NovelToon NovelToon
Identitas Suami Miskin

Identitas Suami Miskin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Kaya Raya
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Halu

Anesha dan Anisha adalah kakak beradik yang terpaut usia tiga tahun. Hidup bersama dan tumbuh bersama dalam keluarga yang sama. Namun mereka berdua dibesarkan dengan kasih sayang yang berbeda. Sebagai kakak, Nesha harus bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya. Sedangkan Nisha hidup dalam kemanjaan.

Suatu hari saat mereka sekeluarga mendapat undangan di sebuah gedung, terjadi kesalah pahaman antara Nesha dengan seorang pria yang tak dikenalnya. Hal itu membuat perubahan besar dalam kehidupan Nesha.

Bagaimanakah kehidupan Nesha selanjutnya? Akankah dia bahagia dengan perubahan hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mereka ke hotel?

Bintang-bintang semakin bertaburan di langit ketika dini hari. Beberapa ayam jantan sudah mulai berkokok dan bersahutan. Angin dingin pun menusuk melalui celah-celah didinding. Namun tak mengurungkan niat Nesha untuk melaksanakan sholat tahajjud.

Meski dengan mata mengantuk, ia membasuh wajahnya dengan air dingin. Setelah dirasa segar, ia melanjutkan berwudhu.

Diatas sajadah usangnya, Nesha melaksanakan sholat sunnah dengan khusyuk. Dzikir tak henti ia rapalkan sembari memejamkan mata. Setelahnya ia berdoa dengan tulus. Mendoakan kesehatan dan keselamatan untuk seluruh anggota keluarganya. Tak lupa juga ia doakan untuk dirinya sendiri. Lalu ia lanjutkan dengan sholat subuh.

Seperti hari-hari yang sudah Nesha jalani, ia akan sibuk dengan menyiapkan sarapan untuk keluarganya dan beberes rumah sebelum pergi kerja. Semuanya selalu ia lakukan seorang diri. Ibu dan adiknya akan keluar kamar jika semuanya sudah siap.

"Nes, semalam kamu pulang jam berapa?", tanya Pak Edi yang sudah duduk diruang makan. "Jam setengah sepuluh, Pak", jawab Nesha sambil mengaduk kopi.

"Bapak semalam pulang jam berapa?" Balik tanya Nesha, karena setelah berdebat dengan ibunya, ia menangis sampai ketiduran.

"Jam setengah sebelas. Masih ngobrol-ngobrol dulu sama Pak Haji", jawab Pak Edi sambil menyeruput kopinya. Nesha mengambilkan nasi diatas piring untuk sang bapak. Lalu mereka sarapan berdua, ibu dan adiknya belum beranjak dari kamar. Namun Nesha tak menceritakan kejadian semalam. Ia takut bapaknya khawatir.

Nesha berpamitan berangkat lebih awal karena harus segera menyiapkan orderan grosir yang akan dikirim siang hari.

Setelah berpamitan pada bapaknya, Nesha segera menuju ruko Ci Fani. Mengingat kejadian semalam, membuatnya lesu.

Sementara itu, Nisha baru bangun dan pergi mandi. Sedangkan Bu Rumi yang sudah duduk di ruang makan sambil menikmati teh yang sudah Nesha sediakan.

"Bu, sesekali bantulah Nesha menyiapkan kopi untukku", ucap Pak Edi membuka percakapan.

"Pak, kamu tahu kan kalau aku susah sekali bangun pagi", jawab Bu Rumi memutar malas bola matanya. "Kalau Nesha keberatan menyiapkan sarapan, ya udah nggak usah masak, Pak. Aku juga nggak nyuruh dia, kan?"

"Nisha juga seharusnya sudah mulai belajar di dapur. Kelak dia kan akan menikah dan melayani suaminya."

"Nisha itu akan jadi istrinya pengusaha, Pak. Orang kaya. Pasti nantinya juga dia akan punya pembantu. Buat apa repot-repot ngurusin dapur?"

Pak Edi hanya menghela nafas. Setiap kali berdiskusi atau menasehati istrinya, pasti akan selalu berujung debat. Dan Pak Edi akan selalu mengalah.

Tin tin!

Terdengar suara klakson mobil. Nisha segera keluar kamarnya dengan dandanan yang rapi dan cantik.

"Pak, Bu, Nisha berangkat dulu, ya?" Pamitnya salim mencium kedua punggung tangan orangtuanya.

Bu Rumi dengan semangat mengantar anak kesayangannya sampai depan dan melambaikan tangan.

"Fandi kok nggak turun menyapa?" Gumam Pak Edi yang masih setia duduk di ruang makan dengan secangkir kopinya.

"Orang mereka juga langsung pergi. Ngapain turun? Nanti capek. Fandi kan masih harus mengurus usaha dan karyawannya nanti", bela Bu Rumi pada calon menantunya.

