NovelToon NovelToon
Jodoh Di Atas Kertas

Jodoh Di Atas Kertas

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Tamat / Cintapertama / Nikahkontrak
Popularitas:837.9k
Nilai: 4.8
Nama Author: Kopii Hitam

Untuk membalas budi kepada Elkan yang sudah melunasi hutang ayahnya, Yuna terpaksa menikahi pria yang tak dia kenal itu. Hati Yuna hancur, dunianya seakan runtuh saat mendengar dua orang saksi berkata sah.

Disaat malam pertama yang tak diinginkannya itu, kegundahan hati Yuna lenyap seketika. Elkan ternyata hanya memberinya status sebagai seorang istri, bukan hak menjadi seorang istri. Yuna bahkan harus menandatangani sebuah perjanjian tertulis malam itu juga.

Mengetahui kenyataan yang sebenarnya, Yuna tentunya sangat bahagia. Namun dia harus menanggung siksaan bertubi-tubi karena hinaan dan perlakuan Elkan yang selalu melukai perasaannya.

Akankah Yuna sanggup bertahan menghadapi sikap Elkan yang kasar?
Ataukah dia malah terikat dengan perjanjian yang sudah mereka sepakati?

Halo Kakak 🖐
Intip yuk bagaimana kelanjutan ceritanya!
Jangan lupa dukungannya ya! Agar author lebih semangat lagi dalam menulis.

Lope lope segudang untuk kalian semua 🥰🥰🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

J.D.A.K BAB 29.

**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam

Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**

**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya

Happy Reading**

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mendengar itu, Yuna bergegas bangkit dari duduknya, lalu memeluk Elkan dengan sangat erat.

"Jangan pergi, tidurlah bersamaku!" bisik Yuna tepat di telinga Elkan.

Hembusan nafas Yuna yang hangat membuat Elkan bergeming seketika. Jantungnya berdegup kencang dengan dada berdenyut ngilu, sulit rasanya menahan diri jika sudah seperti ini.

"Yuna, jangan begini! Ayo, lepaskan aku!" pinta Elkan dengan nafas terengah, dia berusaha keras menahan diri untuk tidak menuruti kehendak Yuna.

"Tidak mau, apa salahnya tidur dengan suami sendiri?" keluh Yuna dengan bibir manyunnya.

"Ok, ok, aku akan tidur di sini bersamamu. Kalau begitu berbaringlah, aku tutup pintunya dulu!"

Mau tidak mau, Elkan terpaksa menurut dan tidur di sebelah Yuna. Dia membuat sedikit jarak agar tubuh mereka tidak saling menempel. Elkan takut khilaf jika terlalu dekat dengan istrinya.

"Elkan, peluk aku!" pinta Yuna dengan tatapan tak biasa.

"Jangan Yuna, begini saja ya!" tolak Elkan sedikit gugup, berjarak begitu saja sudah membuat jantungnya berolahraga.

"Pengecut, meluk istri sendiri saja tidak berani!" umpat Yuna penuh kekesalan.

"Bukan tidak berani, tapi aku menjaga diri demi kebaikanmu. Jika kita berpisah, kamu tidak akan menyesal nantinya!" jelas Elkan.

"Apa kau benar-benar ingin berpisah denganku?" tanya Yuna memastikan.

"Bukankah kamu sendiri yang memintanya, kenapa bertanya seperti itu padaku?" jawab Elkan dengan pertanyaan pula.

"Jika aku tidak mau berpisah bagaimana?" tanya Yuna berandai-andai.

"Entahlah Yuna, aku bingung menjawab pertanyaan mu itu. Aku tidur dulu, selamat malam."

Elkan memunggungi Yuna dan segera menutup matanya. Kepalanya serasa mau pecah menghadapi sikap Yuna yang tidak memiliki pendirian sama sekali.

Seulas senyum terpahat indah di wajah Yuna, dia beringsut hingga dadanya menempel di punggung Elkan. Elkan yang merasakan itu kembali membuka matanya.

"Yuna, apa ini?" tanya Elkan sembari menelan ludahnya kasar.

"Bukan apa-apa," sahut Yuna dengan santainya, lalu mengembangkan selimut hingga tubuh keduanya berada di dalam selimut yang sama.

