setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.
" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.
" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.
Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Mereka berdua pamit saat pertengahan malam. Dengan alasan adanya pertemuan besok pagi, Amran berhasil meyakinkan Sinta jika mereka harus meninggalkan kediaman.
Di dalam mobil sama seperti saat mereka datang, tak ada perbincangan diantara Amran dan Zahira berdua.
Zahira tidak mau kembali ke Villa bersama dengan Amran. Jadi di pertengahan perjalanan dia meminta suaminya untuk menurunkannya di dekat halte bus " Zahira, aku menyadari jika malam itu kau pasti sangat kebingungan. Tapi bukankah aku sudah mengalihkan persetujuan rekening mu? Kamu bisa memanfaatkan nya setelah ini"
Amran tidak henti-hentinya membuat kesepakatan dengan Zahira. Dia ingin membuat Zahira kembali menurut seperti semula. Menjadi nyonya Renaldi yang baik.
" pernikahan kita tidak pernah bernilai di mata mu selama ini. Kenapa saat ini kau terlihat sedang mempertahankan nya?"
" aku pastikan.."
Drrttt ddrrt
Suara ponsel Amran membuat pembicaraan terputus sejenak.
Sekertaris Erisa menelpon nya. Amran mengira jika ini mengenai cincin itu. Jadi dia segera menerima panggilan.
Belum juga menanyakannya, dari sebrang Sekertaris Erisa berbicara dengan nada cemas. " Tuan.. Nona Amel mencari anda. Dia terus berteriak tidak mau kooperatif sampai menunggu anda datang kemari.."
Suasana mobil yang hening membuat Zahira dengan jelas ikut mendengarkan ucapan Sekertaris Erisa.
Hatinya terasa kembali di remas. Baru saja Amran terlihat begitu menginginkan nya, ternyata dirinya kembali di tampar oleh kehadiran Amel.
Wanita itu tertawa sumbang. Sedangkan Amran kembali dilingkupi kekhawatiran karena situasi yang dia bangun mendadak rusak.
Zahira tidak mau tau bagaimana kelanjutan nya, dengan sopan dia berkata " semuanya tidak akan bisa kembali" sembari membuka pintu mobil dan keluar.
Amran tidak tau harus bagaimana. Dia membalas Sekertaris Erisa dengan suara tegas " apa kau tidak bisa mengatasi hal ini? Hah!"
panggilan langsung tertutup, dan Amran dengan cepat melepas sabuk pengaman berniat mengejar Zahira.
Namun usahanya terlambat, Zahira sudah lebih dulu menghentikan sebuah taxi dan pergi melenggang meninggalkan nya.
Dengan sedikit emosi Amran melampiaskan kemarahannya dengan menendang ban mobil.
" Zahira..." sambil menatap taxi yang menghilang di ujung jalan.
Beberapa hari setelahnya, Zahira sedang membersihkan rumah kebetulan saat itu Rani juga kembali dari rumah sakit untuk mengambil pakaian bersih.
Mereka sedang berada di ruang tengah saat menjelang sore hari. Rani ingin memastikan bagaimana hubungan putrinya dengan putra pertama Renaldi.
Rani sedikit melembut dan bertanya " kapan kamu kembali ke rumah Renaldi? Apa kamu masih merajuk?"
Zahira yang mendengar nya mengambil nafas panjang. " mama, aku benar-benar serius dengan permintaan cerai. aku akan tetap menanggung biaya rumah sakit, jadi mama tidak perlu mengkhawatirkan rumahtangga ku lagi"
Belum pernah melihat kesungguhan Zahira sebelumnya membuat Rani ikut bersimpati. Tidak lagi mendesaknya Rani mulai mengerti jika putrinya berada dalam situasi melelahkan " mau apapun itu mama harap kamu tetap mempertimbangkan kehidupan keluarga Malik"
" mama tenang saja, selama ini jika bukan untuk keluarga Malik, aku tidak mungkin bertahan sejauh ini" balas Zahira membuat Rani diam seketika.
Sedangkan di tempat lain, saat hari mulai malam seorang Amran berdiri di dekat dinding kaca memandang jauh suasana kota.
Tap tap tap
Sekertaris Erisa memberikan laporan " Tuan, Nyonya Zahira menolak menerima bingkisan lagi"
Amran diam tak menjawab, sejak mendengar permintaan cerai dari Zahira. Mendadak Amran menjadi pendiam.
Setelah beberapa saat barulah dia menjawab " Zahira sama sekali tidak mau menjawab panggilan dari ku, apa kau tau apa sedang dia lakukan Sekertaris Erisa?"
" Emm... Nyonya saat ini mulai mendaftarkan diri ke beberapa opera ternama, serta sedang mencari pembeli rumah kediaman Malik yang ada di kota Pale" jawab Sekertaris Erisa dengan sangat lancar.
Amran memang sudah meminta Sekertaris Erisa untuk tetap mencari tau tentang Zahira setelah pergi dari Villa.
Rahang Amran sedikit mengetat, Zahira masih begitu keras kepala meminta cerai. Amran tidak memiliki cara lain untuk memperingati istri bandelnya ini.
Selain dengan sedikit memberikan tekanan. Dengan harapan Zahira tidak kuat dan akan kembali lagi ke sisinya " cari seseorang untuk menggantikan ku membeli kediaman itu. Dan pastikan dengan harga yang rendah. Aku tidak mau dia mendapatkan uang dengan mudah"
Sekertaris Erisa menarik sudut bibirnya " baik tuan "
Sepeninggalannya Sekertaris Erisa dari ruangan itu. Amran masih setia menatap dinding kaca. Dari belakang postur tubuh Amran terlihat sangat ideal. Bahkan kemejanya tidak mampu menyembunyikan otot tangan dan punggungnya yang begitu menggoda para wanita.
Tidak sulit bagi Amran untuk menemukan wanita yang mau berada di sampingnya. Sayangnya semakin Zahira bersikeras meminta cerai, Ego Amran semakin terasa di tantang.
Dia tidak mau Zahira mendapatkan apa yang dia inginkan.
Pernikahan yang terjalin tanpa rasa cinta memang lebih sulit untuk terputus. Apalagi melibatkan para kaum elit yang selalu di sorot tentang kehidupan pribadinya.