NovelToon NovelToon
Cinta Lelaki Sempurna

Cinta Lelaki Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Percintaan Konglomerat / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Shina Yuzuki

Hidup dalam lingkaran kemiskinan, membuat Rea ingin bekerja setelah lulus SMA, semua itu dia lakukan demi keluarga.

Namun takdir berkata lain, Ayahnya sudah memutuskan masa depan Rea, sebagai istri dari seorang lelaki bernama Ryan.

Dia tidak bisa menolak dan menerima keinginan sang ayah.

Hanya saja, Rea tidak pasrah, dia bukan wanita lemah, selama belasan tahun berjuang dalam kesengsaraan, melatih mental yang kuat menahan setiap penghinaan para tetangga.

Sehingga dia akan berusaha membuat Ryan menyesal karena sudah menikah dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tali simpul

Di dalam kamar kini hanya mereka berdua.

Rea mulai membenahi beberapa barang yang dibawanya dari rumah, suasana sepi membuat Rea tidak nyaman, begitu pun dengan tatapan mata Ryan jelas memandangi dari belakang.

Rea canggung, jantung berdebar-debar, merasa waspada dan curiga, meski berulang kali mereka tidur bersama, tapi saat itu Rea ada di rumahnya sendiri. Sehingga cukup mudah untuk berteriak minta tolong, kalau Ryan melakukan sesuatu yang aneh.

Namun sekarang berbeda, rumah yang begitu besar terasa sepi, sekali pun banyak orang di luar, suara teriakan pun tidak terdengar oleh mereka, jelas membuat Rea merasa khawatir.

Rea menoleh, Ryan masih ada disana..."Apa ?."

"Apa maksud mu dengan 'apa' istri ku ?." Ryan balik bertanya dengan bingung.

Tapi Rea memperhatikan, Ryan mulai berdiri, meletakan ponsel dan mulai berjalan, menunjukkan ekspresi wajah penuh makna, niat terselubung atau mungkin seperti rencana busuk demi melakukan sesuatu kepadanya.

'Jangan anggap kau bisa melakukan sesuatu kepadaku, aku bisa melawan kau tahu.' pikiran Rea sudah siap sedia.

"Kenapa kau memandangiku seperti itu ?." Rea semakin waspada.

Ketika Ryan semakin dekat, Rea mengambil melangkah mundur, mana kala kekerasan tidak bisa mengatasinya, dia akan memilih rencana lain seperti berpura-pura pingsan atau pun kesurupan.

Hingga Rea terhenti oleh tembok, termasuk Ryan tidak membiarkan dirinya pergi, wajah mereka saling menatap meski tanpa ekspresi.

Rea bingung, muncul perasaan malu dan sedikit takut, hingga cukup lama Ryan melihatnya tapi tidak ada apa pun yang dia lakukan.

"Aku pikir kau harus potong rambut, itu akan membuat penampilan mu lebih baik istriku." Ucapnya seraya membelai rambut Rea.

"Itu... Itu... Itu tidak perlu, aku menyukai diriku apa adanya, jika kau tidak suka lebih baik cari saja wanita lain." Rea menolak.

"Bukan begitu, aku menyukainya, tapi... bukankah ini tidak membuatmu nyaman."

"Nyaman atau tidak, itu adalah urusanku."

Tangan Ryan pun mulai beranjak ke wajahnya, mata Rea terpejam karena situasi yang dia hadapi sekarang sangat tidak nyaman, lebih tepatnya merasa gugup.

'Apa ?, Apa yang ingin dia lakukan.'

Saat jari jemari menyentuh pipi, semakin ke atas, belaian lembut mulai mengusap rambut berantakan itu, Rea bisa merasakan bahwa suaminya sangat lembut.

"Lihat rambutmu sangat kasar dan kusut, jika kau biarkan lebih lama mungkin akan menjadi tali simpul." Ucap Ryan.

