NovelToon NovelToon
PENGANTIN PENGGANTI KAKAKKU

PENGANTIN PENGGANTI KAKAKKU

Status: tamat
Genre:Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Pengganti / Obsesi / Cinta Seiring Waktu / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Tamat
Popularitas:1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mimah e Gibran

Dalam satu hari hidup Almira berubah drastis setelah menggantikan kakaknya menikah dengan King Alfindra. CEO yang kejam dan dingin.
Apakah Almira sanggup menghadapi Alfin, suami yang ternyata terobsesi pada kakaknya? Belum lagi mantan kekasih sang suami yang menjadi pengganggu diantara mereka.

Atau Almira akan menyerah setelah Salma kembali dan berusaha mengusik pernikahannya?

Yuk simak ceritanya, semoga suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Tempat tinggal baru

Meski berencana menginap di mansion Anton, sejujurnya Almira keberatan. Apalagi dengan kondisi pipinya yang merah karena bekas tamparan Silvia. Alfindra sampai kaget karena bekasnya merah sekali bahkan Almira terlihat seperti istri korban kdrt.

"Aku obatin, pasti perih banget." Alfin berinisiatif mengambil kotak P3K di bawah untuk mengobati pipi Almira. Setidaknya agar rasa perih dan memarnya menghilang.

Malas berdebat dengan Silvia, Alfin memilih diam dan mengambil apa yang ia perlu lalu kembali naik dan mengunci pintu.

Sementara Silvia, saat ini ia sedang menghubungi suaminya, mengadu kekejaman putra bungsu dan meminta sang suami serta Zion segera pulang.

"Awas aja kamu, Fin! Mama yakin, kamu bakalan nurut dan ninggalin ja lang itu," batin Silvia seraya menatap kepergian Alfindra yang menaiki tangga ke lantai atas.

Alfindra dan Almira turun menjelang larut, mereka meninggalkan mansion tanpa pamit pada Silvia. Lebih baik menghindar agar mamanya mereda dari pada membiarkan Almira jadi bulan-bulanan mamanya.

Satu jam yang lalu, Alfindra sudah menghubungi Madel. Dengan kondisi Almira seperti ini hanya Madel yang Alfindra percaya. Beruntung di apartemen Madel ada satu unit apartemen kosong yang disewakan, meski Madel harus mengganggu si pemilik malam-malam.

***

"Ini, mas tempatnya?" tanya Almira diangguki Alfindra.

"Kita sebelahan sama Madel jadi kalau perlu apa-apa atau kalau aku tinggal kamu ada yang jaga."

Almira mengangguk, mereka masuk. Sebuah apartemen dengan desain minimalis menurut Almira sangat cocok untuk ditinggali berdua. Meski sebenarnya, Almira masih ragu akan sikap Alfindra yang berubah sedrastis ini padanya. Apakah ini efek darah perawan? Karena kalau dipikir-pikir sejak mereka pergi ke puncak kok laki-laki itu tambah ada manis-manisnya meski dikit.

"Ini perabotannya boleh dipakai?" tanya Almira melihat mini dapur yang menurutnya lengkap.

"Boleh, asal gak dibanting-banting!" seloroh Alfindra memancing gelak tawa Almira.

"Ya kali aku mau banting. Mas paling yang suka banting-banting, kan galak."

"Palingan banting kamu ke ranjang, kalau banting panci sih enggak," elak Alfindra dibalas delikan Almira.

"Aku curiga nih mas amnesia atau kejedot pintu pas aku tinggal di rumah sakit."

"Enggak!" Alfindra merangkul istrinya, menyembunyikan kepala Almira di ketiak.

"Bau ih, mas!"

Selesai merapikan barangnya, mereka berdua istirahat. Fisik yang lelah bekerja ditambah memikirkan mamanya membuat Alfindra dengan mudah terlelap. Sementara Almira masih terjaga, memandangi wajah tampan suaminya. Bukan wajah yang terkesan ramah, wajah itu cenderung tegas, galak, tatapan mata yang tajam tapi entah kenapa akhir-akhir ini Almira mulai suka memandangi wajah itu.

