Gea Arunika tidak menyangka pernikahannya yang semula baik-baik saja tiba-tiba jadi rusak setelah kehadiran seorang wanita yang katanya adik dari suaminya bernama Selena.
Namun, setelah diamati tiap harinya, tingkah David dan Selena tidak seperti adik dan kakak melainkan seperti pasangan suami istri.
Hingga pada akhirnya Gea tahu, kalau dirinya adalah istri kedua dan Selena adalah istri pertama suaminya.
Rasa sakit itu semakin bertambah ketika tak sengaja mendengar obrolan mereka yang akan membawa pergi anak yang dikandungnya setelah ia melahirkan.
Lalu bagaimana kisah mereka selanjutnya?
ikuti ceritanya terus ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Gaza sakit
Tamara menemani sang cucu bermain di ruang keluarga. Selena pun ada disana sedang bersandiwara jadi ibu yang baik untuk Alwin. Berpura-pura mengasuh Alwin padahal di hatinya ia enggan.
Bahkan ketika Alwin tanpa sengaja tertusuk jarum pun, tak nampak kekhawatiran di wajah Selena. Beda sekali dengan Tamara yang berteriak meminta dibawakan kotak p3k.
"Astaga! Kenapa bisa jarum jahit ada di ruang keluarga? Cepat bersihkan semuanya! Jangan sampai masih ada jarum-jarum yang lain," teriak Tamara.
"Cup, cup, cup sayang. Sakit ya?" ucap Tamara sambil menenangkan Alwin dengan menggendong cucunya sambil digoyang-goyangkan.
Meski darah yang keluar sedikit, tetap saja Tamara tidak mau cucunya terluka sedikit pun walau hanya setitik darah sekali pun.
"Selena, apa kamu tadi tidak melihat jarum di sekitar Alwin? Kamu kan yang paling dekat dengannya."
"Tidak Ma. Aku sadar-sadar ketika Alwin tiba-tiba menangis," jawab Selena.
Sambil terus mengusap-usap kepala sang cucu, Tamara selalu mengatakan tidak apa-apa ke Alwin.
"Tidak apa-apa sayang. Ini hanya luka kecil, sebentar lagi Oma akan obati."
Tak lama pelayan yang membawa kotak p3k pun tiba. Tamara memberikan sedikit obat merah ke cucunya. Lalu setelahnya, Alwin sudah tak menangis lagi. Bayi itu sudah kembali ceria dan bermain lagi dengan mainannya.
*
*
Gaza mulai disibukkan dengan proyek hotel yang ia garap. Gaza meminta dicarikan material bangunan terbaik untuk membangun hotel itu. Tak apa harga mahal sedikit yang penting kualitas bagus dan masih sesuai dengan target pengeluaran yang sudah direncanakan.
Saking sibuknya, Gaza bahkan sampai lupa makan hingga berakhir perutnya kesakitan. Sekretarisnya yang bernama Keanu pun langsung membawa Gaza ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Gaza pun ditangani oleh dokter. Rupanya Gaza kesakitan karena asam lambungnya naik dan telat makan. Dokter pun menyarankan Gaza untuk tidak terlalu stress dalam memikirkan apapun. Karena itu juga menjadi salah satu faktornya.
"Baik dokter. Terima kasih."
Gaza terbaring di rumah sakit dengan wajah sedikit pucat nya. Tapi, ia tetap meminta ponselnya pada Keanu karena ada beberapa hal yang harus diurus oleh Gaza.
"Tidak bisa Pak Bos. Anda harus beristirahat terlebih dahulu. Mengenai klien atau masalah perusahaan lainnya, biar saya yang mengurusnya. Sekarang anda cukup fokus saja untuk pemulihan. Kalau sampai Nyonya Hani tahu, dia bisa khawatir."
"Ya intinya jangan sampai mama tahu lah," ucap Gaza.
Namun, tanpa diduga. Orang yang tidak ingin Gaza beritahu itu sudah ada di rumah sakit dan menghampirinya dengan linangan air mata.
"Kamu itu bandel banget sih Ga. Sudah mama bilang jangan telat makan, jangan terlalu keras dalam bekerja. Secukupnya saja. Kenapa kamu jadi persis sama seperti papamu sih! Gimana keadaan kamu sekarang? Masih sakit? Perutnya masih mual-mual?"
"Ma, aku cuma asam lambung. Jangan panik."
"Gimana nggak panik coba? Mama dapat kabar kalau kamu masuk rumah sakit dari resepsionis saat mama mau mengunjungi papamu. Asam lambung juga penyakit Ga."
