NovelToon NovelToon
Menjerat Hati Perjaka Tua

Menjerat Hati Perjaka Tua

Status: tamat
Genre:Tamat / Perjodohan / Nikahmuda / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:23.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Rossy Dildara

Demi menuruti permintaan terakhir dari sang Ayah, Citra rela menikah dengan seorang pria matang berumur 35 tahun yang bernama Steven Prasetyo.

Dipaksa? Tentu tidak. Citra dengan ikhlas dan senang hati menerima pernikahan itu meski selisih mereka 16 tahun. Bahkan, dia sudah jatuh cinta saat pertama kali bertemu dengannya.

Namun, sebuah fakta mengejutkan saat Citra mengetahui sebuah rahasia tentang alasan Steven menikahinya. Mungkin itu juga sebabnya mengapa sikap Steven selalu dingin dan menjaga jarak selama ini.

Sesungguhnya dia kecewa, tetapi entah mengapa semangat untuk mendapatkan cinta dari pria dewasa itu tak pernah pudar. Malah makin membara. Citra bertekad akan membuat pria yang membuatnya berdebar setiap hari itu jatuh cinta padanya. Bila perlu sampai tergila-gila.

Akankah Citra berhasil menaklukkan hati Steven? Atau justru dia menyerah dan lebih memilih meninggalkannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossy Dildara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Ukuran behaa

"Bapak mau ngapain?" Seorang perawat menepuk pundak kiri suaminya Sindi, sontak membuat pria itu terperangah dan segera menoleh. Pintu yang barusan dia buka kembali ditutup.

"Istriku tadi mendengar suara jeritan dari kamar ini, Pak. Karena penasaran aku dan istriku ingin melihatnya," jawabnya.

"Mungkin istri Bapak hanya salah dengar. Nggak mungkin orang yang sudah meninggal menjerit." Perawat pria itu tampak tak percaya.

"Tadi aku dengar kok, Pak," ujar Sindi.

"Nanti biar saya yang periksa sendiri. Sekarang Bapak dan Ibu bisa pergi, karena kalau bukan dari pihak keluarga ... tidak ada yang boleh masuk," terang perawat tersebut. Dia mengarahkan tangannya ke arah lobby, meminta mereka untuk pergi.

"Oh, ya sudah kalau begitu. Kami minta maaf, Pak." Pria itu tersenyum bersamaan dengan Sindi, kemudian mereka pun melanjutkan langkahnya untuk pergi.

Perawat itu membuka pintu, tetapi tubuhnya langsung terdorong oleh Steven yang baru saja keluar. Pria tampan itu tampak seperti mandi keringat, begitu pun dengan Citra.

"Bapak dan Nona ngapain di dalam?" tanya perawat itu dengan matanya yang agak membelalak, dia sempat kaget melihat Steven yang keluar secara tiba-tiba. Untungnya dia tak punya riwayat penyakit jantung.

"Saya salah kamar, Pak," kata Steven lalu berlari kocar-kacir meninggalkan perawat yang berwajah kebingungan.

*

Steven masuk ke dalam mobil. Dia mengusap seluruh wajahnya yang berkeringat dan membuka jasnya, bahkan sekarang kemeja putihnya itu sudah basah karena keringat.

"Maaf kalau aku bau ya, Cit. Aku kepanasan," ujar Steven seraya mengatur napasnya naik turun. Dia merasa capek seperti habis lari maraton, perlahan dua kancing atas kemeja dia buka.

Steven menaikkan temperatur AC supaya lebih dingin, lalu dia pun mendekat pada Citra untuk memakaikan sabuk pengaman.

"Kenapa tadi kita ngumpet sih, Om? Bibirku juga sampai ditutup, aku hampir sesak napas tahu." Citra melepaskan kedua tali baju kodoknya, dia juga ikut merasa kepanasan.

"Aku minta maaf, itu semua karena aku takut kamu menjerit lagi." Steven menatap manik mata Citra dan memperhatikan wajah, seluruh kulit wajahnya basah karena keringat.