"Aku tidak butuh selimut Yuna, pakai saja sendiri!" tolak Elkan, kemudian menghalau selimut itu dari tubuhnya.

"Dasar keras kepala! Awas saja kalau nanti berubah pikiran, aku tendang kau keluar dari sini!" ketus Yuna sembari memutar tubuhnya, dia pun memunggungi Elkan dan mulai memejamkan matanya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sekitar pukul 2 dinihari, Elkan terbangun dari tidurnya. Tubuhnya mulai menggigil kedinginan. Saking dinginnya, bibir Elkan ikut bergetar dibuatnya.

Elkan mengangkat selimut yang masih bersisa di samping Yuna, kemudian meringkuk di dalam sana.

"Astaga, ternyata dinginnya melebihi kutub utara." gumam Elkan sembari menggosok telapak tangannya.

"Katanya gak butuh selimut, ayo keluarlah dari sini!" ketus Yuna sembari mendorong kepala Elkan dan bergegas menarik selimutnya.

"Yuna, jangan kejam gini napa! Ini dingin banget loh," gumam Elkan dengan wajah memelas.

"Minta baik-baik dulu!" saran Yuna menggoda Elkan.

"Yuna, bagi selimutnya ya!" pinta Elkan mengikuti kemauan Yuna.

"Kurang enak didengar," sahut Yuna sembari terkekeh.

"Yuna, bisa kita menggunakan selimutnya bersamaan?" pinta Elkan dengan suara bergetar.

"Hmmm, masih kurang." sahut Yuna.

Sadar akan kelakuan Yuna yang sengaja mengerjai dirinya, Elkan pun menarik selimut itu dengan kasar, kemudian melemparnya ke belakang.

"Ahh, Elkan, apa yang kau lakukan? Ini dingin sekali," teriak Yuna yang mulai menggigil kedinginan, dia berusaha meraih selimut itu, namun Elkan dengan sigap menghalanginya.

Karena tak kuat menahan dingin yang menusuk tulang, Yuna pun memeluk Elkan dengan erat, lalu menenggelamkan wajahnya di leher Elkan.

"Peluk aku Elkan, peluk aku!" gumam Yuna dengan suara tertahan sebab bibirnya sudah menempel di leher Elkan.

Mendengar itu, Elkan pun mendekap tubuh Yuna dengan erat. Sesaat, keduanya larut di dalam kehangatan tubuh masing-masing.

Elkan kembali meraih selimut yang ada di belakangnya, kemudian menutupi tubuh Yuna agar tidak kedinginan.

"Berbaringlah, pakai selimutnya kembali!"

Elkan melepaskan pelukannya, perasaannya mulai berkecamuk. Dia takut lepas kendali di hadapan Yuna, bagaimanapun dia sudah memutuskan untuk melepaskan istrinya.

"Elkan, apa yang kau pikirkan?" tanya Yuna ingin tau.

"Tidak ada, kembalilah tidur!" jawab Elkan.

Elkan kembali berbaring membelakangi Yuna, dia berusaha keras menahan dingin di tubuhnya. Dia sadar siapa dirinya dan bagaimana posisinya di hidup Yuna saat ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pukul 6 pagi, Elkan turun dari rumah pohon. Kebetulan ada Pak Sobri dan Alvi yang tengah membersihkan ikan hasil tangkapan mereka di dekat kolam.

"Pagi Pak, apa ini Alvi?" tanya Elkan penasaran.

"Iya Nak, ini Alvi. Kok udah bangun aja jam segini?" jawab Pak Sobri dengan pertanyaan pula.

"Iya Pak, aku ingin menghubungi keluarga yang ada di Jakarta. Apa Bapak punya ponsel?" tanya Elkan.

"Ada Kak, tapi hanya ponsel butut. Kalau untuk nelpon sih masih bisa," jawab Alvi sembari merogoh kantong celananya.

Setelah mengambil ponsel itu dari tangan Alvi, Elkan berjalan sedikit menjauh. Dia menghubungi Beno dan menceritakan semuanya. Dia pun meminta Beno menjemput Yuna pagi ini juga.

Hampir satu jam mereka saling berbincang, Elkan sudah mengutarakan semua niatnya. Apa-apa yang perlu Beno bawa dan apa yang harus Beno beli. Setelah semua jelas, Elkan pun mematikan sambungan telepon mereka.