"Iya, iya mama." Gaza hanya pasrah saja mendapatkan omelan dan celotehan kekhawatiran dari sang mama. Bahkan untuk makan saja, Gaza disuapi mamanya karena dipaksa dan diancam.
"Kalau kamu tidak mau makan, mama kurung kamu di rumah sakit seminggu."
"Apa sih mama, ini mah nanti sorean juga udah baik-baik aja. Jangan berlebihan ma."
"Makanya cepat makan!"
Ya, mau bagaimana lagi, jika sang mama sudah bersuara, Gaza tak mampu menolaknya. Apalagi ancamannya tidak disukai oleh Gaza.
Hingga tak lama ponsel Gaza pun berdering, ada telpon dari seseorang. Gaza ingin mengangkatnya, tapi keburu Mama Hani yang mengangkatnya duluan.
"Halo Ga, apa ada kelanjutan lagi?" tanya Gea di ujung telepon sana.
Mama Hani yang mengangkatnya kebingungan lalu menatap ke arah Gaza.
Ingin merebut ponselnya, tapi mamanya tak mengizinkan. Alhasil, Gaza hanya bisa bersuara pelan dan mengatakan itu temannya.
Karena belum ada tanggapan dari Gaza, Gea bersuara lagi.
"Ga, apa kamu ada disana? Halo!"
Mama Hani keluar dari kamar Gaza dan mulai bicara dengan Gea.
"Maaf ya, Gaza nya lagi sakit. Ini tante, mamanya Gaza."
"Ah, begitu. Sakit apa ya Tante?"
"Biasa, penyakit anak bandel yang nggak mau dengerin ucapan orang tua. Asam lambung karena telat makan dan stres pikiran," jawab Mama Hani.
"Titip salam ke Gaza ya Tante. Semoga cepat sembuh."
"Iya, nanti tante sampaikan. Ngomong-ngomong kamu temannya Gaza yang mana? Teman kuliah?" tanya Mama Hani.
"Ah, aku teman dari Gaza jaman SD sampai SMA di kampung Tante."
"Oh begitu."
"Iya Tante, maaf kalau mengganggu. Kalau begitu aku matikan teleponnya."
Setelah telepon selesai. Mama Hani kembali lagi masuk ke dalam ruangan. Ia menatap wajah anaknya penuh selidik. Curiga kalau wanita yang menghubungi anaknya adalah wanita yang disukai anaknya. Apalagi dia bilang kalau dia adalah teman Gaza sewaktu di kampung dulu.
"Mama menatapnya jangan tajam-tajam. Nanti itu matanya keluar loh."
"Kalau keluar ya tinggal mama salahin kamu."
"Lah, kenapa jadi aku?"
"Iya, karena kamu suka banget bohong sama mama. Bilangnya mau kenalin mama ke dia. Tapi mana buktinya? Wanita yang menelpon tadi orangnya kan? Orang yang kamu sukai?"
Gaza tak mampu lagi menolak, ia mengangguk saja demi keselamatan.
"Besok bawa dia ke rumah. Mama mau tahu seperti apa orangnya," pinta Mama Hani.
"Nggak bisa lah Ma. Orang dia nggak tinggal di Jakarta. Dia itu tinggal di Malang."
"Terus, kenapa tadi dia nanya kelanjutan lagi? Sebenarnya apa yang kalian lakukan?" Mama Hani sudah penasaran tingkat tinggi.
"Sudah lah ma. Itu urusan anak muda. Mama yang sudah berumur nggak boleh tahu. Pamali."
Mama Hani mendengus sebal. Anak sama bapak memang sama saja.
"Kalau begitu, mama akan minta nomornya."
"Buat apa sih mama? Jangan aneh-aneh deh. Nanti kalau Gea jauhin aku gimana?"
"Ya biar mama nggak terlalu penasaran. Oh jadi, namanya Gea ya? Memangnya mama mau ngelakuin apa? Sampai-sampai Gea harus jauhin kamu? Kamu tuh suka sekali berpikiran buruk sama mama sendiri. Kualat nanti kamu Ga."
Gea hanya bisa menghela napasnya saja. Meski dilarang pun, pasti mamanya akan mencari tahu tentang Gea. Apalagi mamanya benar-benar mengambil nomor kontak Gea dari ponselnya.
"Mama pulang dulu. Baik-baik disini sampai besok."
"Lah? Kenapa besok? Aku kan mau pulang sore ini mama."
"Nggak, nggak ada. Mama udah minta dokter buat nggak izinin kamu pulang."
Lalu setelahnya Mama Hani keluar dari kamar inap Gaza. Gaza hanya bisa cemberut karena harus bermalam di rumah sakit. Padahal banyak sekali hal yang harus ia lakukan.
*
*
TBC
