Lingga terpaksa menjadi pasangan pengantin saat ia sedang bersembunyi di salah satu ruangan yang di jadikan ruang make up pengantin.
Lalu bagaimana nasib Lingga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humairah_bidadarisurga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Hari ini hari terakhir bagi Lingga dan Diko untuk berlibur dari bulan madunya. Sudah hampir tujuh hari di sana dan mereka berdua bahagia. Tak ada satu hari pun yang terlewatkan untuk membuat beih cinta keduanya sebagai generasi penerus Hendiko Sastarawan.
"Sayang ... Lingga ... Bangun yuk. Katanya mau jalan -jalan, mau beli oleh -oleh, kita belum belanja -belanja seminggu ini, cuma jalan -jalan dan bikin anak," ucap Dio pelan sambil mengecupi pipi Lingga hingga kulit pipi itu basah.
"Eumhh ... Mau kemana?" tanya Lingga masih dalam keadaan mengantuk dan tak fokus pada pertanyaan Diko.
"Makanya ayok bangun. Apa mau di angkat masukin bathup nih biar bangun," ucap Diko pada Lingga.
Mendengar akan di masukkan ke dalam bathup, Lingga pun membuka kedua matanya dengan cepat dan mencium bibir Diko.
"Jangan dong sayang. Dingin ini. Mau makan sup ayam, ada gak sih? Marger banget?" tanya Lingga manja. Tubuhnya malah hanya mengegliat dan memeluk guling kembali dengan tubuh yang masih polos yang tertutup denagn selimut.
"Mau sup ayam? Apa lagi? Biar Mas pesen semua yang kamu pengen," tanya Diko menatap buku menu makanan yang ada di nakas dan memilih beberapa makanan yang bisa di pesan dari kamar hotel dan di antarkan nantinya.
Tidak sampai setengah jam, makanan dan minuman yang di pesan oleh Diko sudah di antarkan ke dalam kamar hotelnya dan di rapikan di meja. Lingga masih rebahan di kasur dengan nyenyak mulai terganggu dengan kedatangan beberapa pelayan yang mengantarkan makanan dan aroma wangi makanan itu membuat Lingga semakin ingin mencicipi semua jenis makanan yang di pesan oleh Diko.
"Sayang ... Ayo makan dulu Mas suapin," titah Diko pada Lingga dan memberikan kimono tipis untuk menutup tubuh polos Lingga.
Karena perutnya lapar dan sudah mulai perih. Lingga membuka kedua matanya dan menerima uluran tangan Diko dan memakai kimono tipis itu dan berjalan ke arah sofa. Kedua matanya terkejut melihat makanan yang begitu banyak.
"Banyak banget Mas? Siapa yang mau makan?" tanya Lingga pelan.
"Kita habiskan, terus olah raga kasur baru pergi," ucap Diko tertawa mengambil semangkuk sup ayam kuah kental untuk Lingga.
Mendengar ucapan Diko membuat Lingga hanya bisa melotot kesal.
"Kita tadi malem itu lima ronde lho Mas. Kamu gak capek apa? Lingga aja capek," ucap Lingga dengan nada memelas.
"Itu kan tadi malam sayng. Lihat ini makanan sumber energi semua, kekuatan Mas Diko akan pulih seketika dan kuat sepuluh ronde juga," ucap Diko tertawa hingga trepingkal -pingkal melihat wajah Lingga yang langsung berubah warna pelangi dan kesal.
Diko mulai meyuapi Lingga. Sup ayam kuah kental, makanan yang di andalkan di restaurant ini. Aroma wanginya bukan hanya terasa dari kaldu saja tapi juga aneka rempah -rempah yang bisa membuat tubuh menjadi hangat dan sehat.
"Hmmmmm ... Enak banget," puji Lingga yang merasa puas.
"Enak kan? Berarti harus di habiskan. Mau di suapin atau mau makan sendiri?" tanya Diko pelan.
"Lingga makan sendiri aja, Mas Diko makan juga ya, biar gak sakit," ucap Lingga pada Diko lalu mengambil mangkuk sup ayam itu dari tangan Diko.
Diko mengangguk setuju. Lingga masih menikmati sup ayam dengan keripik kentang pedas. Diko memilih menu sop buntut dengan roti keju yang nikmat.