NovelToon NovelToon
Ternoda Di Malam Pengantin

Ternoda Di Malam Pengantin

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis / Tamat
Popularitas:2.5M
Nilai: 5
Nama Author: meliani

Dara terkejut ketika mendapati dirinya bangun dalam keadaan tidak perawan. Seseorang telah menculiknya di malam pengantin dan membuat rumah tangganya yang masih berusia seumur jagung itu berada di ambang kehancuran.

Namun kebenaran pasti terungkap dan tidak ada yang lebih indah daripada itu. Sungguhpun Dara amat terkejut ketika mengetahui siapa pelakunya. Celakanya, di saat cinta perlahan sudah mulai hadir. Dan dia merasa terjebak dalam situasi ini.

“Apa maksudmu seperti ini?” sembur Dara pada sosok menawan di hadapannya.

“Tidak ada cara lebih baik yang bisa kulakukan untuk mendapatkanmu.”

“Kau benar-benar SAMPAH!?”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon meliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menikahlah Denganku~ Alif

Sudah terhitung selama seminggu Dara tinggal di rumah itu. Tidak hanya berdua, namun dengan Jack juga meski hanya pulang ketika malam hari. Berbeda dengan Alif yang lebih banyak di rumah.

“Kalian sering aku tinggal berdua kalau siang. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa,” Jack menyindirnya pada saat pagi hari, ketika mereka sedang menikmati teh sama-sama. Tentu bukan hanya minum, tetapi juga membaca-baca berita yang terbit hari ini.

“Terjadi apa maksudmu?” Alif bertanya walaupun mengetahui maksudnya. “Aku masih waras.”

“Orang yang waras tidak mungkin memasukkan istri orang ke dalam rumah kita, be go!” kata Jack menggebu-gebu namun dengan suara dipelankan agar Dara yang berada di area dapur sana tak mendengar.

“Ya sudah, kalau kamu tidak nyaman, kita saja yang pindah.”

“Itu lebih be go lagi!” kembali Jack menyalahkan. Dia sangat greget hingga keras menoyor kepalanya yang hanya berisi tentang kebucinan. Bagaimana tidak demikian?

Coba bayangkan, berapa banyak waktu, pikiran, dana, dan juga tenaga hanya untuk Dara seorang. Perempuan yang tidak peka sama sekali, amit-amit, batin Jack mengumpat.

“Domisili sementara kita sudah digarap, menetap di sini, jangan kamu ubah-ubah juga aku capek bikinnya. Sudah tahu bikin apa-apa sekarang susah. Tolong buka matamu dan sadar, selama ini kamu sudah terlalu banyak mengorbankanku.”

“Perangkat bisa disogok. Sudah menjadi rahasia umum.” Alif menyarankan jalan yang paling mudah. Dia tidak terlalu menyukai kerumitan.

“Terlalu memanjakan membuat mereka semakin tak tahu diri. Nanti perut mereka semakin buncit makan uang haram," sahut Jack. "Tapi disisi lain aku masih betah di sini, jangan kamu suruh-suruh aku pindah juga, kecuali dia yang kamu pindahkan. Atau—”

“Atau apa?” Alif segera menyela.

“Nikahi dia, supaya aku tenang.”

Alif mengangguk.

“Tentang masalah itu, kamu belum mengatakannya?” tanya Jack perihal masalah malam penculikan Dara.

“Kalau aku sudah mengatakannya, mana mungkin dia mau tinggal bersamaku.”

“Lantas kapan kamu akan jujur? Semakin lama kamu berbohong akan semakin berat untuk mengungkapkannya.”

“Nanti akan ada saatnya.”

“Hati-hati, Al.” Jack berulang kali mengingatkan karena Dara mungkin bisa saja memperkarakannya ke jalur hukum. Tidak main-main. Alif bisa dijerat berbagai pasal sekaligus. Keluarga juga pasti akan shock. Belum lagi namanya yang tercoreng dan dia harus kehilangan masa depannya. Cinta membuatnya menjadi salah kaprah.

“Aku tahu apa yang harus kulakukan,” kata Alif tenang.

“Aku berusaha percaya.”

Sementara di dapur, Dara sedang bersenandung ria sambil memasak nasi goreng untuk mereka bersama.

Tidak ada yang gratis di dunia ini, dan tentu saja Dara akan melakukan banyak hal untuk Alif sebagai timbal balik alias balas budinya karena sudah diizinkannya tinggal.

