Jodoh Di Atas Kertas
**Hai kak, salam kenal dari Author Kopii Hitam
Meskipun hitam, tetap manis seperti reader yang membaca novel ini kan**
**Jangan lupa tinggalkan jejak petualangannya ya
Happy Reading**
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Saya terima nikah dan kawinnya Yunanda Caroline binti Aditama Putra dengan mas kawin tersebut, tunaiiii."
Suara Elkan menggelegar memenuhi ruangan berukuran 4×6 itu. Dua orang saksi berkata sah dengan lantangnya.
Yuna menatap wajah ayahnya dengan sendu. Dia hanya bisa menelan tangisannya, sementara tangannya sudah bergetar dan mengeluarkan keringat dingin. Tidak pernah terbersit di pikirannya akan menikah secepat ini. Apa lagi dengan pria yang tak dia kenal sama sekali.
Dunia Yuna seakan runtuh, bagaimana mungkin dia sanggup menjalani hari-harinya dengan pria yang tidak dia cintai sedikitpun. Bahkan untuk melihat wajah suaminya saja Yuna tidak ingin.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Langkah Yuna mulai goyah saat pertama kali menginjak kamar Elkan. Kamar yang tertata dengan rapi, sangat luas dan megah. Semua perabotan di dalamnya nampak mewah. Mungkin harga satu ranjang, seharga rumah yang ditempati ayah Yuna saat ini.
Bola mata Yuna berguling liar menatapi setiap sudutnya. Tak disangka dia akan berakhir di tempat semegah ini. Bukan rumah, melainkan istana layaknya negeri dongeng. Sangat jauh dibanding rumahnya yang sudah disita beberapa waktu lalu.
Yuna menekuk kakinya di sisi ranjang, wajahnya terlihat kalam, ada rasa gugup sekaligus takut menyelimuti jiwanya. Bagaimana cara tinggal di dalam kamar yang sama dengan suami yang tidak dia inginkan itu.
Usai membersihkan diri, Yuna kembali duduk di sisi ranjang dengan rambut terurai panjang. Wajahnya semakin gelisah membayangkan sesuatu yang akan terjadi setelah ini. Dia benar-benar takut menghadapi malam pertama yang tak diinginkannya ini.
"BRAAAK"
Bentukan keras dari arah pintu membuat Yuna terperanjat kaget. Matanya terbuka lebar dengan bibir bergetar hebat. Bahkan sekujur tubuhnya gemetaran menyaksikan tatapan Elkan yang sangat tajam.
"Jangan lancang menyentuh ranjang ku!" bentak Elkan sembari mengacungkan telunjuk kidalnya, kemudian berlalu memasuki kamar mandi.
Dengan tatapan nanar, Yuna bergegas bangkit dari duduknya. Langkahnya terhuyung mencapai sofa yang ada di sudut kamar. Dia tak mengerti kenapa Elkan bersikap begitu kasar kepadanya. Padahal keduanya tidak saling mengenal sebelumnya.
Beberapa menit berlalu, Elkan keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melingkar di pinggangnya. Dada bidangnya terpampang nyata bersamaan dengan perut kotaknya, ototnya menonjol indah di permukaan pangkal lengannya.
Rahangnya terpahat begitu sempurna, mata elangnya terlihat tajam dengan bola berwarna coklat. Bulu alisnya berjejer rapi dan lebat, lengkap dengan hidung mancung dan bibir yang sangat sensual. Sayangnya, ekspresi wajah Elkan nampak datar bak jalan tol.
Sementara Yuna sendiri terlihat sangat cantik dengan alis yang menukik, mata dan hidung yang lancip, serta bibir tebalnya yang menggoda.
Yuna membulatkan matanya tanpa kedip, mulutnya sedikit menganga. Dia terus saja memandangi Elkan yang tengah sibuk mengeringkan rambut basahnya. Pesona sang suami membuatnya terpana untuk sesaat.
