Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Ucapan Terimakasih
Setelah jantung Memei kembali berdetak, Tim medis pun segera menangani Memei dan memastikan detak jantungnya berangsur-angsur stabil.
Akhirnya setelah mendapatkan penanganan intensif, dokter menyatakan jika Memei masih hidup dan berhasil lolos dari Kematian, setelah sebelumnya dokter sudah mengatakan jika Memei sudah tidak bernyawa, dan para dokter pun kini menarik kata-katanya dan bisa bernafas lega, setelah mempertaruhkan profesinya untuk menyelamatkan Putri dari seorang wanita yang memiliki pengaruh besar.
Pada akhirnya, mereka pun mengakui kemampuan Vin yang berhasil menolong Memei saat para dokter sudah menyerah menyatakan tidak ada harapan dan kini Memei malah sudah melewati masa kritis dan Mereka menyatakan jika itu berkat pertolongan dari Vindra.
Para dokter yang tadinya Meremehkan dan ingin mengusir Vin, Mereka tertunduk malu, dan menyesal tidak percaya kepada Vin. Mereka pun segera menghampiri Vin yang menunggu di luar dan mereka langsung membungkukkan badannya untuk meminta maaf. Dokter Lin pun menghampiri Vin dan secara pribadi meminta maaf kepada Vin.
"Maafkan aku tuan Vin yang sudah meremehkan anda bahkan berusaha mengusir anda dan sekarang kami mengakui kemampuan anda. Jika bukan karena anda mungkin nyawa putri nyonya Ambar benar-benar tidak akan bisa di selamatkan," ucap Dokter Lin mewakili.
"Apa yang kalian lakukan, jangan membungkuk seperti itu. Aku hanya berusaha membantu saja. Karena aku merasa yakin kalau putri nyonya Ambar memang belum mati.” Jawab vin dan meminta mereka untuk bersikap biasa.
“Tapi teknik akupuntur anda sungguh luar biasa, bahkan untuk mempelajari ilmu tentang akupuntur bertahun-tahun balum tentu bisa seperti yang tuan lakukan, keahlian tuan benar-benar luar biasa.” Puji, dokter Lin yaitu dokter spesialis Akupuntur Medik.
"Jangan terlalu memuji dok, aku masih belajar dan dokter lah yang lebih ahli, mungkin hanya kebetulan saja." Jawab Vin merendahkan diri.
"Tapi kemampuan ada jauh di atas saya. Sekali lagi terimakasih banyak, anda sudah menyelamatkan para medis yang hampir di pecat jika gagal." Dokter Lin kembali membungkuk dan berterimakasih sebelum pergi meninggalkan Vin.
Setelah berterima kasih dan meminta maaf kepada Vin, Salah satu dokter menghampiri Ambar untuk menjelaskan semuanya.
'Nyonya, Putri anda sudah melewati masa kritis, itu artinya putri anda akan baik-baik saja. Tuan Vin berhasil menyelamatkan putri Nyonya dari kematian. Berterimakasihlah padanya." Jelas dokter setelah itu meninggalkan Ambar.
"Apa? Putriku sudah berhasil melewati masa kritis, putriku selamat!" Ungkap Ambar dengan perasaan sangat bahagia, kekuatirannya pun segera tergantikan dengan rasa syukur yang sangat dalam.
Ambar pun langsung menghampiri Vin dan langsung berlutut di depan Vin. Membuat Vin tercengang dengan sikap Ambar yang tiba-tiba berlutut didepannya.
"Terimakasih Tuan, sudah menyelamatkan putriku, andai tuan tidak datang tepat waktu mungkin nyawa putriku tidak akan selamat. Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, siapapun yang bisa menyelamatkan putriku aku akan mengabdikan sisa hidupku sebagai gantinya dan sekarang Tuan Vin telah menyelamatkan putriku, maka selamanya aku akan melayani tuan Vin.” Ucap Ambar dengan tulus.
"Apa yang kamu lakukan Nyonya, cepat berdiri. Aku kasihan dengan putri nyonya, Itulah sebabnya aku berusaha membantu menyelamatkannya. Ayo berdirilah nyonya, anda tidak pantas berlutut di depan saya yang hanya orang biasa." Vin pun membantu Ambar bangkit berdiri.
"Terimakasih banyak Tuan Vin, tanpa bantuan darimu, aku tidak tau lagi bagaimana nasib putriku." Ucap Ambar lalu mengeluarkan black card dari dalam tasnya.
"Ambilah ini, Kartu ini bisa di gunakan untuk berbelanja apapun yang tuan inginkan. Tak hanya itu saja tuan bisa menggunakan ini untuk memenuhi kebutuhan tuan yang lainnya, apa saja yang tuan inginkan akan tuan dapatkan hanya dengan menggunakan kartu ini .” Jelas Ambar sambil menyodorkan kartu tersebut kepada Vin.
