Hiera seorang gadis yang selalu mendapat perundungunan, baik di kampus maupun di keluarga sendiri.
suatu malam dia disiksa ibu tiri dan keluarganya hingga meregang nyawa, tubuhnya pun dibuang ke sebuah jurang.
Hiera nyaris mati, namun sesuatu yang tak terduga terjadi dan memberinya kesempatan kedua.
apakah Hiera mampu bangkit dan membalas orang orang yang telah menyakitinya?
yuk ikuti kisahnya dalam cerita SANG TERPILIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Stp 30
"Tidak, aku tidak boleh begini, mengambil kesempatan dalam kesempitan". Hugo menghela nafasnya, menjauhkan wajahnya dari wajah gadis itu, berusaha mati matian menekan gairahnya.
Hugo mengusap wajahnya frustasi, meremas rambutnya dengan kedua tangannya. Kepalanya mendadak pening.
Dia mengambil ponselnya, menekan sebuah aplikasi, memesan beberapa menu makanan. Kemudian menyimpan kembali ponsel itu di atas nakas.
Hugo menyambar handuknya, kemudian pergi ke kamar mandi. Mengguyur badannya yang terasa panas, Hugo berusaha mendinginkan kepala dan badannya.
Hiera terjaga dari tidurnya. Tidur dengan pulas beberapa menit membuat badannya terasa segar.
Hiera beranjak dari tempat tidur, berniat pergi ke kamar mandi.
Baru dia memegang handel pintu, tiba tiba pintu kamar mandi itu terbuka dari dalam.
Dan mata Hiera terbelalak lebar. Di depannya terpampang tubuh atletis yang menguar harum sabun mandi. Tubuh Hugo yang basah terlihat sangat maskulin. Dadanya yang bidang dipenuhi bulu bulu halus. Dan bulu bulu halus itu berbaris rapi melewati perut roti sobek Hugo menuju sebuah terminal.
Hiera menelan ludahnya.
"Apa yang kau perhatikan?" Pertanyaan Hugo sukses membuat wajah Hiera memerah seperti udang rebus. Hiera memalingkan mukanya, jadi salah tingkah.
Hugo menyeringai. Dia menarik satu tangan Hiera dan membawanya pada pipinya.
Menyentuh bulu bulu halus pada wajah Hugo, tubuh Hiera serasa di sengat listrik ribuan volt, gelenyar gelenyar aneh merayap dari perutnya ke seluruh tubuhnya. Hiera menahan nafasnya. Tubuhnya gemetar.
Hugo menarik perlahan tangan Hiera untuk menuruni tubuhnya. Tangan itu berhenti di dada bidang Hugo yang penuh bulu halus.
Tangan Hiera semakin gemetar, tatap matanya sudah tak fokus, lututnya terasa lemas. Tubuhnya seperti kekurangan oksigen. Dia hampir saja jatuh saking lemasnya.
Hugo melingkarkan satu tangannya pada pinggang ramping itu, menariknya hingga tubuh Hugo berhimpitan dengan tubuhnya.
Hiera semakin gemetar. Jantungnya seperti deburan ombak yang menghempas karang. Hugo mendekatkan wajahnya pada telinga Hiera.
"Terimalah cintaku Hiera". Bisikan Hugo menggelitik telinga Hiera, membuat gadis itu memejamkan matanya.
Perlahan bibir Hugo bergeser ke pipi gadis itu, mengecup lembut pipi mulus dan kenyal milik gadis itu. Kemudian bibir pria itu mulai mendekati bibir Semerah ceri itu.
Tiba tiba sekelebat bayangan muncul di benak Hiera, wajah pemilik iris mata laksana Jade, wajah pangeran Drake.
Hiera tersentak, refleks dia menjauhkan diri dari laki laki di hadapannya itu.
"Maa, maafkan aku Tuan Hugo".
"Kenapa, kenapa kau menolak ku Hiera? Apa karena perbedaan usia kita?" Tanya Hugo menelan kekecewaan.
"Bukan bukan begitu". Jawab Hiera ragu. Dia juga merasa bingung sendiri tentang perasaannya. Secara naluriah dia sangat tertarik pada Hugo, tapi benaknya selalu dipenuhi bayang bayang pangeran Drake.