Dara sudah perlahan-lahan menerima bahwa dirinya mungkin adalah sebagian kecil manusia yang kurang beruntung dalam bahagia pernikahan. Dia baru menyadari hal ini dan mungkin terdengar sedikit aneh, karena ternyata orang yang paling dia inginkan dan dia cintai, adalah orang yang sebenarnya lebih baik tidak ada dalam hidupnya. Banyak hal-hal yang baru Dara temukan setelah pergi—salah satunya; di dalam kehidupan, terkadang memang ada yang tidak bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita.

Dia sekarang berada di dalam fase tidak ingin ada siapa-siapa dalam kehidupan damainya. Sedang tidak ingin memikirkan apa pun. Bukan karena trauma, tetapi karena sedang menikmati waktu yang dulu sempat terbuang sia-sia.

Nasi goreng telah matang, ia mempersiapkannya di meja, kemudian mempersilahkan para Tuan-Tuan rumah untuk menikmati sarapan buatannya. Setelah itu, Dara gegas mengerjakan pekerjaan rumah.

***

Satu bulan kemudian....

Alif : Apa nanti sore kamu bisa keluar?

Dara baru saja membaca pesan dari Alif yang rupanya sudah dikirimkan semenjak setengah jam yang lalu. Gegas ia membalas karena Dara tak ingin Alif menunggu balasannya terlalu lama.

Dara : Ke mana?

Mungkin sudah menjadi kebiasaan setiap orang, mereka pasti akan menunggu dengan berjalan bolak-balik. Demikian pula yang dilakukan oleh Dara.

Selang kurang lebih satu menitan, terdengar lagi ponsel berdering pesan masuk. Alif membalas.

Alif : Kita ke suatu tempat. Ada hal yang ingin aku bicarakan. Pakai baju yang sudah kupersiapkan di atas ranjangku. Kamu masuk saja.

“Apa yang akan kamu bicarakan, Lif?”

Mendadak jantung Dara berdebar-debar. Terus terang, selama ini, dia memang selalu mengharapkan kepulangan Alif. Bahkan Dara sendiri tak mengerti kenapa secepat itu perasaannya tumbuh meski masih tergolong kecil. Kehadiran Alif dalam dirinya sekarang ini bisa dikatakan rintik air hujan yang datang di saat kemarau panjang menerjang. Dara sangat meyakini bahwa perasaannya terhadap Chandra malah justru sebaliknya; kian terkikis. Terbukti bahwa selama berpisah, dia tidak terlalu memikirkannya.

Lantas setelah berpikir selama beberapa saat, Dara memutuskan untuk mengiyakan ajakan itu. Dan setelahnya ia menuju ke kamar Alif untuk mengambil dress yang ditempatkan pada kotak perwarna pink cantik. Di sana terdapat sebuah catatan:

‘Selamat ulang tahun, Dara. Semoga panjang umur sehat selalu dan semakin bahagia.’

Sederet kalimat tersebut memang bukan kalimat romantis, namun terasa demikian karena Alif yang mengatakannya. Sebab biasanya Alif adalah orang yang cenderung kaku.

“Aku lupa kalau hari ini aku ulang tahun. Terima kasih sudah mau mengucapkannya untukku. Hanya kamu satu-satunya orang yang peduli,” gumam Dara dengan lengkungan senyum.

Dan sore harinya, sesuai janji—Dara memakai gaun yang sudah Alif persiapkan untuknya. Shirt dress hitam oversize di bawah lutut yang di mix match dengan belt, dan block heels. Dia juga membawa tas kecil berwarna netral untuk mendukung penampilannya.

“Jadi seleramu seperti ini, Lif?” Dara tersenyum merasa sedikit tersanjung karena dapat menjadi salah satu wanita terpilih di antara banyaknya wanita-wanita di luar sana yang mungkin saja lebih cantik—salah satunya Andari; mantan Alif yang Dara kenal.

Usai bersiap, dia segera menuju ke Hotel yang Alif janjikan. Sampai di sana, Alif sudah menunggunya di lobby. Sangat gagah dan serasi dengan pakaiannya. Dia membantu membuka pintu, mengulurkan tangannya dan berkata memuji, “You are beautiful.”

Pujian tersebut sukses membuat Dara tersipu.

Alif mengajaknya ke sebuah lantai yang paling tinggi. Pada saat terbuka, terlihatlah restoran mewah dengan ruang terbuka yang di mana dinding luarnya terbuat dari kaca. Dengan meja yang dirapatkan di dinding, mereka dapat menyaksikan suasana kesibukan jalan raya dan alam terbuka dengan leluasa.

Dara menuju ke tempat paling pinggir untuk dapat melihat le bawah. Langit sore begitu cerah menyibak awan-awan kapas.

