Setan apa yang telah merasuki suamiku. Dengan teganya ia bermain dibelakangku. Terlebih didalam kamar yang sering aku dan suamiku memadu kasih.
Aku buka perlahan knop pintu itu. Dan untungnya tidak terkunci. Perlahan aku melangkah. Namun aku dikejutkan dengan dua sosok manusia yang sedang berada dalam satu selimut. Aku mendekat. Aku tarik rambut perempuan itu. Tak peduli ia merasakan kesakitan atas perlakuanku.
Dan sejak saat itu. Aku Ajeng Shafanina akan membalaskan atas luka yang mereka torehkan kedalam hatiku. Dan aku akan buktikan bahwa aku pun bisa tanpanya. Tanpa seorang Yudha Mahardika, suami yang tak tau diri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faza Nihaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masalah Hati Siapa Yang Tahu
"Bunda." pekik anak itu sambil berlari menghambur ke pelukan Ajeng.
"Maaf Bu, tadi Qeera merengek pengen kesini. Ya udah saya pesan taksi online tadi buat kesini." papar Sus Rini.
"Tumben anak bunda pengen kesini?" tanya Ajeng sambil mencubit hidung putrinya.
"Aku bosan dirumah terus." keluhnya. Lalu ia duduk disamping Ajeng, dan baru sadar kalau ada Abian disana.
"Om Abian?" sapa Qeera terlihat senang. "Om Abian sejak kapan ada disitu?"
"Sejak ... dari tadi." jawab Abian.
"Benarkah? Aku baru lihat soalnya."
"Iya, karena Qeera pokusnya sama bunda." jawab Abian tersenyum.
Lantas anak itu berpindah duduknya disamping Abian, membuat Ajeng terpaku melihatnya.
"Om, sebentar lagi aku akan masuk sekolah kelas satu, aku mau Om Abian yang anterin ya? Karena pasti teman-teman aku pada diantar oleh ayahnya juga. Sedangkan aku ... " Qeera menundukkan kepalanya. Tentu Abian sangat iba melihatnya. Lantas ia menyetujuinya.
"Serius Om?" tanya Qeera sambil mengangkat wajahnya dan dibalas anggukkan kepala oleh Abian.
"Makasih Om, Om sudah baik banget sama aku." katanya, dengan spontan Qeera pun merangkul Lelaki yang ada disampingnya.
Ajeng hanya diam saja menatap putrinya yang terlihat lengket dengan Abian, padahal baru beberapa kali bertemu.
Seperti biasa, Qeera berceloteh apa saja seperti di dalam mobil waktu itu. Abian pun menjadi pendengar setianya sambil sesekali melirik pada Ajeng.
Setelai usai, Abian pamit pergi karena ada urusan.
Ibu dan anak itu mengantarnya hingga sampai depan pintu.
Lambaian tangan antara Qeera dan juga Abian. Membuat Ajeng berpikir ulang. Apa harus segera mencari pengganti Yudha karena putrinya begitu menginginkan sosok ayah disampingnya.
Namun, hatinya benar-benar belum tertaut pada siapapun.
Sementara itu, kabar Yudha ditangkap polisi sudah sampai ditelinga Fiona, hingga ia sedikit syok. Dan akan menemuinya hari ini juga.
Dengan segera, Fiona masuk kedalam mobil dan melesat meninggalkan kediamannya menuju kantor polisi.
Setelah hampir memakan waktu satu jam lebih. Akhirnya mobil pun tiba dan kemudian ia turun lalu melangkah masuk.
Fiona bertanya pada siapa saja yang ada disana, mengenai dimana suaminya berada.
Informasi sudah didapat, ia pun kembali melangkah menuju ruangan yang tadi diberitahu oleh polisi yang berjaga.
Benar saja, Yudha sudah mendekam dibalik jerusi besi bersama Herman.
"Mas Yudha." pekik Fiona dari kejauhan. Ia pun meminta ijin pada polisi untuk bertemu dengan suaminya.
Fiona duduk dengan perasaan sedih dan takut. Sedih karena tidak ada yang menafkahinya jika Yudha dipenjara, takut karena ia gak mau jatuh miskin.
Yudha melangkah gontai mendekati sang istri lalu duduk dengan saling berhadapan.
"Apa yang terjadi Mas?" tanya Fiona lirih.
"Sudah ku bilang, aku disini juga karena akibat memenuhi keinginan kamu." ujar Yudha.
"Kenapa harus aku?" tanya Fiona.
"Karena kamu selalu menuntut segala hal dan segalah hal itu ingin selalu dituruti. Sementara aku! Gajiku harus aku bagi dengan anakku Qeera, yang tentu pengeluaranpun lumayan besar." papar Yudha.
"Itu jelas, salahnya ada dikamu Mas, kalian sudah berpisah, kenapa masih saja memberikan nafkah pada anak itu, padahal ibunya punya usaha sendiri." jawab Fiona tak suka.
"Dia itu anakku, aku wajib menafkahinya meski sudah pisah sama Ajeng. Sudahlah, sidang akan dilakukan seminggu lagi, bahwa aku akan dipenjara atau tidak. Maka hanya dengan bantuanmu aku bisa lolos. Dan kamu bisa cari cara apa saja agar aku gak jadi dipenjara." papar Yudha serius.
"Tapi, bagaimana caranya?" tanya Fiona.
