NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Slice of Life / Single Mom / Nikahmuda / Cerai / Duda
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.

Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.

Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.

Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.

Ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

Selina tidak lagi memikirkan siapa yang sudah membawa Ian ke rumah sakit. Baginya, hal terpenting sekarang hanyalah kondisi putranya yang semakin menggigil.

Begitu mereka tiba di rumah sakit, Zavier langsung berteriak panik memanggil dokter. Dengan sigap, perawat membawa Ian ke ruang perawatan anak khusus. Selina hanya matanya terus menatap pintu ruangan yang tertutup rapat.

Kini ia terduduk di lantai koridor rumah sakit. Lututnya ia tekuk rapat ke dada, wajahnya tertunduk, dan bahunya bergetar karena tangis yang tak bisa ia tahan lagi. Rasa takut, cemas, bercampur dengan rasa bersalah menggerogoti hatinya.

Tak lama, suara langkah terburu-buru terdengar. Kim dan Nathan muncul dengan wajah panik setelah Denada mengabari mereka.

“Mama… Papa… gimana keadaan Ian?” tanya Kim, jelas-jelas ia juga khawatir.

“Masih ditangani dokter,” jawab Denada pelan.

Kim menoleh, pandangannya tertuju pada abangnya. Wajah Zavier begitu tegang, penuh kekhawatiran. Kemudian tatapannya beralih ke arah Selina, yang masih terduduk di lantai dengan tubuh gemetar.

Zavier menarik napas panjang, lalu bergumam dengan nada yang cukup keras.

“Andai saja ibunya nggak egois, pasti semua ini nggak akan terjadi…”

Kata-kata itu menusuk hati Selina. Dadanya kian terasa sesak, tapi ia tak mampu mengangkat wajahnya.

“Kita datang baik-baik ke rumahnya, cuma ingin meluruskan apa yang salah di masa lalu. Tapi dia? Malah mengusir kita, bahkan sampai bertindak kasar. Kalau kita bersikap baik aja dia kayak gitu, jangan salahkan kita kalau nanti masalah hak asuh bakal dibawa ke pengadilan.”

Selina menggenggam ujung bajunya erat-erat. Ia tak punya tenaga untuk melawan, karena pikirannya hanya berpusat pada keadaan Ian.

“Sudah, jangan bicara seperti itu lagi, Zavier.” Hero yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara. “Sekarang yang paling penting itu kesehatan Ian." Lanjutnya.

Tak lama kemudian, seorang dokter wanita berhijab keluar dari ruang perawatan. Selina berdiri dan langsung tergesa mendekat ke arah dokter ber name tag Dania itu.

“Bagaimana keadaan cucu kami, Dok?” tanya Denada penuh cemas.

“Bagaimana keadaan putra saya, Dok?” Selina ikut bersuara, suaranya parau karena terlalu menangis.

Dokter Dania tersenyum.

“Cucu kalian hanya demam biasa dan kedinginan, tapi tidak ada masalah serius. Saya sudah memberikan penanganan, termasuk infus cairan hangat. Kondisinya sekarang sudah jauh lebih stabil. Sebentar lagi dia akan sadar.”

Mereka semua akhirnya mengembuskan napas lega.

“Kalau begitu, saya permisi dulu. Nanti perawat akan tetap memantau perkembangannya,” ucap dokter Dania.

“Terima kasih banyak, Dok,” ucap Selina dan Denada hampir bersamaan.

Begitu dokter pergi, Selina segera masuk ke ruang perawatan putranya. Ia menghampiri ranjang kecil itu, lalu meraih tangan mungil Ian. Bibirnya mengecup punggung tangan sang buah hati dengan lembut.

“Sayang… Mama di sini, Nak,” katanya dengan suara bergetar.

Denada berdiri tak jauh dari brankar Ian, menatap cucunya dengan sorot mata nanar. Hatinya dipenuhi campuran haru dan penyesalan. Ia benar-benar tidak menyangka sudah menjadi seorang nenek. Ia bahkan tak perlu tes DNA untuk memastikan. Garis wajah Ian, hingga rambut keritingnya adalah cerminan yang begitu mirip dengan Zavier ketika masih kecil—yang juga sama dengan rambut Kim dan dirinya sendiri.

