"Lupakan tentang kejadian di Paris. Anggap saja tidak terjadi apa-apa. Tubuhmu sama sekali tidak menarik. Aku tidak akan pernah sudi menyentuhmu lagi! Apalagi aku sudah punya kekasih."
Itulah yang diucapkan oleh Devano kepada Evelyn.
Devano sangat membenci Evelyn karena Evelyn adalah anak dari ibu tirinya.
"Kamu pikir aku mau melakukannya lagi? Aku juga tidak sudi disentuh lagi olehmu!"
Evelyn tak mau kalah, dia tidak ingin ditindas oleh kakak tirinya yang sangat arogan itu.
Tapi bagaimana kalau ternyata setelah kejadian malam itu, Devano malah terus terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Evelyn? Membuatnya tidak bisa melupakan kejadian malam yang indah itu di kota Paris
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Evelyn? Sudah lama kita tidak bertemu." sapa seorang pria kepada Evelyn yang baru masuk ke dalam lift. Gadis itu terlihat sedang membawa satu gelas kopi hitam di atas nampan.
"Hm?" Evelyn nampak mengerutkan keningnya, memandangi seorang pria yang menurutnya sangat asing.
Pria itu pun tersenyum simpul. "Sepertinya kamu sudah lupa. Namaku Gio."
Gio?
Evelyn mencoba untuk mengingat-ingat kembali tentang nama itu. Mungkin karena dia merasa memory di kepalanya telah penuh, sehingga dia gampang lupa.
Tapi sepertinya dia benar-benar tidak bisa mengingatnya. Apalagi pria itu jauh lebih dewasa darinya, mungkin seumuran dengan Devano. Sebuah perbedaan umur terpaut 5 tahun. Tidak mungkin jika Evelyn dan Gio pernah satu sekolah.
"Kalau boleh tahu kita pernah bertemu dimana?" tanya Evelyn, penasaran.
Mungkin saja mereka hanya bertemu satu kali, sehingga Evelyn tidak begitu mengingatnya.
Gio pun tersenyum kembali, "Aku sudah menduga. Kamu tidak mungkin mengingatku. Its okay, tidak apa-apa. Lain kali kalau ada waktu, kita bisa ngobrol dengan santai. Karena kebetulan hari ini aku harus bertemu dengan pemimpin perusahaan Anderson."
Evelyn nampak tercekat begitu mengingat bahwa tamu yang akan datang ke perusahaan bernama Gionino Alvarez. Apakah mungkin tamu yang dimaksud adalah pria yang sedang berada dihadapannya itu?
"Apakah mungkin kamu Gionino Alvarez? Seorang arsitek yang sangat terkenal itu?" tanya Evelyn sambil memelototkan matanya.
Nama Gionino Alvarez memang cukup terkenal di dunia konstruksi. Seorang arsitek muda yang sedang diburu oleh beberapa perusahaan yang bergerak dibidang konstruksi. Mungkin karena pekerjaannya tidak pernah mengecewakan. Dan hasil rancangannya tidak pernah gagal.
Lagi-lagi Gio pun tersenyum, "Iya, kamu benar. Aku adalah Gionino Alvarez. Senang bertemu kembali denganmu, Evelyn Patricia."
Sambil berkata seperti itu, Gio mengulurkan tangannya kepada Evelyn.
Evelyn harus bersikap ramah kepada semua tamu, apalagi saat ini dia telah menjadi seorang asisten.
Sehingga dengan ragu-ragu Evelyn menjabat tangan Gio. Meskipun sebenarnya dia sangat penasaran. Mengapa Gio bisa mengenalinya. Sedangkan dia tidak ingat apapun tentang pria itu.
...****************...
Devano segera menutup laptopnya dengan perasaan kesal, setelah melihat Evelyn yang sedang berduaan dengan seorang pria di dalam lift. Mereka terlihat begitu akrab. Bahkan mereka saling melempar senyuman.
Seumur hidup, Evelyn tidak pernah bersikap semanis itu padanya. Gadis itu selalu membuatnya kesal.
"Kenapa dia harus tersenyum seperti itu kepada pria asing? Apa dia tidak sadar kalau senyumannya sangat m..."
Devano segera mengoreksi kata-katanya. "Maksudku, jika dia terlalu ramah kepada seorang pria, apalagi kalau sampai tersenyum. Yang ada nanti pria itu akan salah paham."
Devano pun tiba-tiba terdiam. Dia memang telah mendengar pembicaraan Evelyn dan arsitek muda itu lewat kamera CCTV di dalam lift.
Entah mengapa Devano sangat penasaran, mengapa pria itu bisa mengenal Evelyn? Sedangkan Evelyn terlihat tidak mengenalinya ?
Apakah mungkin diam-diam Evelyn memiliki penggemar?
Devano pun menggelengkan kepalanya. Mungkin karena sampai kini dia merasa tidak ada yang menarik dari diri Evelyn. Sehingga dia merasa tidak mungkin jika Evelyn memiliki seorang penggemar.
Sebenarnya yang membuat Devano sangat kesal, ketika dia memperhatikan bagaimana cara Gio memandangi Evelyn, seakan menyiratkan sesuatu, yang Devano sendiri pun tidak bisa mengartikannya.
Devano sangat yakin. Apa yang sedang dia rasakan hanyalah rasa penasaran. Bukan rasa cemburu. Tidak mungkin dia cemburu, karena dia tidak memiliki perasaan apapun kepada Evelyn. Tidak akan pernah jatuh cinta kepada adik tirinya itu.
skrg kok aku mlh dukung Evelyn dgn Devano, aku merasa was was dan harus menghindari Gio tuh Evelyn. ada sesuatu yg sulit untuk dijelaskan 🫢