Alan ... menikahlah dengan Delila, ku mohon! Aku sangat mencintai anakku Delila, aku paling tidak bisa terima bila dia di permalukan. Nelson Jocelyn
Saya tidak mau karena saya tidak mencintainya. Alan Hendra Winata
Maaf, maafkan aku telah menyeretmu ke dalam masalah besar ini. Delila Jocelyn
Pernikahan yang tak di inginkan itu apakah tumbuh benih-benih cinta atau hanya akan ada rasa sakit yang menjalar di antara keduanya?
Yang penasaran dengan ceritanya langsung saja kepoin ceritanya disini yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bilqies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Honeymoon
"Akan saya pikirkan," jawab Alan pada akhirnya.
"Saya tunggu jawaban kamu. Saya harap kamu memberikan jawaban yang bagus."
"Walaupun misalnya saya menerima tawaran anda, itu pun saya lakukan hanya semata menolong Delila bukan karena tawaran harta yang anda berikan," tegas Alan.
"Dan walaupun begitu saya akan tetap menepati janji saya," balas Daddy Nelson.
"Satu lagi, kalian berliburlah ke Bali untuk berpura-pura bulan madu hingga berita ini mereda." Titahnya dengan nada yang sedikit memohon.
"Delila sedang sakit," jawab Alan.
"Kalian bisa pergi ketika keadaan Delila membaik," ucap Daddy Nelson yang tak ingin di bantah.
"Baiklah," jawab Alan pasrah. Mau tidak mau Alan mengiyakan keinginan Daddy Nelson untuk berlibur ke Bali. Mengingat kebaikan Delila padanya membuat Alan tak sampai hati menolaknya.
"Apa sudah selesai atau masih ada yang di bicarakan lagi?" Alan sudah tak sabar beranjak dari tempatnya. Sebab dia tak ingin mendapatkan perintah konyol lagi dari mertuanya.
Daddy Nelson terdiam dengan sorot mata elangnya menatap Alan.
"Satu hal yang paling penting adalah jika kamu setuju melakukan pernikahan ini, jangan pernah menyentuh anak saya apalagi menghamilinya. Saya tahu persis kalau kamu tidak mencintainya, saya tidak ingin Delila menderita ketika kalian berpisah nanti."
Alan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan kedua lelaki itu kembali ke kamar dimana Delila berada.
"Setelah kalian bercerai nanti, Delila akan ku kirim ke luar negeri. Dia akan kuliah disana untuk melupakan ini semua dan semoga Delila bisa memulai hidup barunya disana nanti."
Alan hanya diam tak ada niat untuk menanggapi perkataan Daddy Nelson.
🌷🌷🌷
"Kamu darimana?" tanya Delila ketika Alan memasuki kamarnya.
"Aku habis minum kopi dengan Daddy mu di bawah," jawab Alan.
"A- aku kira kamu pergi ninggalin aku," ucap Delila dengan raut wajah ketakutan.
Alan yang melihat itu merasa begitu prihatin, sebab Delila tentu masih trauma dengan kejadian yang telah menimpanya.
"Bagaimana keadaanmu, sayang?" tanya Daddy Nelson khawatir.
"Sedikit lebih baik, Daddy tak perlu cemas. Aku baik-baik saja." Delila tersenyum berusaha membuat Daddy nya agar tidak cemas.
Delila memang gadis yang sangat lembut. Dia menjaga perasaan Daddy nya agar tidak terlalu khawatir padahal faktanya dia tengah hancur lebur saat ini. Untuk beberapa saat, Alan sempat terpukau melihat sisi lain dari Delila.
"Kata Alan kamu demam? Jangan terlalu di pikirkan, sayang." Daddy Nelson menatap sendu sembari menyentuh dahi anaknya.
"Jangan cemas Dad, hanya sedikit demam. Alan sudah memberiku obat penurun panas," jawab Delila dengan sudut bibir yang terangkat ke atas.
"Bila sudah merasa lebih baikan, kamu dan Alan pergilah ke Bali atau kemanapun yang kalian mau untuk beberapa hari. Bermain-mainlah sebentar untuk menghilangkan beban pikiran."
"Nggak usah Dad. Bukannya Alan harus masuk kerja?" tolak Delila lembut.
"Tenang saja sayang. Anggap saja ini cuti menikah," bujuk Daddy Nelson agar putrinya mau pergi berlibur.
"Aku rasa itu hal yang bagus untuk kita berdua Delila," timpal Alan yang pada akhirnya setuju dengan permintaan mertuanya.