"Alasan kita ngumpet tadi apa? Dan kenapa harus di kamar mayat? Aku takut tahu, Om."

"Tadi ada orang gila, Cit. Aku takut."

Pandangan Steven langsung mengikuti aliran air yang baru saja mengalir dari dahi, menuju leher dan sampai masuk ke dalam kaos putih yang Citra kenakan.

Mata Steven sontak membulat kala tersadar bahwa dibalik kaos putih itu tercetak jelas bra berwarna hitam. Mungkin itu dikarenakan kaosnya basah terkena keringat. Dan Steven dapat melihat belahan dada meskipun agak samar.

Seketika Steven mengingat akan perguluman panas dimimpinya semalam. Bayangan dua benda kenyal yang tengah naik turun itu langsung memenuhi isi otaknya.

'Apa bentuk dadanya sama seperti di alam mimpi? Besar dan enak?' Steven menelan ludahnya dengan kasar, pandangan matanya terus menyorot ke arah sana dan sedikit mengintip ke dalam sebab agak terbuka.

"Om lihatin apa, sih?"

Pertanyaan Citra sukses membuat Steven tersentak kaget. Dia tersadar akan lamunannya dan segera mengalihkan pandangannya lalu mengusap wajah dengan kasar.

"Om lihatin apa tadi? Ada apa sama kaosku?" Citra yang bingung dengan sikap Steven lalu menurunkan pandangannya ke arah dada. Dia memperhatikan dan sepertinya tak ada apa-apa di sana. "Dih, Om. Om kenapa, sih?"

"Ukuran behaamu berapa, Cit? Eh!" Steven langsung membungkam bibirnya dengan salah satu tangan.

Entah mengapa pertanyaan itu langsung lolos begitu saja di bibirnya, dan Steven rasanya ingin menggerutuki dirinya sendiri yang sudah hilang akal.

'Sial! Apa yang kukatakan tadi?' Hanya lantaran keringat yang mengalir, pikiran dan bibir sudah ngelantur ke mana-mana.

"Behaa? Memangnya kenapa?" Citra menoleh ke arah Steven, pria itu kini tengah menampar bolak-balik pipinya sendiri. Aneh sekali dia rasa. "Om mau belikan aku behaa memangnya?"

"Om!" Citra menepuk pundak Steven dan membuat pria itu kembali terpenjat dan segera menoleh ke arah Citra. Kedua pipinya tampak merah, tetapi itu bukan karena merona, melainkan bekas tamparannya tadi.

"Ya!"

"Om kenapa, sih? Aneh banget, kenapa tanya ukuran behaaku? Ukurannya 36, Om."

"36?"

"Iya. Om mau belikan aku behaa? Kapan? Sekarang?"

"Iya, eh. Nggak!" Steven menggeleng cepat, dia seperti salah tingkah. "Ah lupakan saja." Mengibaskan tangannya lalu mengambil sebotol air mineral dan menenggaknya sampai habis.

"Om ini aneh banget sih, pasti ini gara-gara kita habis ke kamar mayat. Jadi setannya ngikut," tebak Citra, dia menarik beberapa lembar tissue lalu menyeka keringat yang masih ada pada wajah dan leher.

Steven segera menyalakan mesin mobilnya, lalu mengendari dengan kecepatan sedang. Dia mencoba berkonsentrasi dan menepis semua otak kotornya.

***

Citra mengerjapkan matanya secara perlahan, lantas matanya berkeliling ke sebuah ruangan. Saat ini dia sudah berbaring di atas kasur dan di dalam kamarnya sendiri.

"Kok aku sudah ada di kamar? Sejak kapan?" Citra menarik tubuhnya untuk duduk, lalu menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Perlahan dia berdiri, lalu berjalan keluar.

"Eh, kamu sudah bangun. Bagaimana tidurnya?" Steven yang baru saja lewat menghentikan langkahnya, kedua tangannya membawa semangkuk bubur. Dia terlihat seperti habis mandi, rambutnya basah dan memakai setelan kaos lengan pendek. Sangat tampan sekali.

