NovelToon NovelToon
Business Marriage

Business Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Kehidupan alternatif / Romansa
Popularitas:9.9k
Nilai: 5
Nama Author: Theodora A

Setelah mengetahui sebuah rahasia kecil, Karina merasa bahwa ia akan mendapatkan banyak keuntungan dan tidak akan rugi saat dirinya mendekati Steve, pewaris dari perusahaan saingan keluarganya, dengan menawarkan sebuah kesepakatan yang sangat mungkin tidak akan ditolak oleh Steve. Sebuah pernikahan yang mendatangkan keuntungan bersama, baik bagi perusahaan maupun secara pribadi untuk Karina dan Steve. Keduanya adalah seseorang yang sangat serius dan profesional tentang pekerjaan dan kesepakatan, ditambah keduanya tidak memiliki perasaan apa pun satu sama lain yang dapat mempengaruhi urusan percintaan masing-masing. Jadi, semuanya pasti akan berjalan dengan lancar, kan? * * Cerita ini hanyalah karangan fiksi. Baik karakter, alur, dan nama-nama di dalam tidak ada sangkut paut dengan dunia nyata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Theodora A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 35

Karina terlalu asyik dengan pikirannya sehingga tidak menyadari suara langkah kaki yang berjalan keluar ke balkon, menuju ke arahnya. Kehangatan menghampirinya dalam bentuk dada lebar yang menyenggol punggungnya. "Kenapa kamu berdiri di luar sini? Udaranya cukup dingin. Dan kamu bahkan tidak menutup pintu balkon, sekarang kamar kita jadi terasa seperti lemari es."

Ada apa dengan Steve yang selalu mendatanginya saat dirinya sedang berada di episode kesedihan dalam hidupnya?

Karina mengulurkan tangan untuk menyeka wajahnya dengan cepat, hanya untuk berjaga-jaga mana tau ada jejak air mata yang mengalir di pipinya tanpa ia sadari. Karina tidak ingin meninggalkan bukti untuk dilihat oleh Steve. "Maaf, aku lupa menutupnya. Kamu bisa pergi sarapan tanpaku, aku akan menyusul nanti."

Steve menjawab sambil menyandarkan dagunya pada bahu Karina, menoleh dengan wajah yang kini sejajar dengan wajah Karina. "Tidak. Aku tidak akan sarapan sendirian dan menanggung pertanyaan-pertanyaan penuh kekhawatiran yang akan ibu kita tujukan padaku."

Karina sedikit memundurkan kepala, hanya untuk mendapati bagian belakang kepalanya menabrak bahu Steve. Sejak kapan pria ini begitu nyaman dengan skinship? Karina rasa kini mereka sudah sampai pada tahap berdekatan dan berpelukan merupakan hal yang normal dan wajar. "Jangan khawatir, mereka ada di taman. Aku yakin mereka sudah sarapan tanpa menunggu kita," Karina memiringkan kepalanya ke arah taman, dan mata Steve mengikutinya.

Tatapan mereka bertemu dengan sepasang wajah yang tersenyum dengan dua tangan yang melambai-lambai di kejauhan. Karina merasakan tangan Steve turun ke pinggangnya, memeluknya erat sementara tangan yang lain merespon dengan melambai balik. Karina dengan ragu-ragu melakukan hal yang sama.

"Aku tidak sadar mereka ada di sana," kata Steve di sebelahnya, kembali menyandarkan dagunya di bahu Karina. Gestur ini terasa begitu normal sehingga Karina hampir yakin bahwa ini semua bukan lagi akting bagi Steve. Steve melanjutkan kalimatnya sambil tertawa pelan, "Ternyata sedari tadi kita sedang dimata-matai."

Steve melepaskan pegangannya pada pinggang Karina, bersiap untuk menarik diri ketika sebuah tangan secara mengejutkan memegang tangannya, menahannya untuk tetap di sana. Karina tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika ia menarik lengan Steve untuk kembali melingkari pinggangnya, sebelum ia kemudian bersandar di dadanya.

"Tetap lah disini. Aku suka aroma embun pagi setelah hujan." Karina menarik napas, menolak untuk menatap mata Steve yang saat ini sedang menatapnya kebingungan. Steve tersenyum tipis ketika menyadari bahwa Karina sedang menghindari tatapannya karena malu. "Sepeti katamu, cuacanya cukup dingin. Dan.... tanganmu cukup hangat. Jadi tetaplah disini."

Steve tidak berkata apa-apa untuk menanggapi Karina, dia hanya menatap wajah Karina dari samping dalam diam. Tiba-tiba Steve tersadar akan betapa estetisnya wajah Karina dari sudut ini. Bulu matanya panjang dan lentik, matanya bulat dan terlihat seperti mata kucing, batang hidung tampak mancung sempurna, dan bibir berukuran sempurna yang baru saja berada pada bibirnya tadi malam.

Sesuatu yang aneh terasa dari balik tulang rusuk Steve. Sejak kapan dia punya waktu untuk mengagumi wajah Karina seperti ini?

