Josceline And Hot Mafia
Josceline masih memasang wajah kesal. Dia bahkan tak mau mendaftarkan dirinya ke Universitas mana pun, karena keinginannya tidak dituruti oleh kedua orang tuanya.
"Mommy bukannya tidak suka kamu berpergian, tapi ke negeri orang sendian bukanlah ide yang bagus Celine. Apa lagi kamu itu seorang perempuan?"
"Apa masalahnya kalau aku perempuan, Mom?"
"Aku bisa jaga diri. Aku bisa menembak, aku bisa berkelahi, aku bisa melindungi diriku sendiri, apa lagi yang kurang?"
"Oh, mommy benci harus berdebat denganmu, Celine. Pokoknya sekali tidak tetap tidak."
"Mommy menyebalkan."
Celine mengambil tas ranselnya dan lalu pergi ke luar.
"Mau kemana kau Celine?"
"Berbelanja," jawab gadis itu tanpa menoleh ke arah ibunya. Sebenarnya gadis itu sedang menyusun misi untuk bisa pergi berkeliling dunia.
"Ya Tuhan, anak ini benar-benar sulit diatur.
Celine pergi diikuti oleh 3 orang pengawal. Dia tak peduli dengan hal itu. Memang kedua orangtuanya selalu berlebihan dan jujur Celine merasa jenuh dengan kehidupannya saat ini.
Lama pergi, tiba-tiba pengawal yang mengikuti Celine datang dengan wajah pucat pasi. Giani, ibu Celine merasa sesuatu hal yang buruk terjadi pada putrinya.
"Ada apa?"
"Ma_maafkan kami, Nyonya. Nona muda kabur saat ada di mall.
"APA ...? Celine kabur?"
"Iya, Nyonya. Kami sudah mengikuti nona Celine hingga memasuki sebuah toko baju. Kami tidak tahu jika nona menyamar saat keluar dari toko itu."
Giani langsung mengambil ponselnya dan menghubungi nomor suaminya.
"Ben, putrimu kabur."
"Sudahlah, Honey. Kau tidak perlu cemas. Aku tahu kemana dia pergi. Aku akan terus mengawasinya."
Giani pun hanya bisa diam, saat suaminya berkata demikian. Dia hanya bisa pasrah saja. Dari keempat anaknya, hanya Celine yang sulit diatur. Padahal Celine adalah anak perempuan satu-satunya di keluarganya.
Celine tersenyum senang saat berhasil mengelabuhi anak buah ayahnya. Dia sudah merencanakan misi kaburnya ini jauh-jauh hari.
Celine memilih kabur karena ibunya tidak setuju dia pergi liburan seorang diri. Padahal dia sudah besar dan sudah punya SIM, tapi ibunya selalu memperlakukan dirinya seperti anak kecil.
Celine kini sedang duduk di ruang tunggu bandara. Dia sudah memesan tiket ke Los Angeles, Amerika seminggu yang lalu. Kali ini dia akan melakukan petualangan yang dia impikan.
"I'm sorry mom. Aku akan segera pulang jika aku sudah puas bermain."
Celine mengambil tas ranselnya ketika panggilan dari pengeras suara terdengar menggema bahwa pesawat yang akan menuju Los Angeles akan berangkat.
Senyum Celine mengembang, "Good bye Melbourne, see you again."
Ini akan menjadi penerbangan pertama Celine seorang diri. Biasanya dia ke mana-mana akan ditemani kakak laki-laki nya, tapi kini untuk pertama kalinya Celine akan melakukan solo travel.
Celine berangkat ke Los Angeles dengan penuh persiapan. Jika ditanya apa semua dilakukan olehnya sendiri? Jawabannya adalah tidak. Sebenarnya, semua usahanya bisa terlaksana karena ada campur tangan ayahnya.
Ayahnya sudah menyiapkan semua akomodasi untuk dirinya, itu juga karena Celine mengancam akan kabur dari rumah dan tak akan kembali lagi.
Dia kini duduk di pesawat komersil kelas bisnis. Celine meletakkan tas ranselnya di samping tempat duduknya karena kebetulan Celine mendapat tempat duduk di dekat jendela.
Dalam pikirannya Celine sedang menyusun rencananya. Dia akan berkunjung ke beberapa tempat termasuk Disney Land.
Tanpa Celine sadari sejak tadi ada seorang pria yang menatapnya dengan sangat dalam. Dia seperti sangat memuja gadis itu.
Kurang lebih 14 jam, Celine kini tiba di bandara Internasional Los Angeles. Dia merenggangkan otot tubuhnya sesaat sebelum menuruni pesawat.
"Los Angeles, i'm coming." Celine benar-benar hanya pergi membawa ransel dan tas kecil yang selalu dia sembunyikan di balik mantelnya. Suhu di Los Angeles hari ini mencapai 10° celcius. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat Celine untuk berkunjung ke negara itu.
"Nona Celine."
"Anda paman Stuart?" Tanya Celine. Sebelummya dia sudah diberitahu oleh ayahnya jika nanti akan ada yang menjemput dirinya di sana.
"Anda benar, Nona. Mari ikut saya."
"Ya terima kasih, Paman dan maaf jika aku merepotkan."
"Tidak perlu sungkan. Sudah menjadi tanggung jawab saya secara langsung pada tuan Benjamin."
"Baiklah, jika begitu aku tidak akan sungkan lagi."