"Aku tidur sejak kapan, Om? Kok aku nggak ingat?" Citra masuk lagi ke dalam sebab Steven sudah masuk lebih dulu ke dalam kamarnya, lalu meletakkan bubur di atas nakas.

"Pas kita pulang. Oh ya, sana mandi dulu. Aku buatkan bubur untukmu. Makan sebelum dingin." Steven menatap semangkuk bubur yang masih beruap banyak itu. "Dan jangan basahi perban di dahimu."

"Duh ... kepalaku sakit, Om." Citra langsung duduk di atas kasur dan menyentuh kepalanya. "Aku lemes mau mandinya."

"Kalau masih lemes nggak usah mandi, makan saja langsung. Habis itu minum obat." Steven menunjuk plastik putih di samping mangkuk.

"Tapi badanku lengket, Om. Tadi siang juga keringetan."

"Ya sudah elap saja kalau begitu. Sebentar ... aku ambil air hangat dulu ke dalam baskom, ya?" Steven keluar dari kamar Citra, dan beberapa menit dia kembali sambil membawa baskom dan handuk kecil. Kemudian meletakkannya di atas kasur. Dilihat Citra kini tengah berbaring.

"Dih, Om mau ke mana sekarang?" tanya Citra saat melihat suaminya hendak keluar kamarnya lagi.

Langkah Steven terhenti, dia langsung berbalik badan. "Nggak ke mana-mana, aku mau keluar saja."

"Terus kenapa keluar? Katanya tadi aku suruh dielap saja kalau mandinya lemes."

"Ya itu, karena kamu mau dielap aku jadinya keluar."

"Ya Om bantuin aku dong, kan aku lagi sakit. Masa aku elap sendiri?" Citra memasang wajah memelas.

"Masa aku?" Steven menunjuk wajahnya sendiri dengan mata yang membelalak.

...Sok sok'an kaget, belum lihat aja Om Stev, nanti kalau udah lihat jangan bilang kalau kecanduan, ya 🤣🤣 tak jitak palamu pake palu😒...

1
Dedeh Herawati
mampir ach
Ariyani Ariyani
aku sllu like cuman jarang koment dd othor🙏💪💪💪
visi Sembiring
thor apa anak nissa dan tian bknnya diculik ya sama aulia ms mrk ga sadar juga?
IG: @rossy_dildara: Rahasia kak, nanti terungkap pas mereka dibuat judul baru🤭
total 1 replies
Nayosha
waah udh normal si Stev ternyata
Nayosha
hahaha pisang anaknya ternyataaaa...ngakak dech
Nayosha
mau liat CCTV ya
Nayosha
ih PD banget ya Fira
Nayosha
bener jgn di kasih izin Bu...tuman tuh si Fira...emang ga tau diri
Nayosha
beresin dulu SM Aulia nya Om...supaya aman
Ariyani Ariyani
ko tidak ada ya? mohon infonya 🙏🙏🙏
IG: @rossy_dildara: udah aku pindahin ke aplikasi GN' Kak
total 1 replies
Nayosha
enak aja Lo Fir mau rujuk sm Tian...halu dia
Nayosha
dasar Steven buka puasa nya langsung goyangin Citra kayanya
Nayosha
Fira ya
Nayosha
bagus dech ada kemajuan....tp abis di pukuli Tian jadi ngga Inget...ada yah am esia gitu...ada yg muncul Inget ada yg lupa LG sebagian
Nayosha
amnesia nya udh maju dikit kedepan kayanya ...udh Inget Citra waktu di culik si kumis Lelel soalnya
Nayosha
hahahaha. bagus jg KL di dunia nyata ada Burung seperti Kevin....buat ngasih pelajaran pelakor/Facepalm/
Nayosha
duel
Nayosha
Bikin Stev kelabakan aja LG Cit...ngumpet dl sm si kembar di rumah Om Tian...bisa di liat reaksi Steven gimana
Nayosha
Citra tau tuh Stev chatingan sm si Imel
Nayosha
tuh kan mana tahan Stev ga akan bisa lah....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!