NovelToon NovelToon
Generasi Gagal Paham

Generasi Gagal Paham

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Generasi sekarang katanya terlalu baper. Terlalu sensitif. Terlalu online. Tapi mereka justru merasa... terlalu sering disalahpahami.

Raka, seorang siswa SMA yang dikenal nyeleneh tapi cerdas, mulai mempertanyakan semua hal, kenapa sekolah terasa kayak penjara? Kenapa orang tua sibuk menuntut, tapi nggak pernah benar-benar mendengarkan? Kenapa cinta zaman sekarang lebih sering bikin luka daripada bahagia?

Bersama tiga sahabatnya Nala si aktivis medsos, Juno si tukang tidur tapi puitis, dan Dita si cewek pintar yang ogah jadi kutu buku mereka berusaha memahami dunia orang dewasa yang katanya "lebih tahu segalanya". Tapi makin dicari jawabannya, makin bingung mereka dibuatnya.

Ini cerita tentang generasi yang dibilang gagal... padahal mereka cuma sedang belajar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 29 Pilih Cinta atau Kebenaran

Pagi itu terasa berat. Raka duduk di pojok kantin dengan ekspresi kosong. Tangan kirinya memegang ponsel yang memutar ulang rekaman podcast terakhir yang mereka unggah. Suara Nala terdengar jelas, tegas, dan menyentuh, membahas bagaimana sistem pendidikan terkadang justru melumpuhkan potensi siswa.

Namun, bukan itu yang membuat hati Raka berkecamuk. Di layar ponselnya juga tertulis notifikasi: "Dita liked your post." Hanya itu. Tapi cukup untuk membangkitkan semua keraguan yang sejak awal ia pendam.

"Kamu masih suka sama Dita?" suara Juno menyadarkannya.

Raka menoleh cepat. "Nggak tahu. Mungkin. Atau mungkin aku cuma kangen masa-masa kita masih akur."

Juno tersenyum pahit. "Nggak semua hal bisa kembali kayak dulu."

Di sisi lain sekolah, Nala duduk berdua dengan Dita di tangga belakang aula. Hening cukup lama sebelum Dita berkata, "Aku nggak pernah benci kamu, La. Tapi kadang kamu terlalu keras. Aku capek."

Nala mengangguk pelan. "Aku juga capek. Tapi kalau bukan kita yang bicara, siapa lagi? Kita udah mulai sesuatu. Masa mundur sekarang?"

"Aku nggak tahu harus pilih yang mana. Aku pengin dengerin kamu, tapi aku juga sayang sama mereka. Raka... Juno... bahkan Bu Nanik sekalipun. Aku nggak bisa terus merasa jadi pengkhianat."

Nala menatap langit. "Mungkin kita semua pengkhianat dalam versi yang berbeda."

---

Hari itu mereka mendapat kabar bahwa kepala sekolah akan mengundang perwakilan siswa yang dianggap 'menghasut' dalam podcast. Nama-nama yang disebut: Nala, Raka, dan Juno.

Ruangan BK berubah menjadi ruang interogasi. Kepala sekolah duduk di tengah, guru BK di sampingnya, dan tiga remaja di hadapan mereka.

"Kalian tahu kenapa dipanggil ke sini?" tanya kepala sekolah.

"Karena kami jujur," jawab Nala tanpa ragu.

Guru BK menggeleng. "Jujur itu bagus, tapi bukan berarti semua hal bisa diumbar begitu saja. Ada aturan. Ada etika."

"Etika yang menutup mulut kami?" Juno ikut bicara.

Kepala sekolah terlihat kesal. "Juno, kamu siswa berprestasi. Jangan hancurkan reputasimu karena ini."

Raka merasa tubuhnya panas dingin. Saat semua mata tertuju padanya, ia berkata pelan, "Saya hanya ikut karena ingin suara teman-teman saya didengar."

"Termasuk suara yang menyudutkan guru dan sekolah?"

Raka diam. Di dalam pikirannya, pertanyaan Dita terus terngiang: "Kamu pilih cinta atau kebenaran?"

Setelah pertemuan itu, mereka keluar ruangan tanpa hasil. Tidak ada permintaan maaf dari mereka, dan tidak ada pula empati dari para guru. Mereka mulai menyadari bahwa perjuangan ini akan lebih besar dari dugaan awal.

Malam harinya, Raka menulis di buku catatannya:

“Aku ingin jujur, tapi kadang jujur berarti harus kehilangan. Kadang aku benci jadi bagian dari perjuangan ini. Tapi aku lebih benci lagi jadi penonton.”

Dia menutup buku itu dan membuka pesan dari Dita.

> “Raka, kita bisa ngobrol? Bukan sebagai pejuang atau pengkhianat. Tapi sebagai teman lama yang pernah saling percaya.”

Raka menatap layar lama sekali. Lalu akhirnya, ia mengetik:

> “Besok, di taman belakang. Sehabis jam sekolah.”

Keesokan harinya, langit mendung. Mereka bertemu di taman kecil belakang sekolah. Dita datang lebih dulu, membawa dua es krim. Seperti masa-masa dulu.

"Kenapa kamu nggak bilang dari awal kalau kamu yang edit podcast itu?" tanya Dita tanpa basa-basi.

"Karena aku takut kamu bakal salah paham."

"Dan sekarang aku makin salah paham, Rak. Kamu tahu aku sayang kamu, kan? Tapi aku juga punya batas. Aku nggak bisa terus di tengah antara kalian dan guru-guru."

Raka menunduk. "Aku juga sayang kamu, Dit. Tapi kali ini, aku harus pilih yang benar."

Dita memalingkan wajah. Ada air mata yang ia tahan. "Aku benci harus memilih. Tapi mungkin... ini perpisahan."

Saat Dita pergi, Raka tetap berdiri diam. Es krim di tangannya mencair. Namun hatinya lebih beku dari sebelumnya.

1
Ridhi Fadil
keren banget serasa dibawa kedunia suara pelajar beneran😖😖😖
Ridhi Fadil
keren pak lanjutkan😭😭😭
Irhamul Fikri: siap, udah di lanjutin tuh🙏😁
total 1 replies
ISTRINYA GANTARA
Ceritanya related banget sama generasi muda jaman now... Pak, Bapak author guru yaaa...?
Irhamul Fikri: siap, boleh kak
ISTRINYA GANTARA: Bahasanya rapi bgt.... terkesan mengalir dan mudah dipahami pun.... izin ngikutin gaya bahasanya saja.... soalnya cerita Pasha juga kebanyakan remaja....
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!