"Astaga, ternyata suamiku tampan sekali." batin Yuna dengan tatapan tak biasa, sesaat dia terhipnotis dengan ketampanan suaminya.
Sorot mata Yuna yang aneh membuat Elkan sedikit risih, selama ini tak seorang pun yang pernah melihat tubuh atletisnya. Beruntunglah Yuna, karena dia lah satu satunya wanita yang berhasil melihat lekukan tubuh suaminya.
"Apa yang kau lihat?" tanya Elkan dengan ciri khasnya yang kaku dan dingin.
Suara Elkan yang besar membuat Yuna terperanjat kaget, lamunannya buyar seketika. Pipinya merona menahan rasa canggung yang tengah menyelimuti relung hatinya.
"Ti, tidak, aku tidak melihat apa-apa." jawab Yuna gugup, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Elkan tersenyum pahit. "Mulai hari ini biasakan dirimu melihatku seperti ini! Aku tidak biasa berpakaian di kamarku sendiri."
Elkan melempar handuknya ke sembarang tempat, lalu berjalan menuju lemari. Dia berjongkok dan menarik sebuah laci, lalu mengeluarkan sebuah map dari dalam sana.
"Baca surat perjanjian ini dengan baik, setelah itu kau bisa menandatanganinya!" titah Elkan sembari menyodorkan secarik kertas ke wajah Yuna.
"Surat perjanjian?" Yuna menautkan alisnya bingung.
"Surat perjanjian apa ini?" tanya Yuna penasaran.
"Bukankah kau punya mata? Baca saja sendiri!" ketus Elkan dengan kasarnya.
Seketika, Yuna pun terdiam. Dia meraih kertas itu dari tangan Elkan, lalu membaca satu persatu kalimat yang tertulis di atasnya. Mata Yuna membulat besar, dia hampir saja berteriak. Untunglah tangannya dengan cepat menyumpal mulutnya sendiri.
Elkan menyodorkan sebuah pena. "Jika kau setuju, maka tandatangani saja! Aku rasa hal ini akan menguntungkan untuk kita berdua."
Yuna bergeming sembari menatap wajah Elkan dengan intens, dia masih tak percaya dengan apa yang dia baca barusan. "Apa pernikahan ini hanya sebuah perjanjian?"
Elkan tersenyum licik. "Tentu saja, kau pikir aku menikahi mu karena apa? Jangan harap aku akan menyentuhmu!"
"Ingat, aku sudah mengucurkan dana yang tak sedikit untuk melunasi hutang Ayahmu. Maka sebagai gantinya, kau harus setuju dengan semua yang tertulis di kertas itu!" tegas Elkan dengan nada sedikit mengancam.
Yuna mengangkat bahunya dengan bibir sedikit maju. Meskipun kesal dengan gelagat Elkan yang sok, tapi dia sendiri sangat senang mengetahui kebenarannya.
"Baiklah kalau begitu, kau pikir aku mau menikah denganmu? Kalau bukan karena terpaksa, ogah kali aku menjadi istrimu." Seulas senyuman terukir jelas di wajah Yuna. Dia masih tak menyangka, ternyata dewi fortuna sedang berpihak kepadanya.
Usai membaca semua yang tertulis di kertas itu, Yuna bergegas menandatanganinya, lalu mengembalikannya kepada Elkan.
"Ini, ambillah! Perjanjian ini dibuat olehmu, aku harap kau bisa konsisten dengan poin yang tertulis di dalamnya. Jangan sampai kau sendiri yang melanggar semua itu!"
Yuna tersenyum sumringah, kemudian bangkit dari duduknya. Lalu melenggang menuju kamar mandi.
Di dalam sana, Yuna melompat kegirangan. Dia sangat senang karena pernikahan ini ternyata bukanlah pernikahan sungguhan, ketakutannya pun lenyap seketika.