"Lantas apa alasannya?"
"Aku, aku hanya butuh waktu Tuan". Jawab Hiera tak pasti.
Hugo menghela nafas panjang, menelan kekecewaannya.
"Baiklah berapa lama pun waktu yang kau butuhkan, aku akan setia menunggumu Hiers. Perlu kau tahu aku tak pernah jatuh cinta pada wanita manapun selain padamu! Jika aku harus mati, aku akan berusaha terlahir kembali hanya untuk mencari dan hidup bersamamu! Itulah keinginan terbesarku". Ucapan Hugo begitu membuat hati Hiera berdesir nyeri secara aneh. Hiera sampai heran dibuatnya.
Hugo berlalu dari hadapan Hiera menuju kamarnya. Membanting pintu kamar dengan kasar.
Hiera hanya mampu memejamkan matanya, "maafkan aku tuan Hugo". Gumamnya lirih. Dan entah kenapa tiba tiba setetes bening keluar dari telaga matanya, seolah Hiera merasakan kesedihan yang teramat sangat.
Hiera masih bergeming di tempatnya, dia jadi bingung akan berbuat apa.
Hugo keluar dari kamar setelah berpakaian lengkap. Melihat gadis itu masih berdiri mematung di tempatnya seperti orang kebingungan membuat hati Hugo luluh.
"Hugo menghampiri gadis itu.
"Maafkan sikap ku tadi. Kau mandilah dulu, aku sudah memesan makanan. Sebentar lagi pasti datang.
Hiera menganggukkan kepala, kemudian segera masuk ke kamar mandi.
Hiera mengisi penuh bathtub dengan air hangat, membubuhkan busa mandi ke dalamnya. Gadis itu segera melucuti seluruh pakaiannya dan membenamkan diri pada busa yang menggunung itu.
Rasa nyaman menjalar ke seluruh tubuhnya. Hiera membaringkan rileks tubuhnya dengan mata terpejam.
Suara pintu terbuka membuat Hiera membuka matanya. Dan Hiera terperanjat saat melihat Hugo masuk ke dalam kamar mandi.
" Tuan Hugo mau apa kamu?" tanya Hiera sambil membenamkan seluruh tubuhnya ke dalam bak mandi. Dia bersikap waspada.
"Maaf sepertinya kamu lupa belum membawa handuk mandi". ucap Hugo tak acuh sambil meletakkan handuk mandi pada pengait yang ada di kamar mandi itu.
Hiera tidak bisa bergerak, dia terus menyembunyikan tubuhnya di dalam busa mandi itu, dan dia menjadi sangat panik ketika Hugo menghampirinya.
"Tu.., tuan Ken mau apa kau?" Ucap Hiera waspada. Alarm pada dirinya mengirimkan sinyal tanda bahaya.
"Melihat Hiera panik Hugo tersenyum jahil, dia duduk di pinggir bathtub itu.
"Tuan Hugo mau apa kau!" tanya Hiera semakin panik saat tangan Hugo menjulur ke wajahnya.
Hugo mencolek busa sabun yang ada di hidung gadis itu kemudian menjilatnya
"Astaga ternyata busa sabun, kupikir kau mandi dengan es krim". ucap Hugo menggoda.
"Boleh aku temani kau mandi nona?"
"Tuan Hugo! pergi, pergi kau pria mesum! atau kulempar kepalamu dengan botol sabun ini". Ancam Hiera sambil meraih botol sabun yang ada di pinggir bathtub itu.
Hugo meringis kemudian segera berlalu berlari kecil meninggalkan gadis itu sambil tersenyum senyum kecil. Ah hidupnya akan penuh warna sekarang.
"Ini sudah tidak aman". Pikir gadis itu. Dia segera meraih handuk kemudian segera memakai
Ups aku lupa, aku tidak punya baju untuk ganti. Hiera mendesah, dengan perasaan agak jengkel dan takut dia keluar dari kamar mandi itu menggunakan piyama handuk itu.
"Oh kau sudah selesai mandinya" ucap Hugo sambil menatap nakal tubuh Hiera.
