Haruskah Aku Berbagi Suami
Tuk
Tuk
Tuk
Terdengar suara derit langkah sepatu di malam hari membuat Ajeng terbangun. Buru-buru Ajeng melepaskan pelukannya pada anaknya Qeera.
"Bobo yang nyenyak ya sayang. Mamah keluar sebentar." Ujar Ajeng pada putrinya yang telah tertidur lelap.
Ia keluar dari kamar Qeera dengan langkah pelan. Terlihat sepasang lelaki dan perempuan dengan mesranya memasuki kamar pribadi Ajeng dan suaminya.
"Mas Yudha." Ucapnya pelan sambil tangannya membekap mulutnya.
Namun dua sepasang manusia itu tidak menyadari ada Ajeng yang melihatnya dari kejauhan.
Lalu Ajeng mendekat kearah kamarnya yang pintunya sudah tertutup rapat. Namun masih terdengar jika ada yang berbicara dari dalam meski tidak terlalu jelas.
"Mau apa mereka? Siapa perempuan itu?" Gumamnya sambil telinganya ia tempelkan dipintu.
Terdengar suara ******* disana. Membuat Ajeng memejamkan matanya. Hatinya tiba-tiba sesak. Jelas suara itu sedang melakukan layaknya hubungan suami istri.
Ia pun membuka pintu itu yang memang tidak dikunci. Dan mungkin juga ini merupakan kesialan untuk sepasang dua manusia itu.
Ajeng sangat shock melihat dua manusia itu yang sungguh tidak baik untuk dilihat.
Keduanya telah berada dalam satu selimut yang tentunya pakaian mereka pun sudah teronggok dilantai. Ajeng pun mendekat.
"Kamu tega Mas, kamu jahat." Teriak Ajeng menatap nanar pada Yudha lalu menatap perempuan yang berada dibawah Yudha. Yudha turun dan duduk disamping perempuan itu.
"Siapa kamu? Dengan beraninya masuk kedalam kamarku dengan suamiku? Dasar perempuan murahan." Bentak Ajeng dengan menarik rambut perempuan itu.
"Hentikan Ajeng. Jangan sakiti Fiona." Bentak Yudha yang tubuhnya masih bersembunyi dibalik selimut.
"Ohh jadi namamu Fiona?" Sentak Ajeng yang tangannya belum mau melepaskan rambut Fiona. Ia terus menariknya sehingga Fiona merasakan sakit dikepalanya.
"Awww sakiiiiittt." Lirih Fiona yang matanya melirik pada Yudha, meminta perlindungan.
"Ajeng aku bilang lepasin." Kembali Yudha membentak.
"Kamu lebih memilih perempuan ini?" Tunjuk Ajeng pada Fiona. "Dibanding aku istri sah kamu?" Rahang Ajeng mulai mengeras.
"Tapi dia juga istriku."
"Apa?"
"Ya, kami telah menikah siri dua minggu yang lalu. Maaf aku tidak ijin dulu padamu."
Ajeng pun rubuh dihadapan mereka, sambil tangan kanannya memegang dadanya merasakan sakit yang teramat dalam, sungguh sesak dan pahit menerima kenyataan bahwa suaminya kini telah menikahi perempuan lain tanpa ijin dan sepengatahuannya.
Ajeng terus terisak tanpa dipedulikan oleh Yudha yang malah mengusap rambut Fiona yang masih berada disampingnya.
Ajeng memalingkan pandangannya melihat adegan mesra suaminya. Ia pun mencoba bangkit.
"Aku tunggu kalian dilantai bawah." Ujar Ajeng dengan suara serak akibat isakan yang tidak mau berhenti.
Ia pun keluar dari kamar itu dan terus menyeka sudut matanya.
Ajeng terlebih dahulu kembali kekamar sang anak, memastikan bahwa Qeera masih tertidur. Dan untung saja Qeera masih lelap dengan tidurnya.
Ia pun segera menuju lantai bawah dan langsung duduk diatas sofa tempatnya bersantai menunggu dua manusia tak tahu diri itu.
"Mas, kamu bilang, kamu belum menikah. Tapi apa ini?" Tanya Fiona sambil mengenakan pakaiannya.
"Maaf, aku berbohong, karena jika aku jujur takut kamu tidak mau menikah denganku." Ujar Yudha yang sudah rapih dengan pakaiannya.
"Pantes kamu inginnya kita nikah siri dulu. Jadi ini alasannya?" Fiona mendengus kesal.
"Sudahlah tak perlu dipikirkan. Aku melakukan ini semua semata karena sangat mencintaimu. Cinta ini dari dulu tidak pernah padam untukmu" Ucap Yudha dengan merangkul Fiona.
"Tapi marahnya itu bikin aku takut Mas. Lihat kepalaku jadi sakit karena ulahnya tadi." Rengek Fiona manja.
"Kita harus hadapi dia, apapun yang terjadi." Ujar Yudha.
"Tapi jangan tinggalin aku Mas."
"Iya sayang, karena kamu mantan terindah Mas dari dulu, tapi sekarang jadi istri terindahku." Ujar Yudha tersenyum sambil menggandeng Fiona menuju lantai bawah.
Yudha dan Fiona menuruni anak tangga satu persatu tak lupa adegan mesra selalu mereka lakukan.