Delila tampak berfikir sejenak sebelum akhirnya dia mengiyakan keinginan kedua lelaki di hadapannya.
"Mmm ... baiklah aku akan pergi, jika kamu juga mau pergi," jawab Delila patuh.
Daddy Nelson tersenyum puas ketika mendengar jawaban putrinya.
🌷Bali🌷
Disinilah sekarang kedua pengantin baru itu berada di sebuah villa mewah Ubud Bali. Villa yang di kelilingi dengan pemandangan indah lembah Ubud yang hijau dan memanjakan mata. Tampak kolam renang pribadi yang langsung di suguhi indahnya pemandangan hijau alam.
Delila berjalan keluar villa, dia merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar dengan sangat rakus. Rambutnya yang panjang samar-samar tertiup angin, hingga beberapa anak rambut ada yang menutupi wajah cantiknya. Tampak Delila yang bermandikan cahaya matahari terlihat begitu cantik dan membuat Alan tersenyum melihatnya. Lelaki itu merasa senang ketika melihat Delila terlihat lebih baik dari sebelumnya.
Malam pun tiba, kini keduanya sedang menikmati makan malam romantis yang telah di siapkan oleh pihak villa dengan cahaya temaram dan kelopak bunga yang bertaburan. Mereka menikmati makan malam romantis di bawah sinar bulan dan di iringi lagu-lagu romantis yang membuat suasana semakin syahdu.
Keduanya makan malam dalam hening dan sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tiba-tiba Delila mengingat sosok Lucas yang dulu sering mengajak makan malam romantis seperti ini. Begitu juga dengan Alan yang masih terbayang wajah Luna.
"Aku tahu ini sulit buat kita. Tapi ... seharusnya kita tak memikirkan mereka," ucap Alan memecah keheningan.
Dalam hitungan detik Delila tersentak karna ucapan Alan yang seolah bisa membaca pikirannya. Dan detik berikutnya Delila tersenyum kecut ketika sadar bahwa Alan juga melakukan hal yang sama, membayangkan masa lalunya.
"Ya seharusnya kita tak melakukan itu," jawab Delila.
"Apa yang ingin kamu lakukan besok?" tanya Alan.
"Apa yang biasanya kamu lakukan di Bali?" Bukannya menjawab justru Delila bertanya balik pada Alan.
"Kalau aku sih biasa keliling Bali pakai motor, atau kadang melakukan olahraga air. Tapi terserah kamu mau apa Delila."
"Aku mau naik motor keliling Bali saja kalau begitu," jawab Delila antusias.
"Kamu yakin mau naik motor? Nggak takut item?" goda Alan.
"Nggak lah. Ayo besok kita naik motor ya," pinta Delila dengan menampilkan puppy eyes nya membuat Alan tampak gemas melihatnya.
"Baiklah, nanti aku minta teman buat sediain motornya," ucap Alan.
Delila pun mengangguk sebagai jawaban. Sebenarnya Delila bisa saja menyuruh seseorang untuk menyediakan motor sejenis apa untuk mereka pergi jalan-jalan besok. Tapi dia tak ingin melebihi suaminya hingga akhirnya dia membiarkan Alan untuk melakukan itu.
"Kenapa nggak milih olahraga air?" tanya Alan penasaran.
"Karena aku ... aku nggak bisa berenang," jawab Delila tersipu.
"Kalau kamu mau, lusa aku akan mengajarimu," ucap Alan.
"Boleh," jawab Delila dengan tersenyum. Senyum yang bisa menular pada wajah suaminya itu.
🌷🌷🌷
Pagi pun tiba, seperti biasanya Delila bangun lebih awal. Dia membersihkan diri dan tak lupa menyiapkan segelas air putih untuk suaminya di atas nakas. Sudah menjadi kebiasaan yang beberapa hari ini Delila lakukan.
Dia dan Alan tidur bersama di atas satu ranjang yang sama. Seketika Delila tersenyum kala mengingat tadi malam dimana dia dan Alan bingung harus tidur dimana. Sebab hanya ada satu ranjang disana. Awalnya Alan akan tidur di atas sofa, tapi Delila yang baik hati dia tidak tega. Dan pada akhirnya mereka sepakat tidur bersama di atas ranjang dengan 2 guling yang menjadi pembatas di antara keduanya. Hal itu berhasil, terbukti karena guling itu masih tetap berada di tengah-tengah mereka.
.
.
.
🌷Bersambung🌷
yah dah di pastikan ini mah novel sering tahan nafas 😁😁😁😁
pantes kalau Lucas sma Luna