daddy memukulnya akibat kecelakaan. Tetapi teman semasa SMP-nya malah datang menawarkan ide yang cemerlang.
Tiara mengusulkan agar Alana di pindahkan dari sekolah dan berakhir di SMA Taruna Bakti, dengan begitu Devano bisa mengawasi gerak-gerik ketua Avegas tersebut.
"Ya sudah sana, jangan temui gue lagi!" Tiara segera berlari menjauhi Devano. Takut ada yang melihat dan melaporkannya pada Angkara yang tidak suka pada anak geng motor ugal-ugalan.
Sambil berlari, pikiran Tiara tertuju pada beberapa hari yang lalu saat upacara bendera di adakan. Karena osis bebas berkeliaran saat upacara, Tiara memanfaatkan untuk masuk ke kelas Alana dan memasukkan barang haram itu ke tas siswa nakal tersebut. Tentu saja ia memakai sarung tangan agar sidik jarinya tidak terbaca.
"Untung saja Alana bego dan nggak menyangkal semua tuduhan," gumam Tiara setelah tersadar dari lamunannya. "Apa memang dia mengonsumsinya?"
"Ekhem!" Suara deheman dua lelaki tampan berhasil mengalihkan perhatian Tiara yang sedang duduk di halte bus.
Gadis itu mendongak dan mendapati Jayden juga Gio bersandar pada masing-masing tiang sambil bersedekap dada.
"Kenapa kalian berdua melihat gue terus?" tanya Tiara sedikit ketus.
"Lo punya hubungan apa sama Vano?" tanya Gio balik. Mendekati Tiara, menundukkan kepalanya sejajar dengan wajah Tiara. Berusaha membuat gadis itu terintimidasi.
"Bu-bukan urusan lo!"
"Urusan kita dong. Vano musuh Avegas dan lo musuh Alana!"
"Jangan main fitnah saja kalian!" Tiara buru-buru berdiri dan hendak kabur, tetapi tangannya dicekal oleh Jayden yang sejak tadi memperhatikan.
"Heh pembantu sekolah! Jangan lo kira gue nggak tau apa yang lo lakuin pada ketua kita!" Sentak Jayden. "Lo yang fitnah Alana bukan?"
"Jangan main tuduh lo." Keringat dingin mulai bermuncul sedikit demi sedikit di tubuh Tiara, tetapi itu tidak membuat kedua inti Avegas iba. Bahkan senang melihat wajah ketakutan osis Arogan yang selalu merendahkan Alana di sekolah.
Gio segera mengeluarkan ponselnya, memperlihatkan rekaman CCTV sekolah di kelas Alana. Satu-satunya orang yang memasuki kelas saat jam upacara hanya Tiara.
"Itu bukan gue."
"Sayangnya gue nggak percaya." Jayden membekap mulut Tiara dengan kain yang telah di campurkan sesuatu. Dalam hitungan detik Tiara pun hilang ke sadaran.
Jayden segera mengendongnya dan memasukkan ke mobil. Tujuan mereka tentu saja markas untuk memberikan kejutan pada ibu ketua. Kegiatan yang diam-diam mereka kerjakan tadi tidak lain menyelidiki kasus fitnah Alana dan akhirnya menemukan pelaku.
Tetapi Gio tak pernah menyangka bahwa Devano ikut andil di dalamnya. Bagaimana mereka akan membalas All Star sekarang? Sementara mereka satu sekolah. Memberikan perhitungan di luar sekolah, maka All Star akan berbuat ulah di dalam sekolah. Kali ini Avegas terjebak dalam permainan Devano.
mana dia nggak dkasih anak lagi
kasiaan banget,
seakan disini marwah dito dipertaruhkan