“Aku sendiri yang asli orang daerah belum pernah ke sini, Lif. Aku suka.”

“Bagus kalau kamu suka. Sekali lagi, selamat ulang tahun.”

“Thank you, Lif. Thank you.” Dara tersenyum dan menatapnya sekilas. Demikian hanya itu yang bisa ia lakukan karena tak bisa menanggapinya dengan cara lain. Dia juga terlihat lebih malu lantaran kali ini Alif seperti sedang begitu memperhatikannya.

Terasa sebelah tangan menggenggam tangan Dara sehingga perempuan itu refleks menatap si pelaku.

Deg ....

Mata mereka saling bertaut seolah tengah menunjukkan perasaan satu sama lain.

“Dara ...,” ucap Alif mengawali pembicaraan. Masih dengan menatapnya lamat. “Ceraikan suamimu, kita akan menikah.”

Dara menunduk sejenak sebelum ia menegakkan kepalanya lagi untuk berkata dengan lirih, “Alif ... aku bekas orang, suamiku sendiri saja tidak mau menerimaku.”

“Jangan terlalu merendahkan diri, tidak ada wanita yang kotor. Semua perempuan berhak untuk dicintai dengan tulus,” kata Alif membesarkan hatinya.

“Aku masih seperti tiga tahun lalu, mencintaimu,” ujarnya lagi setelah jeda beberapa saat.

Membuat Dara mengerutkan dahi dengan bibir yang sedikit terbuka.

“Aku mencintaimu, Ra,” Alif mengulang dengan mata yang berkaca-kaca. Bibirnya sampai terlihat bergetar menahan dada yang begitu sesak. Terlalu lama dia memendam perasaan ini. “Aku mohon, Ra. Kali ini kamu percaya, aku tidak sedang bercanda.”

Tiba-tiba Dara menarik tangannya untuk menangkup wajahnya yang kini berubah menjadi aneh disusul dengan air mata yang menderai. Dia begitu terenyuh dan nelangsa. “Kenapa kamu tak pernah mengatakannya?”

“Jangan pernah berkata begitu!” sahut Alif tak terima dengan pertanyaan konyol ini. “Aku mengungkapkannya setiap hari. Tapi kamu sendiri yang tak pernah melihat apalagi menyadarinya.”

“Kenapa aku begitu bodoh?” Dara menyalahkan diri sendiri.

“Jangan biarkan aku kehilangan kesempatan lagi, Ra. Kau tahu? Aku sudah banyak membuang waktuku untuk mengharapkanmu. Aku memilih hidup di sini agar bisa dekat denganmu.”

"Alif ... seharusnya kamu ungkapkan." Dara semakin tergugu. Pelan, Dara mengulurkan tangannya dan menunjuk bagian dada pria di depannya. “Apa di sini sakit?”

“Kamu bisa bayangkan sendiri.”

“Apa benar, aku adalah sebab kamu tak pernah dekat lagi dengan wanita lain?”

Alif mengangguk, “Itu salah satunya.” dia menggenggam tangan Dara lagi kemudian kembali berkata, “Selesaikan hubunganmu dengan Chandra, kita akan menikah.”

“Tapi—” Dara bimbang memikirkan Chandra dan juga keluarganya.

“Kamu harus yakin. Sekarang, ikut aku,” kata Alif lagi kemudian mengajaknya kembali ke lobby dan memperlihatkan sesuatu.

Di bagian resepsionis, ada sepasang kekasih yang tengah berangkulan memesan unit kamar dan membuat Dara menggelengkan kepala—namun ia tak begitu heran karena memang sudah mencurigai pria itu sebelumnya.

***

Bersambung

1
Hariyani Puji
sangat rapi alur ceritanya
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
jalan ceritanya sangat rapi
Hariyani Puji
bagus
Hariyani Puji
ceritanya bagus
Aurora
kasihan nggak sesuai dengan ekspektasi alif
Aurora
kembali mesra
Aurora
nanti luluh juga si dara
Aurora
akhirnya sebentar lagi keinginan Alif terkabul
Aurora
ceraikan Candra nikah sama Alif saja
Aurora
keren tempatnya
Aurora
coba dulu nikahnya sama Alif aja
Aurora
rumah tangga di ujung tanduk
Aurora
menghubungi alif
Aurora
Luar biasa
Aurora
paling alif
Aurora
kasihan dara jadi korban
Aurora
Alif pelakunya mungkin
Aurora
kasian dara
dewitoon
langsung ngakak pas bilang mau babymoon ke monas /Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!