NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Luka bahu, luka hati.

Elad tidak berlama-lama di rumah sakit, dia segera pulang dengan alasan kenyamanan. Dokter khusus akan sekali-kali datang untuk pemeriksaan berkala.

Pagi itu matahari belum sepenuhnya muncul ketika Cloe menyeret langkahnya ke dapur, rambut masih acak-acakan dan kantuk belum sepenuhnya menguap dari matanya. Tapi suara Elad sudah lebih dulu membelah keheningan rumah.

“Sayang, tolong ambilin gelas, bahu kananku sakit banget,” teriak Elad dari ruang tengah dengan nada manja yang menyebalkan.

Di rumah besar ini ada enam pembantu, tapi Elad menginginkan pergerakan Cloe saja. Elad bangun pagi sekali, mungkin dia sengaja ingin mempermainkan  Cloe. Bahkan panggilannya sangat menyebalkan, kontras balas dendam karena Cloe tidak mau mengakui kecurigaan Elad waktu itu.

Cloe mendesis pelan, tapi tetap berjalan ke arah rak piring, mengambil gelas, lalu meletakkannya sedikit keras di atas meja.

“Gelasnya udah di situ. Tangan kiri kamu masih berfungsi, kan?” katanya ketus.

Elad hanya tertawa kecil. “Tapi rasanya beda kalau kamu yang ambilin. Ada rasa cintanya,” katanya sambil berkedip.

Cloe menatapnya tajam. “Kalau kamu nggak punya luka di bahu, aku udah lempar gelas ini ke kepalamu.”

Lelaki itu tertawa lagi, puas. Ini sudah jadi permainan mereka selama beberapa hari terakhir sejak tragedi yang membuat bahu Elad terluka. Permainan sepihak, pikir Cloe, karena hanya Elad yang tampak menikmatinya.

“Cloe, bisa tolong nyalain TV? Remote-nya kejauhan.”

“Cloe, tolong anterin aku cemilan, aku nggak boleh gerak banyak.”

“Cloe, bajuku yang bersih di mana, aku nggak bisa angkat tangan.”

Hari demi hari, permintaan-permintaan remeh itu membuat darah Cloe mendidih. Tapi anehnya, meski selalu dengan keluhan, selalu dengan gumaman geram, ia tetap melakukannya. Mungkin karena tanggung jawab. Entahlah.

“Aku nggak percaya aku nikah sama orang paling manja sedunia,” gerutu Cloe sambil melemparkan bantal kecil ke arah Elad yang lagi bersandar santai di sofa.

Elad mengangkat alis, tangan kirinya refleks menangkap bantal itu. “Itu artinya kamu beruntung. Nggak semua orang bisa punya suami setampan, dan seberbakat aku.”

“Tambahin: ‘dan paling nyebelin’.”

“Diterima dengan bangga,” jawab Elad cepat, senyumnya melebar seperti anak kecil yang berhasil menjebak temannya dalam permainan konyol.

Dokter menyarankan Elad istirahat total selama dua minggu. Tapi bukannya jadi pasien yang tenang dan patuh, Elad malah berubah jadi raja kecil di rumah mereka. Dan Cloe? Ya, seperti pembantu kerajaan yang setiap saat dipanggil dengan suara nyaring: "Sayaaang, tolong ini yaaa~"

“Aku haus lagi,”

“Kamu punya dua kaki, Elad.”

“Tapi satu bahu,” jawabnya cepat, seperti sudah menyiapkan jawaban itu sejak pagi.

Cloe mendongak, lalu memutar bola matanya keras. “Aku serius. Kalau kamu nyuruh aku satu kali lagi, aku akan tuang airnya ke kepalamu.”

“Wah, pakai es batu juga, dong. Biar makin segar,” kata Elad dengan senyum menyebalkan.

Cloe berdiri dengan kasar, menyeret langkah ke dapur. Tangannya gemetar bukan karena lelah, tapi karena kesal. Sambil menuang air ke gelas, pikirannya melayang: “Kenapa aku masih di sini?”

Ia kembali ke ruang tengah dan meletakkan gelas di meja dengan sedikit lebih keras dari yang seharusnya. Sudah berapa kali dia membanting gelas beberapa hari ini? “Minum sendiri. Tangan kiri kamu bukan hiasan.”

Elad tertawa dan mengangkat gelas itu dengan tangan kiri. “Iya, iya. Terima kasih.”

“Jangan uji kesabaranku, Elad.”

