Hana sosok wanita biasa yang penuh kesedihan di hidupnya terjebak di situasi yang sulit. Ia tidak sengaja bertabrakan dengan Candra, laki-laki yang terkenal karena kekayaan dan parasnya yang tampan. Karena kejadian tersebut munculah skandal di antara mereka.
Untuk meredam skandal tersebut keduanya diharuskan untuk menikah. Namun yang terjadi setelahnya, bukanlah hal yang diharapkan oleh Hana.
Bermula dari Candra yang tidak bisa melupakan mantan tunangannya. Hingga akhirnya Candra bisa membuka hati untuk Hana. Namun mantan tunangannya kembali untuk merebut hati Candra lagi.
Akankah pernikahan tersebut akan terus terjalin dengan bahagia? Atau penuh dengan kepahitan?
Follow ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Sikap yang berbeda
Esok harinya, Hana menyiapkan roti bakar isi cokelat untuk sarapan Candra. Ia sengaja meletakan roti bakar tersebut di meja makan. Candra pasti akan menolak jika ia paksa untuk makan bersamanya, jadi satu-satunya cara adalah menaruh makanan di meja makan begitu saja. Nanti Candra pasti akan mengambilnya sendiri.
Dan benar saja, Candra memakan roti bakar itu dengan lahap. Hana yang rupanya belum berangkat kerja pun diam-diam memperhatikan.
"Orang seperti Candra ini memang langka. Gengsinya terlalu besar. Aku harus ekstra mengeluarkan semua tenagaku dan pikiranku untuk membuatnya tunduk dan takluk padaku."
Setelah mengatakan itu, Hana pergi berangkat kerja menaiki ojek online. Sesampainya di kantor, ia langsung masuk ke ruangan tempat menyimpan barang untuk menaruh tas nya dan lalu mulai bekerja.
Tak lama kemudian, Candra pun sampai di kantor. Ia berjalan menuju lift dan menekan tombol nomor lift nya. Candra keluar ketika sudah berada di lantai tempat ruangannya berada.
Ia masuk ke dalam ruangannya dengan perut yang sudah terisi. Biasanya ia menyuruh Raka untuk memesankan sarapan paginya dari luar. Kali ini tidak perlu lagi.
Raka mengetik pintu ruangan Candra.
"Masuk."
"Bos sarapan pagi ini mau menu apa?" tanya Raka.
"Tidak usah, aku sudah sarapan."
"Baiklah, kalau begitu saya pamit untuk bekerja kembali." Candra mengangguk.
Raka keluar dengan wajah yang tak biasa. Ia terus berpikir tentang bosnya yang sudah sarapan.
"Apa hubungan bos dan Hana sudah membaik? Jadi mereka sarapan bersama di rumah? Kalau memang begitu kenyataannya. Baguslah, aku harap hubungan keduanya akan terus membaik dan bos tidak kembali pada mantannya."
****
Di kediaman Abraham, ia sudah mendengar tentang kedatangan Celine ke rumah Candra dan Hana dari mata-mata yang ia tugaskan untuk menjaga keamanan anak dan menantunya di sekitar rumah mereka.
"Mau apa lagi wanita itu kembali?! Dengan mudahnya ia rusak kepercayaan ku dan membuat aku hampir malu karena pernikahan anakku yang terancam gagal. Jangan harap kau bisa kembali pada anakku! Walaupun anakku masih mencintaimu, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," geram Abraham. Laki-laki paruh baya ini adalah tipe orang yang jika sudah dikhianati kepercayaannya tidak akan percaya kembali pada orang tersebut.
Ternyata tanpa Candra ketahui, papanya sudah mengetahui semua kebusukan Celine dimulai dari hamil dari pria lain hingga melahirkan bayi di luar negeri. Informasi tersebut ia dapatkan beberapa hari setelah pernikahan anaknya. Namun, ia sengaja menyembunyikan fakta itu, ia ingin anaknya bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri dan sadar bahwa Celine tidak sebaik apa yang anaknya pikirkan.
"Semoga kau segera sadar Can dan bisa menerima Hana. Meski aku tidak tahu siapa Hana sebenarnya. Aku sangat yakin jika dia adalah anak dari Adam. Masih kurang 25 hari lagi Adam akan kesini."
Abraham menantikan kedatangan sahabat kecilnya itu. Ada banyak pertanyaaan yang ingin ia sampaikan.
****
Di saat jam makan siang, Hana pergi keluar untuk membeli makan. Pagi tadi, ia tidak sempat untuk membuat bekal makan siangnya.
