Siapa yang ingin hidup dalam kekurangan semuanya pasti mau hidup serba berkecukupan. Tapi itu takdir tak seorang pun tau hidup mereka akan seperti apa.
Ira seorang ibu rumah yang dulu berada diatas di hantam badai hingga terjatuh kebawah.
Mana dulu yang mengaku sebagai saudara? Tak satu pun ada yang peduli. Suaminya terpaksa jadi ojol untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akankah hidup Ira berubah?Lantas bagaimana dengan keluarganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Keributan tak bisa lagi di hindarkan, baik Mia maupun Ira tidak ada yang mau mengalah. Para tetangga menonton pertengkaran mereka tapi tidak ada seorang pun berani ikut melerai. Mereka malas meladeni mulut pedes bude Ira. Tak lama pak Rt datang tergopoh - gopoh berusaha melerai pertengkaran itu.
"Assalamualaikum, ini ada apa ribut - ribut?" tanya pak RT pada ketiganya.
"Ini pak, Ira ga mau mengosongkan rumah ini. Padahal saya mau berniat mau merenovnya, pak." jawab Mia.
"Iya nih pak RT, udah untung ada yang baik mau membetulkan rumah tapi dianya ga mau." tambah bude memperkeruh suasana.
"Ooh jadi gitu, sekarang coba saya mau dengar pembelaan dari bu Ira." ujar pak RT bijak. Ia harus mendengar penjelasan dari kedua belah pihak agar ia bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana jalan keluarnya.
"Begini pak RT, kakak saya dan Bude datang - datang menyuruh saya mengosongkan rumah ini dalam waktu satu minggu. Saya tanya apakah abang - abang saya sudah ada yang tau belum? jawab kakak saya itu urusan dia nanti. Pak RT tau dong wasiat dari ibu saya sebelum meninggal apa?" Ira bercerita apa adanya tanpa melebih - lebihkan.
Pak RT adalah saksi dimana dulu ibu pernah berkta mengenai harta bendanya. Mungkin saat itu pak RT belum menduduki jabatannya yang sekarang.
"Iya saya masih ingat wasiat ibumu, Ra. Sebaiknya urusan ini kalian rembukan kakak adek jangan ribut kaya gini. Mia kami tau kamu orang kaya dan mampu merenov rumah ini tapi ini adalah rumah warisan jadi ga bisa seenaknya kamu merenov dan mengusir Ira dan Keluarganya." Pak RT yang sudah tau wasiat dari almarhum ibunya Ira mencoba menengahi dan mendamaikan keduanya.
Mi dan Bude pulang dengan wajah masam. Rencana mereka hari ini gagal total. Jika bukan karan ada pak RT, mereka pasti sudah bisa mengusir Ira dari sana.
"Gimana bude, Ira ga mau?" Ujar Mia dengan wajah terlihat kecewa.
"Coba kamu telpon dan rayu abang kamu agar Ira membiarkan kamu merenov rumah itu. Bicara apa kek agar abang - abang kamu percaya sama kamu." rayu bude.
"Coba nanti aku hubungi abang deh, bude. Bude mau langsung pulang atau gimana?" tanya Mia saat mobilnya hampir sampai di persimpangan.
"Bude pulang aja deh, sore ini bude ada janji sama teman."
"Ooh ya udah aku antar bude dulu deh." Mia membelokkan mobilnya menuju rumah budenya.
"Mampir dulu ga?" tanya Bude setelah sampai di rumahnya.
"Lain kali aja, bude . Aku pamit dulu bude."
Kamu hati - hati ya, jangan jangan lupa telpon abang - abangmu. "
"Iya, bude." Mobil Mia bergerak meninggalkan rumah budenya menuju rumahnya sendiri.
Kepala Mia di buat pening memikirkan gimana caranya berbicara dengan abang - abangnya. Rasanya agak sulit menjelaskan maksud dirinya yang sebenarnya. Secara ia juga tau jika rumah itu sudah di serahkan pada Ira.
Mia awalnya juga tidak ada keinginan sama sekali akan mengusir adik bungsunya dari rumah ibunya. Bujuk rayu budenya sukses membuat dirinya tergoda tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya itu.
Mia itu bersuamikan orang kaya jadi buat apa ingin mengusai rumah peninggalan almarhum ibu mereka. Ada niat terselubung yang hanya dirinya dan Bude yang tau.
...****************...
Assalamualaikum kk, tolong bantu like dan komentarnya ya kk, biar thor semangat melanjutkan bab demi bab. Serta thor tunggu votenya yang banyak ya😘😘🙏🙏🙏
nauzubillah mindalik