Tapi Steve tidak menolak permintaan Karina, dia bergumam pelan sebagai jawaban sebelum melingkarkan kedua lengannya di pinggang Karina, memeluknya lebih erat.

Tiba-tiba angin pagi tidak terasa begitu dingin lagi, dan seketika keduanya melupakan meeting yang harus mereka ikuti sebentar lagi.

"Apakah pelukanku begitu nyaman?" Steve angkat bicara setelah beberapa saat terdiam. Karina terlihat begitu tenang, berdiri di dalam pelukannya sambil menghirup udara pagi, seolah ia siap untuk tertidur kapan saja dalam pelukannya. Karina terlihat... lembut dan anggun seperti ini. "Dan aku kira kamu tidak suka pagi hari."

"Kamu yang memintaku untuk membuat diriku nyaman dan menggunakanmu sebagai pelampiasan, kurang lebih satu jam yang lalu," Karina menjawab dengan nada ketus. Kini setelah ia membuka mulutnya, citra dirinya yang lembut dan anggun seketika hancur seperti kaca yang pecah. Steve menarik kembali pemikirannya itu. "Dan aku tidak benci pagi hari, aku hanya tidak suka bangun pagi."

"Haha, aku senang kalau kamu merasa nyaman, tapi berdiri sedekat ini denganmu sekarang membuatku harus menghirup napas pagimu yang bau." Steve membalas sambil tersenyum jenaka, dan akhirnya mendapatkan tatapan kesal dari kepala yang sedang bersandar di dadanya.

Saat Karina menoleh untuk membalas, ia menyadari ada perbedaan warna pada kulit Steve. Sebuah bercak merah yang kecil namun cukup besar untuk menarik perhatian tampak di bagian bawah rahangnya. "Oh, lihat. Kamu punya cupang."

Steve menatapnya dengan tatapan tidak terkesan. Wajahnya turun untuk menatap leher Karina. "Begitu juga denganmu. Sekarang kita punya tanda yang matching."

Steve mengatakannya dengan sangat santai sehingga Karina merasa dirinya hampir jatuh dari balkon. Kejadian semalam kembali terlintas di benaknya seperti pusaran angin. Steve di sisi lain, tidak mengatakan apa pun dan hanya menatap wajah Karina dengan tatapan datar.

Secara naluriah, tangan Karina perlahan naik dan meraih sisi lain dari lehernya, sisi yang seharusnya tidak memiliki bercak merah, sambil menatap Steve untuk mendapatkan jawaban.

Ekspresi di wajah Steve berubah, dia tersenyum tipis sambil memberikan satu anggukan.

"Ah! Sialan!" Karina berputar, tangannya terangkat untuk memukul dada Steve, namun Steve mundur dengan cepat dan menangkap tangan Karina seolah dia sudah menduga ia akan melakukannya. Hal itu semakin membuat Karina frustrasi. "Pergilah mandi, kamu bau."

"Aku tidak bau! Dan napas pagiku juga tidak bau, berhenti melontarkan omong kosong." Karina dengan sengaja memajuhkan wajahnya ke arah Steve dengan setiap kata yang ia ucapkan.

Alis Karina yang mengernyit kesal membuat Steve tertawa terbahak-bahak. "Berhentilah bicara, rasanya aku mau pingsan."

"Ugh, sialan," Karina mengertakkan gigi, mengulurkan tangan dan mencengkeram kerah baju Steve.

Sekarang, setelah wajah Steve berada tepat di hadapannya, Karina dapat melihat apa yang ditawarkan oleh sosok Steve yang terlihat begitu segar setelah mandi. Rambutnya masih lembap setelah mandi. Helai-helai rambutnya jatuh berantakan di sekitar wajahnya, namun sama sekali tidak mengurangi ketampanannya. Kulitnya bahkan terlihat sedikit lebih berkilau dari biasanya, bibirnya terlihat lebih merah dan merekah. Karina tiba-tiba teringat betapa lembutnya sepasang bibir itu.

Steve mengenakan sweter rajut berwarna krem yang sangat nyaman dan hangat saat disentuh. Pakaian yang dikenakannya ini membuat Steve terlihat sepuluh kali lipat lebih santai dari biasanya, dan sepuluh kali lipat lebih menggemaskan juga. Hal ini membuat Karina sulit untuk marah padanya. "Kamu bilang napasku bau, kan? Kalau begitu, bagaimana kalau aku membunuhmu saja dengan napas bau ini, hm?"

Karina menarik Steve dengan kuat, membuka bibirnya lebar-lebar dengan maksud untuk menghembuskan napas langsung ke wajah pria itu. Jika napasnya memang bau, ia bisa menggunakannya untuk membuat Steve menderita.

