Ini hanya cerita fiksi belaka.
Demi mendapatkan harta kekayaan, Bisma rela melakukan jalan pintas. Dia berkata kepada istrinya akan pergi untuk merantau ke kota, dia akan mengadu nasib di kota.
Namun, ternyata Bisma pergi menuju gunung larangan. Hal itu dia lakukan untuk mencari kekayaan, agar hidupnya tak lagi dalam kemiskinan dan jadi hinaaan.
Akankah dia bahagia dengan kekayaan yang dia capai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Bisma dengan cepat menyimpan uang yang berserakan itu ke dalam lemari penyimpanan uangnya, setelah itu dia kembali menghampiri Shela dan duduk di tepian tempat tidur.
Dia usap puncak kepala Shela dengan begitu lembut, dia tersenyum kala mengingat pergumulan panasnya tadi malam dengan gadis itu.
Dia juga merasa senang karena sudah mendapatkan keperawanan Shela, setidaknya jika dia mendapatkan keperawanan wanita itu, Bisma tidak takut tertular penyakit berbahaya.
"Shela, ini sudah siang. Bangunlah!" ujar Bisma.
Bisma nampak mengusap-usap wajah wanita itu dengan begitu lembut, tentu saja mendapatkan perlakuan seperti itu dari Bisma, Shela langsung menggeliatkan tubuhnya.
"Engh!"
Dengan perlahan-lahan mata wanita itu terbuka, saat melihat wajah Bisma yang begitu dekat dengan wajahnya, dia tersenyum seraya meringis karena merasakan sakit yang luar biasa ketika dia berusaha untuk bangun.
Bisma menjadi khawatir dibuatnya, dengan cepat dia membantu wanita itu untuk duduk dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran tempat tidur.
"Terima kasih, Tuan," ujar Shela.
"Sama-sama, sekarang kamu mandilah," ucap Bisma yang langsung menggendong tubuh wanita itu dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Bisma terlihat begitu perhatian sekali, bahkan pria itu menyiapkan air hangat di dalam bathub dan mendudukan wanita itu di atas bathub yang terisi dengan air hangat.
"Berendamlah terlebih dahulu, agar rasa sakitnya berkurang. Aku akan menunggu di luar," ujar Bisma yang langsung pergi lalu menutup pintu kamar mandi tersebut.
Setelah melakukan hal itu, Bisma dengan cepat merapikan tempat tidur itu. Tempat tidur yang sudah dia pakai untuk bercinta tadi malam dengan Shela.
Namun, gerakan tangannya terhenti ketika dia melihat di atas sprei yang tadi malam dia pakai ada bercak darahnya.
Tentunya dia paham jika itu adalah bercak darah dari inti tubuh Shela, pada akhirnya Bisma melepaskan sprei tersebut. Lalu, pria itu terlihat handak menyimpan seprei itu di tempat keranjang kotor.
Namun, gerakannya terhenti ketika dia mendengar pintu kamar itu diketuk dari luar. Bisma benar-benar kaget sekali, karena tidak mungkin anak buahnya yang di berani naik lantai tiga.
Karena Bisma sudah berpesan kepada anak buahnya untuk tidak naik lantai tiga, jika memerlukan bantuan dirinya atau ada harus dikerjakan oleh dirinya, dia minta ditelpon saja.
"Siapa, ya?" tanya Bisma yang langsung melangkahkan kakinya menuju pintu kamar.
Bisma membuka sedikit pintu kamar itu, matanya langsung membulat dengan sempurna ketika dia melihat Surti yang ada di sana.
"Ya Tuhan! Aku harus bagaimana?" tanya Bisma.
Rasanya Bisma begitu ketakutan, rasa takutnya melebihi rasa takut ketika dia berdekatan dengan Kanjeng Ratu. Ternyata selingkuh itu tetap menakutkan, walaupun apa yang dia lakukan di atas ranjang dengan Shela memang sangatlah nikmat.
Dengan cepat Bisma melempar seprei yang sedang ia pegang, lalu dia keluar dari dalam kamarnya dan menutup pintu kamar itu dengan rapat.
Melihat kelakuan dari suaminya tentu saja Surti begitu keheranan, terlebih lagi wajah Bisma terlihat begitu tegang sekali. Hal itu membuat Surti curiga.
Agar istrinya tidak curiga, Bisma berusaha untuk mengontrol emosinya. Hal itu dia lakukan agar Surti tidak berpikir tentang hal yang macam-macam. Sayangnya Surti sudah melihat gelagat suaminya tersebut.
"Dek, kamu datang sama siapa? Sejak kapan kamu datang?" tanya Bisma yang langsung menuntun Surti agar menjauh dari kamar itu.
Tentunya Bisma takut jika istrinya akan mengetahui jika di dalam ruang kerja sekaligus kamarnya itu ada perempuan lain, itu sangat berbahaya.
Bisma membawa Surti menuju sofa yang tidak jauh dari jendela yang ada di lantai tersebut, kini mereka duduk berdua dan saling bersampingan.
"Aku baru saja datang, terus kenapa kamu kaya orang kaget gitu? Kenapa kamu kaya orang yang sedang menyembunyikan sesuatu? Apa tadi malem kamu tidak pulang karena menyembunyikan perempuan? Kamu tidur sama perempuan Mas, di kamar itu?" tanya Surti beruntun.
"Ngg-ngga, Sayang. Tadi malam Mas kecapean karena sudah lembur, makanya tidak sempat pulang. Maaf, tapi sungguh Mas tidak menyembunyikan perempuan."
Bisma berkata dengan suara yang bergetar, walaupun wajahnya terlihat berkurang kegugupannya, tetapi tetap saja Surti merasa curiga.
"Adek ngga percaya!" ujar Surti yang langsung bangun dan berlari menuju pintu kamar tersebut.
Surti ingin membuktikan apakah di sana ada perempuan lain selain dirinya atau tidak, Bisma terlihat begitu kaget dan langsung mengejar istrinya.
Selama ini Surti selalu menghormati Bisma, tidak pernah sekalipun wanita itu membantah perkataan dari Bisma. Namun, kali ini dia ingin membantah perkataan suaminya itu.
"Yang! Ja--"
Belum juga Bisma menyelesaikan ucapannya, Surti sudah terlebih dahulu membuka pintu kamar tersebut. Surti nampak mengedarkan pandangannya, hawa pengap dan bau anyir langsung tercium.
Surti sampai menutup hidungnya, Surti bahkan merasa sulit untuk melihat, karena tiba-tiba saja dia melihat di dalam kamar itu nampak berkabut. Tubuh Surti terasa merinding, tetapi rasa takut itu hilang ketika dia melihat tempat tidur yang ada di dalam ruangan tersebut
"Mas! Kenapa kasurnya nampak begitu berantakan?"