Kini keduanya telah berada dibelakang Ajeng. Lalu mereka pun duduk berdampingan dihadapan Ajeng dengan tangan yang masih saling tertaut.
Ajeng membetulkan duduknya. Menarik napas perlahan, mencoba supaya tidak terbawa emosi dengan pembicaraan mereka nantinya.
"Langsung saja pada inti." Tukas Ajeng. "Apa yang membuatmu tega menghianatiku dari belakang bahkan tanpa izinku kamu telah menikahinya. Kurang apa aku ini Mas?"
"Tidak, kamu pun tidak ada kurangnya dimataku. Alasanku jelas karena cinta, dan jika aku ijin dulu padamu maka pernikahanku ini tak akan terjadi karena kamu pun pasti tidak mengijinkannya." Tukas Yudha menatap Ajeng yang dibalas tatapan juga olehnya.
"Baik, jadi hanya karena cinta? Dan asal kamu tau. Jika kamu ijin dulu padaku akan menikahinya mungkin tak akan sesakit ini karena mungkin aku sudah menguatkan hatiku jika tiba-tiba suamiku menikahi perempuan lain tanpa sepengetahuanku. Tanpa ijinku. Tapi apa kenyataanya? Sakit Mas. Sungguh sakit hati ini." Isak Ajeng menatap keduanya.
"Maafkan aku."
Hanya itu ucapan yang terlontar dari bibir Yudha sambil menundukkan kepalanya. Ada rasa tak tega melihat sang istri terisak karena ia pun masih mencintainya meski rasa cinta itu lebih besar pada Fiona.
"Ceraikan aku." Sentak Ajeng yang isakannya sudah mulai mereda.
"Tidak. Aku tidak akan menceraikan kamu."
"Lalu maumu kita serumah bertiga begitu? Maaf, aku tidak setangguh perempuan-perempuan lain yang dengan ikhlasnya dipoligami."
"Tapi bukankah poligami itu boleh?"
"Ya, jika memang atas ijin istri pertama dan tidak mendzoliminya. Jelas disini kamu telah mendzolimi aku, menikahinya secara diam-diam."
"Tapi aku bisa adil."
"Mas, poligami itu bukan hanya perkara tentang adil, tapi harus ada keikhlasan dihati keduanya dan masih banyak lagi. Aku tak yakin jika pernikahan kita dilanjut aku dan istri barumu itu akan baik-baik saja. Karena sampai kapanpun aku gak rela jika harus berbagi suami." Ujar Ajeng dengan nada sedikit kesal.
"Dan kamu Fiona." Ajeng menatapnya tajam. "Sungguh perbuatanmu telah mencoreng nama baikmu sendiri. Yang sayangnya harus jadi pelakor diantara rumah tanggaku dan Mas Yudha."
"Maaf mbak. Sungguh aku tak tau jika Mas Yudha telah menikah. Bahkan aku baru mengetahuinya sekarang. Jika saja Mas Yudha jujur dari awal. Aku pun pasti menolaknya" Jawabnya dengan menundukkan kepala tanpa berani menatap Ajeng sedikitpun.
"Apa aku harus percaya?"
"Fiona benar, dia tidak tau kalau aku sudah menikah, karena aku berbohong padanya." Ujar Yudha.
Ajeng menoleh pada suaminya. Matanya yang sudah mengering itu pun seketika kembali berembun.
"Demi ingin menikahi dia kamu tega berbohong Mas?" Ajeng mengusap wajahnya dengan kasar sambil menarik napas berat. "Entah apa yang ada dipikiranmu saat ini Mas, kamu bukan Mas Yudha yang dulu lagi, kamu jahat." Teriak Ajeng sambil bangkit dan melangkah menuju kamarnya.
"Mbak." Ucap Fiona mengulurkan tangannya hendak meraih tangan Ajeng.
"Sudahlah, biarkan dia sendiri dulu." Ujar Yudha sambil merangkulnya.
"Tapi kamu memang jahat Mas. Jika aku yang berada diposisi dia, akupun tak akan segan meminta cerai darimu." Fiona menundukkan kepalanya sambil menyeka sudut matanya. Sungguh hatinya sebenarnya sangat iba pada Ajeng. Tapi semua telah terjadi.
Ajeng memasuki kamarnya dan menutup pintu, ia rubuh dibalik pintu dengan isakan yang kembali terdengar. Ia tak tau harus bagaimana. Bahkan kedua orangtuanya pun sudah tidak ada, ia anak tunggal. Orangtuanya meninggal karena sebuah kecelakaan saat Ajeng baru saja lulus kuliah.
"Kamu tega Mas, apa salahku. Sehingga kamu tega melakukan ini semua padaku." Gumam Ajeng dengan terus terisak menyandarkan tubuhnya pada pintu. Ia pikir dengan menikah hidupnya akan bahagia dan tak lagi kesepian karena ia akan ikut kemanapun suaminya membawanya pergi. Tapi apa? Apa ini yang disebut bahagia
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Intan IbunyaAzam
msih menyimak thor
2023-10-09
0
Uthie
coba menyimak kembali 👍😁
2023-07-11
2
Soraya
permisi numpang duduk dl ya kak
2023-07-07
0