Mereka terdiam beberapa saat. TV menyala, tapi tidak ada yang benar-benar menonton. Cloe duduk di ujung sofa, sedangkan Elad rebahan di sisi lain dengan kaki menjulur seenaknya.

Pelayan yang datang menghampiri merasa sungkan pada Cloe, menunduk kala melewati sofa tempat sepasang majikan tengah duduk. Ya, seharusnya mengambil ini itu adalah tugas mereka, namun karena Elad, Cloe sering bolak-balik ke dapur menampilkan wajah masam dan siap emosi pada siapa saja.

“Tuan, ada Nona Jasmin di ruang tamu,” lapor si pelayan.

Mendengar itu Cloe berdiri, pergi masuk ke kamar tanpa mengucapkan sepatah katapun. Ia tidak ingin terlinganya sakit, juga mata ternodai oleh pemandangan menjijikan.

Elad mengabaikan sikap dingin Cloe, dia berjalan turun tangga untuk menemui sang kekasih. Wanita itu segera melihat Elad, penampilan Jasmin berantakan: rambutnya lepek, wajahnya sembab, dan matanya merah karena menangis.

“Jasmin?” gumam Elad sendu.

“Aku ... aku dengar kau diserang,” suaranya gemetar, tubuhnya hampir roboh saat membayangkan kejadian itu terjadi usai mengantar ia pulang.

Wanita itu langsung memeluknya. Erat. Seolah hanya pelukan itu yang bisa menenangkan badai dalam dirinya. Dan Elad—meski sempat terkejut—membalas pelukan itu dengan satu tangan yang masih bisa bergerak. Tanpa ragu. Tanpa canggung.

“Elad, aku pikir kamu ... aku pikir kamu ...” Jasmin tersedu lagi, wajahnya menempel di bahu kiri Elad.

“Aku nggak papa. Cuma bahu kanan aja yang kena. Lihat nih, aku masih bisa peluk kamu,” ujar Elad, suaranya lembut, sangat berbeda dengan nada bercanda yang biasa ia gunakan ke Cloe.

Elad berdiri, mengulurkan sebelah tangannya. “Ayo kita duduk di luar saja, cuacanya tengah sejuk dan berangin.”

Seseorang mengintip dari celah pagar balkon lantai atas. Cloe mematung di sana, setengah tersembunyi di balik tirai. Ia sendiri tidak mengerti apa yang mendorongnya melakukan hal bodoh seperti ini. Mengapa dia harus mengintip mereka? Mengapa dia tidak tetap berdiam di kamar seperti sebelumnya?

Udara di tengah mendung mengalir pelan, namun terasa begitu sesak di dada. Cloe menggigit bibir, matanya menatap nanar ke arah halaman di bawah, tempat suaminya, Elad, sedang berdiri bersama Jasmin.

Ini membuat dia kesal, Elad tampak bisa diandalkan berada di dekat Jasmin. Dia seperti bisa melakukan apapun meski bahunya cidera. Kemana pria yang merengek seperti bayi tadi?

Pelayan yang berdiri di belakangnya menunduk, tak berani mengeluarkan suara. Tapi sorot matanya penuh iba, seperti ingin berkata: Tinggalkan saja pemandangan menyakitkan itu, Nyonya.

Namun Cloe tetap menatap. Mungkin untuk menyiksa dirinya lebih jauh. Atau mungkin agar ia sadar—bahwa pernikahan ini tak pernah benar-benar dimulai.

“Nyonya...” suara pelayan itu akhirnya terdengar pelan, “Saya menemukan resep puding baru. Katanya cukup terkenal di Perancis. Apakah Anda ingin melihat saya memasaknya dan mengoreksi rasanya?”

Nada suaranya lembut, seperti benang halus yang coba menjahit luka.

Cloe menoleh, senyum kecil yang getir terbit di bibirnya. “Sepertinya lebih menyenangkan melihatmu memasak daripada melihat pasangan itu.”

Ia berbalik, menyembunyikan luka di matanya, lalu berjalan turun dari tangga. Setiap langkahnya terdengar ringan, seolah tidak ada apa-apa. Seolah keberadaan wanita itu tak berarti apa-apa. Seolah ....

Tapi hanya Cloe yang tahu betapa hatinya sedang berteriak, dan betapa senyapnya dunia saat itu terasa. Ah, dia merindukan kehidupan tenang di desa. Kapan waktu yang tepat untuk melarikan diri? Menjadi istri tak dianggap lebih buruk daripada membuang semua kemewahan yang ia dapatkan sekarang.

Bersambung....

1
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!