NovelToon NovelToon
Menikahi Tuan Danzel

Menikahi Tuan Danzel

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / CEO / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:230.4k
Nilai: 4.9
Nama Author: Aquilaliza

Penyelamatan yang dilakukan Luna pada seorang Kakek membawanya menjadi istri dari seorang Danzel, CEO dingin yang tak memepercayai sebuah ikatan cinta. Luna yang hidup dengan penuh cinta, dipertemukan dengan Danzel yang tidak percaya dengan cinta. Banyak penolakan yang Danzel lakukan, membuat Luna sedikit terluka. Namun, apakah Luna akan menyerah? Atau, malah Danzel yang akan menyerah dan mengakui jika dia mencintai Luna?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aquilaliza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedatangan Orang Tua Danzel

"Biarku bantu," ucap Luna, membantu Danzel mengancingkan kemejanya.

Pagi ini adalah hari keberangkatan Danzel menuju luar kota. Masih tersisa perasaan berat meninggalkan Luna. Tapi, jika diamati, Luna terlihat biasa saja. Gadis itu seperti tidak keberatan ia tinggalkan.

Luna meraih dasi dan memakaikan pada Danzel. "Ada yang mau dibawa lagi? Biar aku siapkan," ucap Luna, terus fokus mengikat dasi pada Danzel.

"Ada," jawabnya, melingkarkan tangannya di pinggang Luna. Tatapannya terus menatap Luna tanpa kedip.

"Apa?"

"Bawa kau bersamaku."

Luna tersenyum mendengarnya. Ia mengusap lembut dada bidang Danzel yang terbalut kemeja.

"Jangan aneh-aneh, sayang," ucap Luna menggoda. Membuat Danzel menarik pinggangnya hingga tubuh mereka lebih menempel.

"Memintamu ikut, bukan hal yang aneh," ucap Danzel. "Kau benar-benar tidak ingin ikut?"

Luna menggeleng. "Tidak. Aku harus menyelesaikan pekerjaanku."

Danzel menarik nafanya panjang. Tangannya terangkat mengusap lembut pipi Luna, lalu beralih pada bibir gadis itu. Danzel mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir itu.

"Jika kau takut di rumah sendirian, pulanglah ke rumah Ayah," ucap Danzel.

"Aku tidak akan kemana-mana. Aku akan menunggumu pulang di rumah ini," jawab Luna. Dia mengalungkan lengannya di leher Danzel kemudian berjinjit mencium bibir Danzel. Hal yang awalnya canggung, kini sudah menjadi biasa untuk Luna.

Keduanya saling melepas ciuman setelah merasakan pasokan oksigen mereka menipis. Danzel mengusap bibir Luna, lalu membubuhkan kecupan di kening Luna.

***

Luna merebahkan tubuhnya di ranjang, setelah pulang bekerja. Hari ini begitu melelahkan. Biasanya dia akan bersemangat saat tiba di rumah meskipun tubuhnya lelah bekerja. Dia dengan ceria membersihkan diri dan bersiap menyambut Danzel. Tapi, hari ini tidak ada Danzel. Dia mulai merasakan kesepian.

"Huuh... biasanya aku akan sangat bersemangat," gumam Luna. "Ck. Aku jadi merindukan Danzel," lanjutnya.

Luna meraih tasnya yang tergeletak, kemudian mengeluarkan handphonenya. Dia ingin memeriksa, apakah Danzel menelponnya atau tidak.

Danzel

Aku sudah sampai

Aku akan menelponmu nanti, setelah urusanku selesai.

"Huuh... syukurlah suamiku sampai dengan selamat," ucap Luna. Dia mengetikkan pesan balasan pada Danzel. Setelah mengirimkan pesan balasan, Luna bergegas membersihkan diri. Dia akan membantu kedua artnya, mumpung tidak ada Danzel di rumah.

Bibi Marry dan Bibi Berna menyapa Luna ketika perempuan itu memasuki ruang makan. Kedua wanita itu sedang menyajikan makan malam di meja.

"Ternyata sudah selesai ya," ucap Luna sendu. Dia sudah berharap banyak agar bisa membantu kedua artnya itu. Tapi ternyata dia terlambat.

"Nyonya ingin makan sekarang? Ayo, silahkan duduk. Kami akan melayani Nyonya." Bibi Berna menarik sebuah kursi di meja makan untuk Luna duduki.

Luna menatap Bibi Berna tanpa mengatakan satu kata pun. Dia mengabaikan Bibi Berna dan berjalan mendekati Bibi Marry. Luna menarik tangan wanita itu dan membawanya mendekati Bibi Berna.

"Malam ini, kalian tidak boleh melayaniku. Aku yang akan melayani kalian." Luna menarik dua kursi yang ada di hadapan kedua artnya. "Ayo, silakan duduk."

"Nyonya, ini—"

"Eits! Tidak ada penolakan. Aku tidak ingin makan sendiri. Kalian hanya menyiapkan ini untukku, lalu pergi dan makan di dapur. Aku tidak akan membiarkannya," ucap Luna, memotong ucapan Bibi Marry.

Dia menarik tangan Bibi Marry, lalu mendudukkan wanita itu. Kemudian dia melakukan hal yang sama pada Bibi berna.

"Nyonya, ini tidak benar." Bibi Berna merasa tak enak, begitu juga dengan Bibi Marry.

"Apanya yang tidak benar? Sudahlah. Ayo, ambil makanan ini, lalu kita makan bersama."

Luna menyendokkan makanan untuk kedua artnya. Dia juga menyuruh kedua artnya untuk memilih lauk dan makan lebih banyak. Setelah itu, dia mengambil makanan untuknya. Luna tersenyum senang, sementara kedua wanita itu tersenyum canggung.