Tapi, Karina salah memperhitungkan kekuatan tarikannya dengan jarak yang ada di antara wajah mereka, karena alih-alih menghembuskan napas di wajah Steve untuk menyiksanya, Karina justru menyiksa dirinya sendiri ketika bibir mereka beradu dalam sebuah ciuman yang tak terduga, dengan mulutnya yang terbuka.

Ini bukan kali pertama bibir mereka saling bertemu, tapi Karina tetap merasakan setiap bagian tubuhnya membeku. Ia merasakan sensasi panas mengalir ke kedua ujung telinganya, dan matanya melotot lebar karena terkejut.

Sial. Sekarang Steve pasti akan berpikir Karina sengaja menarik kerah bajunya hanya untuk menciumnya.

Karina sudah siap dengan berbagai ejekan dan godaan yang akan ia terima begitu ia bergerak menarik diri, melepaskan cengkeramannya pada kerah sweater Steve.

Apa yang tidak Karina duga adalah Steve yang mengencangkan pegangan di pinggangnya, mendorong dan menjebak Karina di antara tubuh tingginya dan pagar balkon, sebelum kembali menyatukan bibir mereka.

Karina samar-samar dapat merasakan bibir Steve yang tersenyum, dan itu membuat rasa panas menjalar dari telinga kini hingga ke wajah dan lehernya. Ciuman mereka kali ini bukanlah ciuman yang lembut. Lidah dan gigi mereka saling beradu, dengan Steve yang lebih banyak mengeksploitasi mulutnya dan Karina yang membiarkannya.

Ketika Steve akhirnya menarik diri, wajah Karina terlihat cukup memerah.

"Apakah kamu sedang tersipu malu?" Ejekan dari Steve langsung muncul, disertai dengan alis yang terangkat dan senyum lebar yang menampakkan lesung pipinya. Karina merasa dirinya tidak bisa menatap mata Steve dan dengan malu-malu memalingkan wajahnya, tiba-tiba saja ia merasa meja di balkon terlihat sangat menarik untuk ditatap. Karina merasakan panas menjalar hingga ke dadanya. Ia bahkan tidak ingin membayangkan betapa buruk penampilannya saat ini.

"Kamu tersipu malu," Steve menyimpulkan, hidungnya menelusuri tulang pipi Karina sambil tersenyum gemas. Bibirnya sesekali menyentuh pipinya, tepat di dekat sudut bibirnya. Karina tanpa sadar menahan napas karena itu.

Setelah beberapa detik berlalu, Steve melepaskan tangan dari pinggang Karina. Dia berbalik dan mulai berjalan, meninggalkan Karina dengan wajah yang masih memerah dan tercengang sendirian. Setelah menghela napas pelan, Karina segera melangkah menyusul Steve dan merasa lututnya melemas saat ia mendengar Steve bergumam, "Menggemaskan sekali."

Ketika keduanya meninggalkan balkon untuk kembali ke kamar tidur, tak satu pun dari mereka menyadari dua pasang mata yang sedari tadi mengikuti gerak-gerik mereka.

"Aku tidak pernah melihat Steve tersenyum begitu lebar," kata ibu Steve, sambil menyeruput sisa tehnya sebelum menyodorkan cangkir kepada seorang pelayan yang berdiri di sampingnya.

"Aku juga tidak pernah melihat Karina mengeluh dan merengek seperti itu kepada siapa pun yang bukan diriku," tawa ibu Karina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu tahun, mengeluh adalah cara Karina menunjukkan cintanya. Biasanya dia selalu berusaha keras untuk hanya menunjukkan sisi tangguh dan bertanggung jawabnya kepada semua orang," ibu Karina berhenti sejenak, matanya beralih ke balkon yang kini kosong. "Aku senang dia akhirnya menemukan seseorang yang bisa menjadi tempat bersandarnya."

1
Skylar
Sini Felix sama kakak aja😩 ini Karina sama Steve so sweet bgt sih cuma yaaaaa gimana yaa. Entahlah lanjut thor!!!
Noveria_MawarViani
sweet banget
Maeve Lyra
😭😭😭😭😭
Maeve Lyra
Tonjok nih!! 👊
Skylar: Ikutan pengen nonjok😭
total 1 replies
Maeve Lyra
Yakin teman??😅
May
mantap😭👍
May
ngakak😂😂
May
lama bener sampe jam 5 pagi asdfghjkl😭😭
May
woiiii ngapain😭😭
Mackenzie
karna mainin piano buat crush(?)
Mackenzie
mampuss wkwkwk/Sob/
Sandy
aku bacanya pake nada soalnya tau lagunya/Facepalm/
Yunita
Terlihat berbeda karna lu udah jatuh cinta loh Karina
Wina Maria
seharusnya felix telp aja, kalo gini lama2 karina beneran bakal jatuh cinta sama steve😬
Wina Maria
udah steve udah😭
Wina Maria
pake nanya lagi wkwkwk
Riviera
gila sih ini chapter 10😭👍
Riviera
bener2 kaget bgt😅
Jacky
kampret betul🤣🤣🤣
Jacky
hangat ya rin😀
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!