Selina sempat menoleh, menatap mereka semua yang ikut masuk ke ruangan. Ada dorongan kuat dalam dirinya untuk mengusir mereka pergi, tapi tubuhnya terlalu lemah dan hatinya terlalu kacau untuk melakukannya.

“Selina…” Nathan akhirnya bersuara. “Maaf kalau saya harus ikut campur lagi. Tapi tolong, biarkan mereka melihat cucu mereka. Berikan mereka ruang.”

“Iya, tolong, Selina… kali ini saja. Kami nggak punya banyak waktu di kota ini. Apalagi… Bang Zavi akan segera menikah.” Kata Kim. Kalimatnya memelan di akhir.

Selina terdiam. Hatinya bergemuruh tapi bibirnya terkunci rapat. Ia hanya menatap wajah Ian yang terpejam. Lama ia memandang, sebelum akhirnya ia membungkuk, menempelkan bibirnya di dahi putranya.

Setelahnya Selina berdiri dan berjalan keluar dari ruangan, meninggalkan mereka bersama Ian.

Satu hari penuh Ian dirawat di rumah sakit. Selina juga tak masuk kerja, baik ke kantor Jayden maupun ke kafe Lincoley karena saat ini dia fokus merawat putranya yang sudah ada di rumah.

“Habisin, sayang… dikit lagi, ya?” ucap Selina lembut sambil menyodorkan sendok berisi bubur ke mulut Ian.

Namun bocah itu hanya menggeleng pelan. “Kenyang, Ma.”

Selina tak memaksa. Ia meletakkan mangkuk di meja kecil di samping ranjang, lalu merapikan selimut putranya. Sejak tadi Ian tidak banyak bicara, hanya sesekali saja.

Hening beberapa saat. “Mama… ja… jadi Om yang nemuin Ian di sekolah beberapa hari lalu itu… papa Ian, ya? Terus, nenek yang rambutnya keriting sama Om botak itu… kakek sama nenek Ian?” tanya Ian tiba-tiba.

Selina terdiam, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia menghela napas panjang sebelum menjawab. Setelah Selina keluar Ian semalam, ternyata Kim memperkenalkan keluarganya kepada Ian. Bocah itu jelas terlihat senang ketika tahu bahwa ia punya kakek, nenek, dan seorang ayah yang dia mimpikan selama ini.

Saat Selina kembali masuk setelah menenangkan diri, Ian memang sudah sadar dan tampak ceria berbicara dengan mereka. Bahkan wajahnya bersinar ketika menatap Zavier.

Sekarang, pertanyaan itu kembali menghantam Selina.

“Mama jelasin ke Ian…” suara Ian kembali terdengar, penuh rasa ingin tahu. “Kenapa mereka baru datang sekarang? Apalagi… papa Ian ternyata orang kaya. Mereka tinggal di kota Vienna, sama kayak papa temen Ian. Kota Vienna kan nggak jauh dari sini… tapi kenapa mereka baru kali ini nemuin Ian?”

"Kata mereka tanya mama saja," lanjutnya.

Selina tercekat. Ia ingin sekali menjawab jujur—bahwa sebenarnya ia yang memilih menjauh, ia yang menutup rapat pintu untuk keluarga Zavier. Tapi bagaimana mungkin ia tega berkata begitu pada bocah sekecil Ian? Bisa saja Ian tersinggung dan malah kecewa dengannya.

Wanita itu mengusap lembut rambut keritingnya.

“Ian sayang…” Kata Selina pelan. “Mama… Mama bakal jelasin nanti. Sekarang kamu istirahat dulu.”

“Ian mau denger sekarang, Ma,” pinta bocah itu, menatap lurus dengan wajah serius.

“Tapi…” Selina hendak beralasan, namun tiba-tiba—

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar jelas.

“Sebentar, Mama bukain dulu,” ucap Selina sambil mengelus kepala putranya.

Wanita itu bangkit, melangkah pelan menuju pintu kontrakan. Ia menyingkap sedikit gorden jendela, mencoba melihat siapa yang datang. Anehnya, tak ada seorang pun di luar.

“Nggak ada orang…” gumamnya heran.

Namun pandangannya segera tertuju pada sebuah kotak berukuran cukup besar, terbungkus rapi dengan kertas kado berwarna biru, tergeletak di lantai depan pintu. Selina membuka pintu perlahan, menatap sekitar kontrakan yang sepi.