"Maaf nyonya saya tidak bisa menerimanya, Saya ikhlas membantu tanpa mengharapkan imbalan apapun. Mendengar putri nyonya sudah melewati masa kritis itu saja sudah membuat saya senang. Lebih baik nyonya simpan saja, saya tidak membutuhkannya.” Tolak Vin.
Mendapat Penolakan dari Vin, Ambar pun mendekati Vin dan memeluknya.
"Tolong jangan di tolak, kartu ini bukan sembarang kartu. Kartu ini akan sangat berguna untuk tuan nantinya. Dengan tuan menghubungi nomor yang tertera di belakang kartu ini, tuan bisa mendapatkan informasi apapun yang tuan inginkan bahkan bisa menundukkan seseorang jika tuan mau. Ambillah aku yakin ini akan sangat berguna di saat tuan terdesak.” Bisik Ambar di telinga Vin agar tidak ada yang tau tentang kartu itu.
"Baiklah nyonya aku terima kartu ini dan akan aku simpan baik-baik.” Dengan terpaksa Vin pun menerima kartu hitam pemberian Ambar.
Melihat kedekatan Vindra dan Ambar, membuat Sifa mengerutkan keningnya, Ada rasa cemburu di hatinya melihat keduanya begitu dekat. Namun Sifa enggan menunjukkan sikapnya itu dan berpura-pura tetap acuh. Ia pun segera menghampiri Vin dan ingin mengajaknya pergi.
"Jika kalian sudah selesai, bisakah kita pergi Vin." Ajak Sifa, yang sudah terlalu lama berada di rumah sakit, dan terlihat jelas di wajahnya ia sudah mulai bosan.
"Sepertinya saya harus pergi Nyonya, masih ada yang harus saya selesaikan. Sampaikan salam ku pada putri nyonya.” Vin pun pamit pergi meninggalkan Ambar dan melangkah keluar bersama Sifa.
"Baiklah, terimakasih sebelumnya dan ingat! Jika membutuhkan bantuan jangan lupa menghubungi ku." ucap Ambar dan Vin pun mengangguk lalu berjalan pergi bersama dengan Sifa.
Sifa pun menyerahkan kunci mobilnya dan meminta Vin untuk mengemudi. Vin segera menyetujuinya dan mereka pergi meninggalkan rumah sakit.
Di perjalanan Sifa nampak ragu untuk berkata sesuatu pada Vin. Namun dorongan karena cemburu, memaksa Sifa untuk tetap mengatakannya.
"Vin, Seperti sikap nyonya Ambar terlalu berlebihan.”
"Berlebihan bagaimana? Menurutku wajar, kalau nyonya Ambar melakukan itu. Melihat putrinya masih bisa di selamatkan tentu saja reaksi seperti itu bisa di lakukan siapa saja untuk mengungkapkan bentuk syukurnya."
"Buka itu maksudku. Sampai dia memelukmu begitu. Apa itu tidak berlebihan?" sela Sifa.
"Tidak. Dia tau bagaimana bersikap, karena Nyonya Ambar itu tau caranya berterimakasih selain itu dia wanita yang sangat baik, hatinya juga lembut dan juga sangat cantik. Tunggu dulu, apa kamu cemburu?” tanya Vin mengambil kesimpulan.
"Apa kamu bilang? Cemburu pada laki-laki lemah seperti kamu. Itu sangat tidak layak, dan jangan berharap.” Jawab Sifa dengan ketus, menutupi kebenarannya.
Di tengah perdebatan, ponsel Vin pun berdering dan itu panggilan dari ibu mertuanya.
"Gak usah di angkat, abaikan saja panggilannya." Cegah Sifa, dan menahan tangan Vin mengangkat ponselnya.
"Tidak bisa, ini adalah panggilan ibu mertua, aku tetap harus mengangkatnya.” Jawab Vin.
"Ada apa Ma?” Tanya Vin saat mengangkat panggilan dari ibu mertuanya itu.
"Aku Cuma ingin mengingatkan kamu agar tidak melupakan untuk menagih uang ke perusahaan BMX," ucap Miranda di seberang telepon.
"Iya ma, aku tidak lupa. Aku akan segera menagihnya.” Jawab Vin dan setelah itu segera mematikan panggilannya.
Vin hanya dapat menghela nafas, dan meletakkan kembali ponselnya dan kembali fokus menyopir. Sedangkan Sifa nampak kesal dengan sikap Vin yang tak mau mendengarkan kata-katanya.
To be continued ☺️☺️☺️