Mata Almira mulai terpejam bersama malam yang kian larut. Hingga pagi menyapanya untuk kembali terbangun. Menyadari di apartemen belum ada sesuatu yang bisa ia masak. Akhirnya Almira memesan makanan online untuk sarapan.

Lalu kembali ke kamar untuk membangunkan Alfindra.

Drttttt...

Ponselnya berbunyi, sebuah pesan masuk dari Anton di pagi ini membuat Almira mengernyitkan dahi.

"Mir, hari ini pulang ya. Keluarga Wildan akan datang melamar kakakmu," pesan Anton.

"Iya, Pa! Aku usahakan."

Almira bimbang, antara memberitahu suaminya atau tidak.

Ting...

Bunyi bell pintu apartemen membuyarkan lamunannya, gegas ia keluar membuka sandi pintu. Pengantar makanan datang membawa pesanannya.

"Makasih, Mas!" Ucap Almira menerima beberapa kantong kresek berisi makanan untuk ia dan sang suami.

"Mas bangun, mandi!" entah kenapa suaminya hari ini susah sekali dibangunkan. Alfindra masih meringkuk bersama selimut yang membalut tubuh sampai ke leher.

"Tumben!" batinnya, kemudian tanpa sengaja tangan Almira menyentuh tubuh Alfindra yang panas.

"Kok panas, sakit nih pasti."

Benar saja setelah meletakkan punggung tangannya di kening, suhu tubuh Alfindra tinggi. Lalu berpindah ke leher juga tangan, semua panas membuat Almira panik dan segera membangunkan Alfindra.

"Ehm..." suara serak menyambutnya, mata Alfindra berangsur terbuka dan mengernyit melihat istrinya panik.

"Ada apa?"

"Mas panas, ke rumah sakit yuk? Kita periksa gimana? Atau mau ku panggil dokter kesini?" tanya Almira.

"Enggak, cuma demam biasa! Tar juga sembuh," seru Alfindra kemudian merubah posisi jadi bangun dan bersandar kepala ranjang.

"Hari ini jadi pulang? Papa bilang..."

"Kalau Mas sakit aku nggak pulang," potong Almira.

"Hana kan kakak kamu, hari ini papa ada bilang acara lamaran dan minta kita dateng. Mungkin aku nggak bisa, tapi kamu kan bisa dateng!"

"Tapi mas gimana? Bentar deh, aku kompres dulu. Padahal aku sarapannya beli, gak ada bahan apapun buat masak," seru Almira.

Lantas keluar kamar dan ke dapur untuk membuat kompresan. Tak berselang lama kembali membawa kain kompres dan mangkuk kemudian dengan telaten mengompres dahi Alfindra.

"Makan yang ada aja nanti aku suruh Madel belanja, kamu pulang gak apa-apa, Mir."

Almira mengangguk, "ya, nanti aku pulang!" meski berat, ia juga tak enak kalau tak pulang menghadiri lamaran kakaknya.

Setelah menyuapi Alfindra sarapan berpesan pada Madel, Almira akhirnya pulang ke kediaman Anton.

Dua mobil berjejer tampak memenuhi halaman. Almira turun dari taksi kemudian membayarnya.

Lain dengan Salma, ia sedang berada di depan mansion Anton setelah mendapatkan informasi dari orang suruhannya untuk mengawasi Hana. Namun, sudah hampir satu jam disana tak mendapati tanda-tanda kalau Alfindra akan datang. Malah mobil-mobil yang tak Salma kenali sama sekali.

"Permisi, Mbak! Apa benar ini rumahnya Hana Arraya?" tanya Salma.

"Ya benar!" Almira merasa familiar dengan Salma dari postur tubuh.

"Siapa ya? Kalau mau ikut saya masuk, saya juga datang ke pertunangan Kak Hana?"