Hatinya langsung dipenuhi rasa was-was. Pikiran buruk menghantam kepalanya. Kalau ini bukan hadiah? Kalau ada sesuatu yang berbahaya di dalamnya? Kenapa juga harus sembunyi-sembunyi seperti ini?

Selina sempat berniat membuang kotak itu, tapi matanya menangkap secarik kertas kecil yang menempel di atas kado.

'Jangan dibuang! Aku memberikan ini untuk Ian.'

Alis Selina berkerut. Pikirannya langsung melayang pada Zavier… atau mungkin keluarganya.

Selina akhirnya membuka kado itu. Begitu kertas pembungkus tersingkap, matanya terbelalak. Isinya adalah satu set Lego original ukuran besar dengan gambar istana di depannya.

Selina tercekat. Ingatannya melayang pada kejadian beberapa hari lalu di pusat perbelanjaan. Ia masih ingat jelas bagaimana Ian berhenti cukup lama di depan etalase mainan, menatap set Lego yang harganya mahal. Bocah itu memang tidak merengek, hanya menatap lama dengan mata berbinar, lalu akhirnya ikut Selina pergi setelah wanita itu berkata mereka tidak bisa membelinya. Saat itu Selina merasa bersalah, tapi apa daya, uangnya pas-pasan untuk kebutuhan sehari-hari.

Kini, mainan yang sama ada di hadapannya.

Selina terdiam lama, sebelum akhirnya membawa kotak itu masuk ke kamar.

“Wah! Lego!” seru Ian begitu melihat apa yang di bawah Selina. Wajah pucatnya langsung berseri-seri.

“Siapa yang kasih itu, Ma?”

Selina menatap putranya. “Nggak tahu… tapi katanya ini buat kamu.”

Ia meletakkan kotak Lego itu di pangkuan Ian. Bocah itu langsung memeluk kotaknya erat.

Selina hanya bisa menghela napas panjang, menatap putranya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

1
Ayano Rosie
Jayden juga egois banget memaksakan kehendaknya udah tahu seluna berdarah darah hatinya masih juga begitu
Sunaryati
Yang sangat egois itu kalian, seorang ibu memaksa anaknya menjauhi dan memisahkan dari menantunya. Eliza juga sudah ditentang ayahnya tidak boleh menikah dengan Zavier, ayahnya meninggal nekat.
Sunaryati
Tabah dan semangat Sellina mulut Zavier masih kasar untuk ibu dari anaknya demi mendapatkan keinginannya, tidak menjaga perasaan Sellina, sampai punya anak 6 tahun masih mendapatkan hinaan yang sama.
Sunaryati
Kamu bengkarung ya di depan ibunya kau hina, emak yang baca saja jadi nyesek dan nangis, namun bersyukur Sellina semakin kuat. Sedangkan di depan Ian lembut dan membela, dasar pria bunglon tak sumpahin bucin pada Sellina🤣🤣🤭
Sunaryati
Mulut Zavier busuk orang lain saja peduli kok mulutnya mudah bilang Sellina mati atau hidup tak peduli. Sellina itu korban dari kedua orang tuanya penderitaan masih bertambah, syukur dia wanita tangguh dan pekerja keras. Fix Zavier harus dapat karma, jangan diber keturunan pada pernikahan dengan Eliza karena arogansi dan kesombongannya, buat perusahaannya bangkrut agar bisa merasakan hidup jadi orang miskin
Sunaryati
Kapan kamu bebas dari tekanan orang- orang- kaya yang atogan
Sunaryati
Astaga apa tidak ada saksi, masa sih orang tua kok membully anak. Seharusnya jadi contoh
Sunaryati
Hati Zavier saja tak ada getaran jika dia mempunyai anak
Sunaryati
Ayahnya banyak uang ibunya menghidupi diri saja sampai berusan dengan toilet, mudah- mudahan orang- orang yang membuat hidupmu menderita mendapatkan balasan setimpal, dan Jayden kena karma ibunya jatuh cinta pada Sellina
Sunaryati
Banyak ya orang semena- mena pada orang miskin, miris/Cry/ Semoga kedepannya kamu mendapatkan kebahagiaan Sellina emak nyesek
Sunaryati
Hati kamu baik Kim
Sunaryati
Kasihan ayah dan keluarganya hidup enak, dia hidup sederhana hanya dengan ibunya
Mirrabella
muak liat jayden sok keras
padahal lembek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!