Rea terdiam, dia tidak membalas perkataan Ryan karena memang itu benar adanya, memikirkan tentang perawatan rambut, itu menjadi kebutuhan sekunder, berada diurutan 14, tidak terlalu penting, masih dibawah mandi dan menggosok gigi sebelum tidur.

Jika harus dibandingkan, Rea lebih memilih membiarkan rambutnya tumbuh begitu saja asalkan tidak ada kutu membuat sarang di sana, maka tidak perlu dipermasalahkan.

Meski Rea mengharapkan penampilannya seperti gadis kampungan (memang itu kenyataan) bisa membuat Ryan kesal. Atau menyerah untuk menghadapi sikapnya yang keras kepala hingga Ryan kecewa.

Namun apa yang salah dari otak Ryan, dia seakan tidak peduli dan selalu menunjukkan senyum diwajahnya.

"Itu tidak perlu kau pikirkan, aku bisa merawat diriku sendiri." Rea menolak keinginan Ryan.

Ryan mencoba bicara langsung dengan mata saling menatap, tapi Rea berusaha menghindar, sentuhan tangan di pipinya begitu memalukan untuk Rea hadapi.

"Tentu kau ingat tentang janji kita, kalau kau harus menjalankan tugas sebagai seorang istri kan ?." Bisik Ryan di telinga dan terasa menggelitik.

"Iya begitulah." Lirih jawaban Rea.

"Aku ingin melihatmu berpenampilan cantik, walau sekarang kau sangat cantik, tapi aku ingin melihatmu lebih cantik lagi. Dan itu jelas menjadi tugas istri agar suaminya senang." Ryan mencoba bicara dengan sedikit rayuan.

Rea bisa merasakan tubuh Ryan semakin mendekat, saling bersentuhan, melingkar pula satu tangan ke pinggangnya yang ramping ke dalam pelukan.

Rea coba menolak hal ini, meski begitu dia jelas tidak bisa melawan, karena sekuat apa pun tangannya ingin mendorong, Ryan tidak bergeming.

"Jadi bagaimana istriku ?, Apa kau ingin melakukan tugas yang kita janjikan ?, atau aku akan tetap seperti ini dan menciummu hingga kau mau melakukannya ?." Ucap Ryan ditelinga Rea yang berubah merah.

Itu bukan lagi pilihan untuk Rea, karena dua-duanya hanya menguntungkan satu belah pihak, dia harus menuruti keinginan suaminya tanpa bisa menolak.

"Baiklah, aku mengerti, aku mengerti, jadi lepaskan aku." Rea setuju.

"Aku senang kau mau melakukannya, tapi aku juga berharap bisa mencium bibirmu." Ryan sedikit menggoda.

"Jangan mengharapkan apa pun lebih dari ini, aku masih belum mau menerima ciuman darimu." Tegas jawaban Rea.

Ryan melepas pelukannya , memperlihatkan senyuman lembut seperti biasa, padahal setiap tindakan Ryan benar-benar memaksa Rea.

"Aku mengerti istriku, untuk sekarang tidak, tapi nanti..."

"Untuk nanti pun aku tidak mau."

"Benarkah begitu ?."

"Tentu saja."

"Aku akan berusaha sampai kau mau menciumku." Ryan tidak bisa berhenti menggoda Rea.

"Tidak akan."

Bagi Ryan, menggoda Rea cukup menyenangkan, melihat bagaimana wanita yang kini menjadi istrinya marah-marah tidak jelas dan terlihat lucu.

Hingga terdengar ketukan pintu, membuat mereka berdua diam di tempat secara bersamaan.

"Masuk lah." Saut Ryan.

"Baik tuan." Jawab suara wanita.

Pelayan itu adalah Qiya, Rea benar-benar takjub, melihat penampilannya begitu anggun, karena dari postur tubuh Qiya, dia wanita tinggi semampai dan memiliki lekuk tubuh yang jelas menggoda iman setiap lelaki.

"Qiya ada apa ?." Bertanya Ryan.