"Ah, saya..." Salma bingung menjawabnya kemudian, ia mendekati Almira dan berbisik, "saya dokter kandungannya!"

Almira sontak terkejut, "maksud anda?"

Salma mengangguk, kemudian mengisyaratkan agar Almira tak memberitahukan pada siapapun.

Tak tahukah Salma kalau Almira adalah adiknya Hana? Rival sebenarnya dalam mendapatkan hati Alfindra.

"Iya benar. Tapi, sebenarnya saya agak enggak enak mupengin Hana. Saya cuma penasaran dengan calonnya, karena setiap pemeriksaan dia selalu sendiri. Apa kamu bisa bantu saya?" mohon Salma.

"Bisa, manggilnya aku kamu aja biar akrab!" pinta Almira diangguki oleh Salma.

"Oh, ya aku Almira." Almira memperkenalkan diri, disambut jabat tangan oleh Salma.

"Salma."

Deg....

Almira terkejut, kebetulan macam apa ini? Tak ingin berfikiran buruk, ia lantas mengajak Salma masuk, berharap jika wanita itu bukan Salma yang sama dengan mantan kekasih suaminya.

"Lho kok!" Seru Salma terkejut saat melihat calon suami Hana bukanlah Alfindra.

"Dokter?" Hana mengernyit menatap kehadiran Dokter Salma.

"Eh, tadi nggak sengaja lewat!" Salma meringis malu, sempat masuk dan mengucapkan selamat untuk Hana dan calon suaminya. Ia lantas melenggang pergi saking malunya mengira calon suami Hana Arraya adalah Alfindra.

Almira semakin curiga dengan Salma, jangan-jangan...

Lantas yang ia lakukan adalah memotretnya dan mengirim ke nomor ponsel suami.

"Mas, ini mantan kamu bukan? Salma mantan kamu?"

Alfindra yang memang merasakan tak enak badannya sama sekali tak menggubris ponsel.

Jangankan pesan dari Almira, panggilan berulang kali dari Silvia bahkan ia tolak.

Lama menunggu balasan, Almira memilih mengucapkan selamat untuk kakaknya dan calon ipar. Serta menyalami satu persatu keluarga Bang Wildan. Melihat keramah tamahan mereka sejujurnya membuat Almira iri, Kak Hana-nya memang selalu beruntung. Mendapat suami baik, mertua baik dan ditempatkan dengan orang-orang baik.

1
Henny Tri Mawardhany
Luar biasa
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •: makasih kk
total 1 replies
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
hai kak
Ervina
Luar biasa
Nayyara Gisella Nay Lagooss
😏😏 ceihhh 🤦
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Nurfatihah Tiha
/Smile/
Jutawan Tafonao
Pasti silvia dengan senang hati nerima cucunya 🤔
Jutawan Tafonao
Rasakan itu fin biar kamu gak curiga sama org lain bawah yg di kandung istrimu ada lah anak mu
Jutawan Tafonao
Ternyata zion itu jahat ya
Jutawan Tafonao
Itu lah yg di namakan cinta
Jutawan Tafonao
Seharusnya kelakuan salma tau silvia mamanya alfin biar tau rasa
Jutawan Tafonao
Entah kenapa rayyan ikut campur dalam hubungan mereka jelas jelas alfin cemburu katanya teman tapi mebuat almira sengsara
Jutawan Tafonao
Harus begitu fin biar istrimu tidak ada yg mengagap remeh
Jutawan Tafonao
Segitunya cinta alfindra dengan istrinya seru
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •: thanks kak
total 1 replies
Jutawan Tafonao
Kasihan cinta bertepuk sebelah tangan/Shame/
Jutawan Tafonao
Awas jadi penggangu lagi
Jutawan Tafonao
Lanjut saya baca ya/Pray/
Jutawan Tafonao
/Chuckle//Silent/
Jutawan Tafonao
kasihan banget almira nya
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
good
Khotinah Busro
ko si Almira polos wpa bodo banget si
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!