"Siang ini enaknya makan apa ya?" tanya hanya pada dirinya sendiri.
Ketika melihat tukang bakso mendorong gerobaknya, Hana langsung menghentikannya. Tiba-tiba ia ingin memakan bakso.
"Satu porsi pak baksonya" pinta Hana.
"Siap," sahut tukang baksonya.
Tak lama kemudian bakso pun siap untuk disantap oleh Hana. Ia makan di pinggir jalan. Ia teringat kembali masa remajanya dulu. Ia selalu mencari uang untuk bisa membantu kebutuhan panti asuhan ia bahkan hanya bisa makan bakso dua pekan sekali. Makan ayam goreng saja, ia jarang sekali karena jatahnya selalu Hana berikan pada adik pantinya.
Setelah kurang lebih 7 tahun, tepatnya setelah Hana lulus SMA, Hana tak pernah lagi mengunjungi panti asuhan. Ia bertekad untuk kembali kesana jika ia berhasil menjadi orang sukses. Namun, apalah daya selama 7 tahun ini, Hana hanya mampu menjadi pelayan, kasir, cleaning servis dan office girl saja. Pekerjaan pun silih berganti Hana geluti. Ia merasa malu jika kembali tidak menjadi apa-apa.
Bakso pun sudah habis, hana membayar baksonya dan kemudian kembali ke kantor. Kembali pada rutinitasnya untuk membersihkan lantai, kaca dan juga seluruh area kantor.
Di saat Hana sedang membersihkan aula, tiba-tiba Candra datang dan menatapnya, membuat Hana terheran-heran.
"Kau bersihkan ruangan ini sampai bersih, karena satu jam lagi akan ada pertemuan di ruang ini. Usahakan jangan sampai ada debu yang menempel sedikit pun di meja dan kursinya. Ingat itu!"
"Baik pak," jawab Hana.
Setelah mengatakan hal tersebut, Candra langsung pergi dan menuju ke ruangannya. Ia kemudian memanggil Raka untuk menghadap padanya.
"Raka tolong kau perintahkan OB/OG yang lain untuk membersihkan aula juga. Tidak mungkin Hana bisa membersihkan aula sebesar itu dalam waktu yang cepat."
"Baik bos."
Raka pun keluar dari ruangan Candra. Ia masih terheran-heran dengan sikap bosnya itu. Ia masih belum bisa membedakan antara sikap perhatian bosnya pada Hana atau memang sebenarnya yang diperintahkan oleh bosnya hanya karena ingin perusahaan dinilai baik oleh orang?
"Ah, benar-benar memusingkan. Sudah dua kali aku melihat sikap bos yang berbeda hari ini. Lalu apa lagi selanjutnya?"
Raka berjalan menuju ke ruangan dimana para OB berkumpul. Ia memerintahkan apa yang diminta oleh Candra. Beberapa dari mereka pun pergi ke aula untuk membantu Hana. Setelah itu, Raka kembali ke meja kerjanya.
Satu jam pun berlalu, pertemuan antar petinggi perusahaan pun diadakan. Selama dua jam pertemuan itu dilangsungkan. Selesai pertemuan, Candra menyentuh kepalanya yang sedikit pusing karena banyaknya masukan dari para jajaran direksi namun mereka tak ada yang bisa memberikan solusi. Akhirnya Candra lagi dan lagi yang harus mengurusnya. Apalagi kini papanya sudah tidak terlalu ikut campur urusan kantor, ia hanya akan datang jika dibutuhkan. Ya walaupun di rumah pun papanya masih bekerja, tapi itu bisnis yang lainnya.
"Raka!" panggil Candra.
"Iya bos!" jawab Raka sambil berlari masuk ke ruangan Candra.
"Aku ingin teh manis hangat," pinta Candra.
"Baik, akan segera saya sampaikan pada pihak OB."
"Satu lagi, harus Hana yang membuat dan mengantarkan teh manis itu. Jika bukan Hana, aku tidak mau meminumnya."
"Baik bos, akan saya laksanakan."
Selepas keluarnya Raka dari ruangan, Candra menyentuh keningnya sendiri. Agak sedikit panas.
"Apa aku demam?"
****
Terima kasih sudah membaca ceritaku sampai di bab ini. Semoga kalian menyukainya.
Jangan lupa berikan like dan vote nya teman-teman.
Ramaikan juga cerita ini dengan komentar-komentar kalian.
Kalian bisa juga memberikan dukungan untuk yoyo dengan menonton iklan yang ada di kolom pemberian hadiah.
Jangan lupa follow aku Ig ku ya
@yoyotaa_