Tuan Hugo aku tidak punya baju untuk ganti ketus Gadis itu dengan wajah masam.
"Kau ambillah di lemari warna putih, di sana banyak baju khusus perempuan".
Hiera pun segera menuju ke kamar dan membuka lemari bercat putih itu. Dan Hiera menautkan kedua alisnya, merasa heran begitu banyak pakaian perempuan di lemari itu masih baru dengan tag harga juga lengkap dengan pakaian dalam perempuan. "Apakah ini baju-baju bekas kekasihnya Tuan Hugo". Benaknya.
"Jangan kau pikir itu baju-baju bekas pacarku, aku tidak pernah punya pacar tahu, aku khusus membelikannya untukmu".
"Tuan Hugo!" Hiera terkejut karena Hugo tiba-tiba berada di belakang punggungnya.
"kau pilihlah yang kau suka, dan segera pakailah. Kita akan makan malam bersama. Aku tunggu di ruang makan, ya". Ucap Hugo sambil berlalu dari kamar itu.
Mata Hiera menelusuri semua pakaian yang ada di lemari itu. semuanya kelihatan bagus dan fashionable. Sampai-sampai Hiera bingung memilihnya. Akhirnya pilihannya jatuh pada gaun berwarna hitam.
"Sial Kenapa baju ini begitu pas di tubuhku, sepertinya Tuan Hugo sudah tahu ukuran tubuhku". batin gadis itu.
Hiera pun keluar dari kamar setelah berpakaian, menuju ke ruang makan di mana Hugo sudah menunggunya.
"Maaf ya jamuan makan malam hari ini aku memesannya dari luar, tapi lain kali aku akan memasak untukmu". Ucap Hugo sambil tersenyum manis.
Hiera duduk di depan Hugo. Menatap beragam menu yang terhidang di meja makan.
Kemudian mereka pun mulai menyantap makanan itu.
"Libur kuliah tinggal seminggu lagi, apa yang kau rencanakan? tanya Hugo. Berusaha membuka percakapan disela-sela makannya.
Hiera jadi ingat rencana awalnya, ingin melaksanakan tugas dari pangeran Drake mencari pedang inti samudra.
"Aku sudah merencanakan dengan temanku akan berlibur ke hutan Larangan, ingin menjelajahi hutan itu.
Hugo terlihat menautkan dua alisnya sambil menatap inten wajah Hiera.
"Hutan larangan itu hutan yang sangat angker. Apa yang ingin kau lakukan di sana? Lagi pula itu bukan hutan wisata"
"Tidak ada. Aku hanya ingin menelusuri ke asrian alamnya yang belum terjamah oleh manusia sama sekali, pasti sangat asik dan menantang". jawab gadis itu beralasan.
"Tapi itu terlalu berbahaya Hiera, apa tidak ada tempat lain selain hutan Larangan?. Bagaimana kalau aku ajak kau berlibur saja ke luar negeri, misalnya ke Maldives".
"tidak, tidak! Aku sudah berjanji dengan temanku untuk menyusuri hutan larangan. aku tidak tertarik pergi ke luar negeri. pokoknya aku akan pergi ke hutan Larangan dengan temanku". ucap Hiera kekeh. Padahal dalam hatinya menjerit, "apa?! Maldives? Itu adalah pulau impian yang ingin ku kunjungi!"
Tapi Hiera tak lagi punya waktu, dia harus segera melaksanakan misinya.
"Ya sudah kalau begitu aku akan ikut. Aku tidak ingin terjadi apa-apa padamu".
"Tapi Tuan Hugo!"
"Tidak ada tapi tapi, pokoknya aku harus ikut. Kalau tidak aku tak akan mengijinkan mu pergi ke sana!"
Hiera berdecak kesal. bukannya apa-apa, dia kan mau menjalankan misi rahasianya. Hiera tidak mau kalau Hugo tahu bahwa dia sedang mencari pedang inti samudra. Tapi apalah daya, pria arogan di depannya ini sudah memutuskan, jadi dia tidak bisa apa-apa selain mengikuti keinginan laki-laki egois di depannya ini.
msk langsung luluh aj