"Kamu harus baik-baiki Abian dan minta maaf padanya."
"Apa?" kata Fiona sambil membelalakkan matanya, "Gak, aku gak mau." Fiona menolak.
"Fiona, jika kamu benar-benar ingin aku bebas, kamu harus lakukan itu." tekan Yudha.
"Tapi Mas, mau di taruh dimana harga diriku?" Fiona menggelengkan kepalanya.
"Makanya jadi orang jangan sombong, jangan sok paling berada, tapi kamu lihat kan sekarang? Orang yang kamu anggap rendah justru kamu yang harus merendah saat berada dihadapannya.
"Iya iya maaf." kata Fiona dengan cemberut.
"Sekarang pulanglah dan jemput aku nanti disini." Yudha bangkit dan kembali melangkah masuk kedalam jeruji besi.
Fiona yang melihatnya menyeka sudut matanya, tak kuasa melihat sang suami berada disana. Ia pun bangkit dan keluar menuju mobilnya. Lalu naik dan melesat meninggalkan lapas.
Suasana malam hari, ibu dan anak itu sedang mengisi formulir untuk persiapan pendaftaran nanti saat Qeera masuk SD.
Setelah usai. Qeera diajak kedalam kamarnya untuk tidur, namun pintu terdengar diketuk.
Lantas Ajeng meminta Sus Rini untuk menemani putrinya tidur, lantas ia melangkah dan pintu pun dibuka.
"Hasna." sapa Ajeng, dan mereka berdua berpelukan. Lalu masuk dan duduk diruang tamu. Dan Ajeng membuatkan minuman untuk sahabatnya.
"Ada apa nih? Tumben malam-malam kesini?" tanya Ajeng sambil menaruh minuman diatas meja.
"Mobilku mogok, kebetulan mogoknya pas didekat rumah kamu, yasudah aku jalan kaki aja kesini. Pengennya sih nginep, boleh kan?" tanya Hasna.
"Ya boleh dong. Mau disini terus juga boleh." jawab Ajeng.
"Malam ini saja ah, gak enak." balas Hasna. "Ajeng, kamu sudah tau kabar mantan suami kamu belum?" tanya Hasna.
"Memangnya ada apa dengan dia?" tanya Ajeng, padahal tak sedikitpun penasaran.
"Katanya sih, Yudha ditangkap polisi karena kasus korupsi." ujar Hasna.
"Ah masa sih?" tanya Ajeng menoleh.
"Iya beneran lho, kamu memang beneran gak tau, apa pura-pura tau sih?" tanya Hasna.
"Aku tuh beneran gak tau, lagian aku sudah gak mau memikirkannya lagi, untuk apa?"
"Iya sih." kekeh Hasna. "Ehh gimana hubungan kamu sama Luthfan?"tanya Hasna.
"Hubungan bagaimana maksudnya?" tanya Ajeng.
"Maksudku ... Kayaknya dia menyukai kamu deh. Dan itu terlihat jelas dari cara ia menatap kamu." papar Hasna.
"Jangan menerka-nerka deh, lagian kita kalau ketemu paling bahas masalah kerjasama doang." jawab Ajeng.
"Gak ada hal lain yang dibahas?" tanya Hasna.
"Ya nggaklah memangnya apalagi?" tanya Ajeng.
"Kamu tuh polos apa gimana sih? Masa gak ngerti maksud aku?"
"Santai napa bu bos." kekeh Ajeng melihat kekekesalan sahabatnya.
"Oke, aku cerita ya sama kamu sekarang, sebenarnya ada satu lelaki yang sudah menyatakan perasaannya sama aku." papar Ajeng membuat Hasna menoleh.
"Teruuuss langsung kamu terima kan?" tanya Hasna.
"Yeaayy ya nggak lah, lagian aku masih biasa aja sama dia, meski kadang ... Otakku tiba-tiba kepikiran sama dia."
"Naahh jelas tuh, kamu sudah merasakan jatuh cinta lagi sama orang lain. Memangnya siapa sih orangnya? Apa dia Luthfan?" tanya Hasna.
"Bukan, sebenarnya dia dulu kakak kelas aku." jawan Ajeng.
"Kakak kelas? Sudah matang dong. Apa dia duda?" tanya Hasna.
"Kayaknya sih belum menikah sama sekali deh." balas Ajeng.
"Kasih tau ciri-cirinya dong." pinta Hasna.
"Nggak ah nanti kamu suka lagi." candanya.
"Aduuuhh janda anak satu ini belum apa-apa udah jealous duluan." kekeh Hasna dan Ajeng pun tertawa.
"Pokoknya dia itu tampan, putih, hidung mancung, alis tebal dan yang pasti dia lebih baik dari mantan suamiku." papar Ajeng.
"Kok, ciri-cirinya sama sih sama cowok yang aku suka?" tanya Hasna.
"Masa sih?"
"Iya, tapi memang yang punya ciri-ciri itu banyak sih. tapi yang pasti siapapun orang itu semoga kali ini kamu mendapatkan orang yang tepat. Bukan seperti yang sudah-sudah." Papar Hasna.
"Aamiin." jawab keduanya kompak.
Setelah itu mereka masuk kedalam kamar masing-masing untuk tidur.
y nma jua lg kesel y bu..
nasib yudha jd apes setelah pisah sma
istri ...
kmu lambat..quien jua suka sma kmu ..
bersukur sdh lepas dri suami mu...