"Syukurlah, itu artinya aku tidak perlu melayani pria sombong sepertimu!" batin Yuna, hembusan nafasnya yang berat berdesir merdu mengisi kehampaan kamar mandi.
Sesuai isi perjanjian yang tertulis, Yuna hanya perlu menjadi istri Elkan selama tiga bulan ke depan. Setelah itu, keduanya bisa bercerai. Yuna akan menerima kompensasi untuk itu.
Selama perjanjian berlangsung, keduanya tidak boleh memiliki rasa, apa lagi melakukan hubungan suami istri. Mereka juga tidak boleh tidur di ranjang yang sama, salah satu dari keduanya harus tidur di sofa.
Yuna mendapat kebebasan melakukan apa saja di luar sana, begitupun dengan Elkan. Tidak boleh mengekang dan tidak boleh dikekang. Tapi saat di rumah, Yuna berkewajiban menyiapkan segala keperluan Elkan. Pria itu tidak suka melihat orang lain masuk ke kamarnya.
Bukan tanpa alasan Elkan mengatur semua itu. Dia harus mengikuti wasiat terakhir dari mendiang kakeknya yang sudah berpulang beberapa waktu lalu.
Sesuai isi wasiat yang dibacakan pengacara sekitar satu minggu lalu, Elkan harus menikah secepatnya. Jika tidak, semua warisan keluarga Bramasta akan disumbangkan ke panti asuhan dan panti jompo. Dua puluh lima persennya diberikan kepada anak angkat kakeknya.
Tetapi jika Elkan sudah menikah, jatah warisan akan jatuh ke tangannya saat pernikahannya memasuki usia tiga bulan.
Elkan sendiri sebenarnya tidak tertarik dengan wanita, apa lagi pernikahan. Hal itu dikarenakan seseorang yang pernah membuatnya terluka.
Saat rasa cinta Elkan sedang menggebu, wanita itu meninggalkannya dan menikah dengan pria lain. Sebab itulah dia tidak ingin benar-benar menikah. Baginya semua wanita itu sama saja, pengkhianat.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari, Yuna sudah berjibaku di dapur dengan peralatan masaknya. Meskipun di istana itu banyak pelayan, dia ikhlas menyiapkan segala kebutuhan Elkan dengan tangannya sendiri, termasuk masalah perut.
Usai memasak, Yuna kembali ke kamar membawa sebuah nampan. Di atasnya terdapat nasi goreng, telor ceplok, kerupuk dan jeruk panas. Semua sudah sesuai dengan isi perjanjian yang tertulis. Apa yang disukai Elkan dan apa yang tidak disukainya.
Setelah menaruh nampan itu di atas nakas, Yuna bergegas membuka pintu lemari. Menyiapkan pakaian yang akan dikenakan Elkan pagi ini, lengkap dengan jas dan juga dasi, lalu menaruhnya di sofa.
Karena tugas Yuna pagi ini sudah selesai, dia pun masuk ke kamar mandi membersihkan diri. Usai mandi, dia bersiap untuk melakukan rutinitasnya sehari-hari.
Yuna merupakan seorang influencer. Saat ini namanya tengah menjadi sorotan hangat dikalangan masyarakat luas. Banyak endorse yang berdatangan, dia juga baru menandatangani kontrak dengan salah satu brand ternama di tanah air.
Selesai sarapan, Yuna meninggalkan kediaman Elkan. Raut wajahnya nampak berseri. Meskipun kini statusnya sudah menjadi istri orang, tapi kenyataan ini harus dia sembunyikan.
Bagaimanapun, pernikahan ini hanyalah sandiwara semata. Dia tidak mau masalah pribadinya diketahui banyak orang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments
Nurhayati Nia
asalamualaikum thor aku mampir
2024-10-23
0
Hᵃⁿʸᵃ ʳⁱⁿᴅᵘ
mampir thorr
2024-09-26
0
Lisa Icha
hi Thor Aku mampir LG Di karyamu ini.Semangat nulisnya.
2023-07-03
0