Mereka akhirnya pergi dari bandara itu, Pria yang tadi menatap Celine di dalam pesawat akhirnya memilih mengikuti mobil yang membawa Celine.
"Kau melihat gadis tadi?"
"Ya tuan muda."
"Bukankah dia cantik sekali?" kata pria itu.
"Apa tuan Marrick menginginkannya?"
"Ya, tentu saja. Siapa yang tidak mau memiliki kekasih secantik gadis tadi. Kita ikuti terus mobil itu. Supaya aku tahu di mana dia tinggal.
"Baik, Tuan."
Di dalam mobil Stuart, Celine merasa mobilnya terus diikuti. Dia sesaat menoleh ke belakang. Lalu tak lama Celine berdecak.
"Kita diikuti, paman."
"A_apa?"
"Paman tenang saja. Arahkan mobilnya ke hotel saja. Biar aku yang urus sisanya."
"Tapi, Nona."
"Turuti saja mauku, Paman. Daddy tidak akan memarahimu. Aku hanya ingin tahu apa maunya orang-orang di dalam mobil itu."
"Baik, Nona."
"Besok paman tidak usah menjemputku ke apartemen. Minta tolong orang lain saja untuk menyewakan mobil untukku."
"Baik, Nona."
Stuart benar-benar berbelok di hotel. Setelah Celice memberitahukan nomor ponsel pada Stuart, dia masuk ke dalam hotel. Matanya sempat melirik mobil yang mengikutinya. Mobil itu juga berhenti di hotel itu untuk beberapa saat.
Celine tak memperhatikan langkahnya saat memasuki hotel hingga tanpa sadar dia menabrak tubuh seseorang hingga membuatnya terhuyung. Namun, beruntung seseorang menahan tubuhnya.
Celine langsung membungkukkan badannya. "Maafkan aku, Tuan. Aku benar-benar tidak sengaja."
"Apa kau buta?" tanya pria itu dengan nada sinis dan datar. Mendengar ucapan yang cukup mengesalkan itu, Celine mengangkat wajahnya dan menatap pria di depannya dengan tajam.
Saat kedua tatapan mata mereka bersirobok, Celine justru terpaku dengan wajah tampan pria itu.
"Selain buta, ternyata kau juga tuli?"
"Ah, sial. Kenapa hari pertama di negara ini aku harus bertemu orang-orang menyebalkan seperti mereka," gumam Celine. Namun, pria di depannya masih bisa mendengar dengan jelas ucapan gadis itu.
"Apa katamu?"
Celine tersenyum miring. "Oh, ternyata kau juga tuli rupanya."
Orang-orang yang berdiri di belakang pria itu tampak terbelalak kaget mendengar ucapan gadis yang sangat berani itu.
Pria tadi tersenyum, rupanya gadis ini belum tahu siapa dirinya.
"Kau salah mencari musuh gadis kecil," ujar pria itu.
"Ada apa Damian?" Seorang wanita cantik menghampiri pria itu, pakaiannya sungguh kekurangan bahan menurut Celine.
"Hanya gadis ingusan yang sedang mencari masalah."
"Dengar Paman! Pertama aku tidak suka membuat masalah. Aku menabrakmu dan aku sudah mengatakan maaf tadi, tapi karena kau sudah tua, mungkin pendengaranmu mulai menurun, tapi kemudian kau mengataiku buta dan tuli. Kau itu benar-benar orang yang sangat menyebalkan."
"Sudahlah, Damian. Jangan didengarkan omongannya."
"Ya, sebaiknya jangan dengarkan aku dan pergilah, paman. Ku harap aku tidak bertemu denganmu lagi."
Damian mengepalkan tangannya, sudah 2x gadis di depannya itu memanggil dirinya paman. Apa wajahnya setua itu?
"Kau tunggu saja, aku akan membuatmu menyesal telah berurusan denganku."
"Let's see aku tunggu tantangan darimu." Celine tersenyum manis dan lalu pergi meninggalkan Damian dan rombongannya.
Mereka semua tidak menyangka ada orang yang berani pada tuan mereka. Terlebih lagi itu adalah seorang gadis cantik. Sungguh sangat menarik.
"Sudah lah honey, kenapa kau tampak begitu kesal."
"Chester antar Zenya pulang ke apartemennya."
"Tapi, honey .... "
"Aku lelah Zen, aku mau istirahat."
Damian memutar langkahnya kembali ke lobi hotel. Teriakan panggilan Zenya kekasihnya sama sekali tak dia pedulikan. Entah kenapa Damian merasa terganggu dengan panggilan yang Celine sematkan pada dirinya.
Celine memesan kamar hotel dengan santai. Dia menyerahkan kartu debit nya untuk pembayaran kamar itu. Setelah mendapat key card nya Celine segera berjalan menuju lift. Dia menekan tombol lift, sembari menunggu pintu lift terbuka, Celine menyalakan ponselnya yang sejak kemarin sore dia matikan.
Saat pintu lift terbuka, Celine terkejut saat sebuah tangan kekar menariknya masuk ke dalam lift itu.
"Hei, kenapa kau lancang menyentuhku!" Pekik Celine kesal. Dia menatap tajam pemilik tangan lancang itu. Namun, mata Celine langsung terbelalak kaget.
"Kau .... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
2024-11-06
0
Dewi Oktavia
siapa y,,,saya baru membaca novel dari tor😁
2024-10-25
0
🍁Angela❣️
celine jenius 😄😄😄tapi si tukang ngambek 😄😄😄
2024-11-02
0