Qiya sadar, saat mengetahui kalau tangan Ryan memegang Rea, jelas ada rasa canggung menyelimuti hatinya, sekali pun mereka sudah saling kenal cukup lama, tapi untuk pertama kali, dia melihat Ryan dekat dengan seorang wanita begitu mesra.

"Maaf menganggu tuan, tapi makan siang sudah siap." Kata Qiya menunduk malu.

"Nanti kami akan kebawah."

"Baik tuan." Jawab Qiya, kemudian menutup pintu.

"Tunggu..." Tapi Ryan cepat memanggil kembali untuk tidak segera pergi.

"Ada apa tuan ?." Perasaan Qiya semakin rumit.

Di dalam kamar tempat sepasang suami istri baru menikah, dia hanya seorang pelayan dengan rasa iri kepada wanita yang menjadi istri majikannya sekarang.

Ditambah lagi, Rea menunjukkan tatapan mata serius. Dari intuisi wanita yang Qiya miliki, dia merasa bahwa Rea tidak menyukai waktu berdua dengan Ryan terganggu.

Walau kenyataannya, Rea hanya penasaran, tentang makanan apa yang Qiya konsumsi hingga aset pribadi itu tumbuh begitu mempesona, sedangkan jika dibandingkan dengan miliknya, tampak menyedihkan.

"Setelah ini apa kau bisa ikut denganku ?." Tanya Ryan.

"Tapi tuan." Qiya bingung .

"Apa kau sibuk ?."

"Tidak juga."

"Aku ingin kau menemani kami pergi berbelanja dan memilih pakaian yang cocok untuknya." Itulah tujuan Ryan.

Qiya sadar jika Ryan hanya memikirkan kepentingan istrinya..."Aku mengerti, kalau begitu aku akan pergi, tuan."

"Ya, trimakasih Qiya."

Lepas Qiya pergi, Rea tidak berhenti melihat sosok wanita itu dengan penuh kekaguman.

"Bukankah dia sangat cantik." Ucap Rea memuji.

"Qiya ?."

Rea mengangguk perlahan.

"Dia memang cantik, sebelum bekerja di sini, Qiya adalah seorang model." Ryan tentu tahu asal usul Qiya.

"Jadi begitu." Rea masih menganggukkan kepala.

"Tapi tenang, aku percaya, bahwa istriku jauh lebih cantik." Ryan mulai merayu Rea lagi.

"Aku tidak butuh pujianmu." Hanya saja Rea benar-benar menolak.

"Ini aneh, aku membaca buku jika wanita selalu menginginkan pujian."

"Tidak akan berpengaruh kepadaku." jawab Rea sombong, sekali pun rona merah di wajahnya tidak bisa disembunyikan.

Sedikit Rea beralasan, kalau itu karena dia belum sarapan.

"Berarti istriku bukan wanita biasa."

"Apa itu artinya aku sejenis umbi-umbian ?." Rea merasa tidak senang.

"Bukan, tapi wanita luar biasa." Ryan selalu tahu cara menggoda Rea.

1
partini
semakin mencurigakan hubungan majikan sama pelayan
Re
ya benar sekali, kita sedang membahas martabak
partini
lelaki waras ?
apa banyak misteri di antara mereka ber dua bukan cuma majikan ma pelayan ,,aihhh
partini
aku masih dan belum faham alurnya
ig.sayventoon: sebenarnya sederhana, cuma gadis desa menikah dengan orang kaya. gitu kak....
total 1 replies
partini
aihhhh pembantu body aduhai hot meleleh bosnya malah kalah jauh 🤦🤦🤦 perbaiki come on you can do it aihhhh lucu bos vs majikan tapi Banyak sih di dunia real majikan kikuk kikuk ma bosnya
Re
lanjut terus Thor, jangan sampai berhenti ya... karya mu paling di tunggu...
Re
Emang lucu n out the box, paling di tunggu nih karya author satu ini, cuma sayang aja karya-karya yang lain jadi terbengkalai....

mohon untuk up terus Thor...
ig.sayventoon
karya terbaik yang pernah aku tulis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!