"Pak Sobri, apa aku boleh menetap di sini untuk beberapa saat?" tanya Elkan meminta izin.

"Loh, bukankah Nak Elkan ingin kembali ke Jakarta?" jawab Pak Sobri dengan pertanyaan pula.

"Tidak Pak, hanya Yuna yang akan kembali. Aku sepertinya betah di sini, mungkin aku akan menghabiskan sisa umurku di sini, itupun kalau Bapak mengizinkan." jelas Elkan sembari memaksakan diri untuk tersenyum.

"Kenapa seperti itu? Apa kalian berdua bertengkar?" tanya Bu Asih yang tiba-tiba muncul dari belakang.

"Tidak Bu, Yuna sudah menemukan kebahagiaannya sendiri. Aku tidak mungkin menghancurkan itu, ini mungkin hukuman untukku karena sudah menyia-nyiakan dia selama ini." ungkap Elkan.

"Apa kamu mencintainya?" tanya Bu Asih.

"Sangat, aku sangat mencintainya. Tapi keadaannya sudah berbeda, dia mencintai orang lain. Bahkan mereka berdua saling mencintai, lalu apa yang harus ku lakukan? Aku tidak sanggup melihat itu, tolong izinkan aku tetap di sini untuk sementara waktu!" pinta Elkan memohon, bahkan air matanya sudah tak bisa dibendung lagi.

"Oh iya, saudaraku akan datang menjemput Yuna, ambil saja apa yang dia bawa nanti! Aku harus pergi dari sini, aku tidak ingin Yuna melihatku saat dia pergi. Jika dia bertanya, tolong katakan saja bahwa aku sudah pergi!"

"Alvi, kamu temani Kakak ya! Bawa Kakak kemana saja, asalkan jauh dari tempat ini!" ajak Elkan.

"Apa kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Pak Sobri memastikan.

"Aku yakin Pak, sangat yakin. Mereka bahkan sudah berencana untuk menikah, apa lagi yang aku harapkan?"

Mendengar itu, Pak Sobri dan Bu Asih tak bisa lagi berkata-kata.

"Pak, Buk, Alvi pamit dulu ya! Alvi mau ke sungai bersama Kak Elkan. Jika istri Kak Elkan sudah pergi, bunyikan saja kentongan nya, kami akan segera pulang!" ucap Alvi, kemudian berlalu meninggalkan pekarangan rumahnya bersama Elkan.

Bersambung...

1
Mamah Enung
paling mmh nya elkan kerjasama sama orang dalam nebak nebak aja sih
Nur Roudhotul Janah
knp cerita muter-muter ya thor
Erna M Jen
sombong sekali ya..si elkan
Vani_27
berbelit
Apriana Suci
Luar biasa
Aswi Yanti
buah dari kesabaran Elkan dalam menuggu sadarnya Yuna dari koma
lanjut👍
Omi Rohimah Omi
Luar biasa
Sri mulyanah Mulya
semua kalau di kerjakan dengan ikhlas jadi ringan TDK jadi beban
Enung Samsiah
yuna jngn marah marah terus suami palsumu aneh otaknya geser kali,, wkkw wkwk,,,
Jusniar AJ
lanjut
Yani Mulyani
Kecewa
Salsabila Saiful
Luar biasa
Jeni Safitri
Benar kata krg jodoh cerminan diri, sama" meras dan bisa kasar😊🤭
Lisa Icha
hi Thor Aku mampir LG Di karyamu ini.Semangat nulisnya.
Nurlaila Hasan
syukurin lelaki sombong,,, maaf yah jg gregetan akoh
Kopii Hitam: Makasih kk udah mampir 🙏🥰🥰🥰
total 1 replies
Kasmiwati P Yusuf
tak bentur pala mu dinding biar oon beneran kau jd org..
Darmawan Aja
kisah beno n rini di mulai..
Ifa Masrifah Basman
Biasa
Tungku Kayu
😍😍😍😍😍😍
Hasanah Ana
knapa si mantan slalu datang di saat si laki2 baru menerima istri dengan baik.
Kopii Hitam: 😂😂😂😂😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!