"Setelah ini, Bibi berdua jangan pulang dulu ya? Kita mengobrol dulu sebentar." Kedua wanita itu hanya mengangguk. Mereka tidak paham lagi dengan jalan pikiran Luna. Seandainya ada Danzel disini, tidak tahu seperti apa nasib mereka jika laki-laki itu melihat pemandangan seperti ini.

Ketiga perempuan itu mulai memakan makan malam mereka, diselingi beberapa percakapan yang lebih didominasi oleh Luna. Belum sempat makanan di piring mereka habis, terdengar suara bel rumah berbunyi. Bibi Marry dan Bibi Berna hendak beranjak, tapi Luna menahan kedua wanita itu.

"Biar aku saja. Bibi berdua habiskan saja makanannya," ucap Luna.

Luna bergegas keluar dari ruang makan dan segera membuka pintu. Terlihat seorang wanita cantik seusia ibunya, juga seorang pria yang ia tebak seusia ayahnya. Dan dari wajah pria paruh baya itu, bisa ia simpulkan jika pria itu memiliki hubungan dengan suaminya, Danzel.

"Maaf, cari siapa, ya?" tanya Luna sopan.

Dua orang itu tak lekas menjawab. Mereka memperhatikan Luna, lalu tersenyum hangat.

"Kau, istrinya Danzel?" tanya si wanita yang dibalas anggukkan Luna.

"Iya, saya istri Danzel."

"Apa Danzel di rumah?" tanya pria tersebut.

"Maaf, Danzel sedang ke luar kota."

Raut bahagia yang tadi terpancar dari wajah pria itu seketika meredup. Begitu juga dengan si wanita. Terlihat wanita itu menarik panjang nafasnya dan membuangnya.

"Ayo, masuk dulu. Tidak baik jika kalian hanya berdiri di luar," ucap Luna. Dia semakin membuka lebar pintu dan membiarkan pria dan wanita itu masuk. Dia mempersilakan mereka duduk di ruang tamu.

"Kalian duduklah. Aku akan membuatkan minum," ucap Luna hendak berbalik pergi meninggalkan dua orang tersebut. Namun, suara si wanita menghentikan langkah Luna.

"Tunggu, Nak!"

"Iya?" Luna berbalik menatap wanita itu.

"Tidak perlu membuatkan minum. Ayo, duduk di sini," ucap si wanita.

Luna bingung, tapi tetap menurut. Ragu-ragu dia mengambil tempat di bagian sofa yang di tunjuk wanita itu.

"Perkenalkan, saya Rossa, Mamanya Danzel. Dan ini Albert, Papa Danzel."

Deg!

Luna meneguk ludahnya, membasahi tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. Jantungnya juga ikut berpacu cepat. Ini pertama kalinya dia bertemu orang tua Danzel. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Lidahnya kelu hanya sekedar untuk mengatakan sesuatu.

"Nyonya, Tuan," suara Bibi Marry membuat ketiga orang yang saling terdiam itu menoleh. Di sana, Bibi Marry berdiri bersama bibi Berna. Terlihat raut terkejut di wajah keduanya.

"Marry," gumam kedua orang tua Danzel bersamaan. Seulas senyum keduanya tunjukkan untuk Bibi Marry. Sungguh mereka senang melihat wanita itu masih begitu setia dengan putra mereka.

Melepas Bibi Marry, Rossa dan Albert kembali menatap Luna dengan senyum hangat.

"Nak, terima kasih sudah hadir di hidup Danzel," ucap Rossa.

"Iya, Nak. Danzel bukan seorang yang buruk. Semua sifat buruk yang kau lihat dari Danzel, itu karena kesalahan kami. Jangan membenci putra kami," ucap Albert.

Mereka tahu cukup banyak tentang putra mereka meskipun Danzel enggan bertemu mereka. Mereka diam-diam memperhatikan Danzel, mengamati perkembangan putra mereka setelah perpisahan itu terjadi.

"Aku tidak pernah membenci Danzel," ucap Luna. "Dia suamiku, orang yang paling baik dan berharga di hidupku. Aku tidak memiliki kesempatan untuk membencinya."

Ucapan Luna membuat Rossa dan Albert lega. Meski pernikahan ini berlangsung karena perjodohan, putra mereka memiliki pasangan yang baik. Setidaknya, putra mereka memiliki kehidupan yang baik kedepannya. Dan mereka berharap agar rumah tangga Danzel tidak bernasib sama dengan rumah tangga mereka.

1
Rai
gak twins ya...
Mamake Zahra
mampir thor kelihatannya seru durasinya panjang 👍👍👍
Yolanda_Yoo
🥰🥰
rosalia puspita
Luar biasa
Rai
disokong
Rai
jadikan anak danzel dan Luna twins ya Thor supaya adil, kembar tidak identik lelaki dan perempuan, naa adil tu
Jenny Jn Johnny
Luar biasa
🍏A↪(Jabar)📍
next
🍏A↪(Jabar)📍
*Suasana
🍏A↪(Jabar)📍
*si suster 🙏
Aquilaliza: Makasih atas koreksinya kak 🙏
total 1 replies
Diana
bangun tidur cap cup pede banget. luna tidurnya ileran gak sih? 🤭
Entin Wartini
lanjuuuut thor
RoSz Nieda 🇲🇾
❤️
Christine Liq
Luar biasa
Entin Wartini
lanjuuuuuuut
Entin Wartini
lanjut thor
🍏A↪(Jabar)📍
up
Diana
baru ketemu cerita ini langsung gak bisa berhenti baca walaupun mata sdh sepet krn baca sampai dini hari🧐
🍏A↪(Jabar)📍
lanjut
Diah Anggraini
guut danzel
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!