"Tapi itu kan etika dasar pada orangtua, Bu."

"Bapak tuh nggak usah kolot-kolot. Lagipula orang berduit mah, sah-sah saja mau ngapain", ketus Bu Rumi.

Lagi-lagi Pak Edi hanya terdiam jika mendengar nada ketus yang keluar dari mulut Bu Rumi. Ia tak ingin berdebat dengan istrinya di pagi hari.

***

"Nesha, antarkan motor ini kebengkel buat ganti spakbor", titah Ci Fani.

"Bengkel mana, Ci?"

"Bengkel besar yang ada di tengah kota sana. Ini duitnya." Ci Fani mengeluarkan dua lembar uang seratus ribuan.

Nesha menerima uang itu lalu pergi sesuai dengan perintah bosnya. Sepanjang perjalanan, matanya menyapu pemandangan kanan kiri. Meski yang terlihat hanya pertokoan, pasar tradisional, taman, dan beberapa bangunan hotel.

Tiba-tiba netranya menangkap sosok yang tak asing masuk ke dalam hotel.

"Nisha, Fandi?" Gumamnya. Ia berhenti sejenak di depan hotel untuk memastikan bahwa penglihatannya salah. Tapi memang dua orang yang dilihatnya adalah Nisha dan Fandi. Ia tak salah lihat.

"Ngapain mereka masuk hotel?"

Tin tin!

Suara klakson mobil dari belakang membuat Nesha terkejut. Mobil tersebut akan belok masuk ke halaman hotel. Segera Nesha melajukan kembali motornya.

Sesampainya di bengkel, ia masih harus menunggu antrian.

"Ah iya. Aku harus menghubungi nomor semalam", batin Nesha sambil merogoh ponsel yang ada di tas selempangnya. Men-scroll konta

"Garvi", Nesha menggumamkan nama yang menurutnya jarang ditemui.

Ia memutuskan mengirim pesan melalui WA. [Assalamualaikum. Saya yang semalam anda tabrak. Ini nomor saya. Kalau urusan anda sudah selesai, mohon segera hubungi saya.]

Namun pesan WA itu hanya centang satu. Membuat Nesha kelabakan. Pasalnya jika nomor yang diberikan pria itu palsu, maka dia tak akan mendapatkan uang ganti rugi. Yang artinya dia harus mengganti uang perbaikan motor Ci Fani dan juga kehilangan uang lemburnya. Padahal dia sudah bekerja dengan keras dan hati-hati. Malah ada orang ceroboh yang membuatnya merugi.

***

Pukul 18.00 Nesha sudah sampai dirumah. Segera ia mandi dan melaksanakan sholat maghrib.

Suasana rumah tampak sepi bak tak ada penghuni. Nesha membuka tudung saji, tak ada lauk apapun. Bu Rumi biasanya membeli lauk untuk makan malam, karena ia tak mau makan sisa masakan yang dimasak pagi hari. lalu ia membuat secangkir teh untuk menghangatkan tubuh.

"Bapak kemana, Bu?" Tanya Nesha setelah melihat ibunya keluar kamar.

"Ke rumah Pak Haji", ibunya mengambil cemilan di lemari dapur dan berjalan ke ruang tamu untuk menonton sinetron kesukaannya. Nesha mengekor sang ibu dan ikut duduk di sofa.

"Bu, Nisha belum pulang?" Tanyanya dengan hati-hati.

"Belum. Katanya masih jalan-jalan sama Fandi."

Nesha menggigit bibir bawahnya, tampak ragu akan menyampaikan sesuatu.

"Bu, Fandi sering ngajak keluar Nisha?"

"Iya. Memangnya kenapa?"

"Emm.. Tadi aku lihat Nisha sama Fandi, Bu", Nesha menjeda.

"Ya terus kenapa? Memangnya ada yang aneh?"

"Mereka masuk hotel, Bu." Nesha mengucapkan kalimat lanjutannya dengan nada lirih. Takut kalau ibunya tersinggung.

"Kamu itu sama kayak bapakmu. KO-LOT!" Bu Rumi menekankan kata terakhirnya dengan sedikit lantang.

"Tapi mereka kan belum nikah, Bu. Takutnya kalau mereka melakukan..."

"Jangan menuduh adikmu! Memangnya dihotel cuma ada kamar dan cuma tempat nginep? Siapa tahu mereka makan di sana, kan? Fandi tuh orang berduit. Makan mewah dihotel itu hal kecil baginya." Omel Bu Rumi tak terima anak dan calon menantunya dituduh.

"Tapi tadi itu pas jam kerjanya Nisha lho, Bu."

"Sudah tutup mulutmu itu! Muak ibu mendengarkan ocehanmu yang sok suci itu! Bilang saja kamu iri sama adikmu!" Bu Rumi meninggalkan Nesha dengan perasaan dongkol.

1
Yogya Sasmito
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!