NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Guru Galak

Terpaksa Menikah Dengan Guru Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Teen Angst / Teen School/College / Romansa
Popularitas:755.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Hesti Noviani

Astrid Githa Ardana Siswa kelas 3 SMA terpaksa harus menikah muda dengan cucu dari sahabat kakeknya. Sebelumnya, Astrid memang tak mengetahui bahwa ia akan di jodohkan dengan cucu dari sahabat kakeknya itu.
Perjanjian yang telah lama di rencanakan harus segera di percepat, ketika sahabat kakeknya di agnosa memiliki penyakit parah dan umurnya kemungkinan tidak akan lama lagi.
Astrid pun terpaksa harus menerima perjodohan tersebut. Astrid memang sempat menolak, karena pria yang akan menikah dengannya ialah guru baru di sekolahnya yang bernama Janus Geo sayuda.
Janus merupakan guru yang tegas dan galak, oleh sebab itu Astrid sangat tidak menyukainya. Walaupun Janus galak, akan tetapi banyak murid perempuan yang tergila-gila padanya, karena rupanya yang tampan. Janus juga di kenal sangat pintar karena di usianya yang ke 20 tahun ia sudah lulus sarjana pendidikan matematika. Setelah kelulusnya ia langsung mendapatkan pekerjaan sebagai guru di SMA.

IG~~ @hesti_novia10

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hesti Noviani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Yang Tidak Pernah ku Pedulikan Tetapi Ku Rindukan

Sudah pukul sembilan malam Janus belum juga pulang. Makan malam yang sedari tadi sudah siap, kini telah mendingin. Astrid duduk di meja makan, dengan tangan yang melipat di dada. Sudah beberapa kali Astrid menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Namun, Janus tak kunjung pulang. Dan sudah beberapa kali ia menghubungi lewat ponselnya, Janus tak mengangkat maupun membalas pesannya.

Hatinya terlampau gelisah, hingga ia berprasangka bahwa suaminya mungkin sedang bersama perempuan yang ia temui di bioskop. Perempuan yang pernah mengisi hatinya, perempuan yang membuat hati Astrid merasa kesal saat ini. Apa yang membuat pikirannya melayang, membuat kepalanya tak bisa berpikir dengan jernih. Matanya terlalu berat dengan air yang berlinang. Entah apa yang membuat kedua matanya tergenang oleh air. Perasaan yang sesak dan pikiran yang tak jelas adanya terus terasa dirinya.

Perempuan polos yang tadinya tak pernah peduli tentang segala hal yang di lakukan suaminya, kini rasa peduli itu di rasanya. Dan perlahan air mata yang tadinya di tahan mulai menetes di iringi dengan isak tangis. Betapa perihnya diri ini, hingga Astrid memegang dada sebelah kirinya. Beberapa menit kemudian suara bel dari pintunya berbunyi. Ia merasa bahagia, ia pikir mungkin itu Janus.

"Kring... Kring...

Astrid pun terburu-buru menyeka air mata yang menempel di kedua pipi dan matanya. Lalu segera membuka pintu apartemennya. Saat pintu terbuka, yang di harapkan kedatanganya tidak ada di depannya. Wajahnya pun di tekuk kecewa menatap orang di depannya bukanlah suaminya, melainkan Titan.

"Trid kamu habis nangis," ucap Titan sembari memegang pipi Astrid.

Astrid melepaskan tangan Titan dari pipinya. "Tidak."

Entah mengapa Titan tampak panik menatap Astrid yang terlihat sembab itu.

"Aku yakin kamu habis nangis. Ini pasti ulah pak Janus kan."

"Jangan pernah berprasangka buruk padanya. Apa yang kamu lihat belum tentu sesuai dengan ucapanmu. Ku harap hari ini kamu datang tidak menggangguku, karena aku sedang lelah."

Astrid pun seketika menutup kembali pintu apartemennya. Kemudian pergi ke arah meja makan dan mengambil hidangan yang telah dingin untuk di hangatkannya kembali.

Setelah hidangan hangat, Astrid kembali menyajikannya di atas meja, lalu ia kembali duduk. Ia terjaga semalaman hanya untuk menunggu kepulangan suaminya. Hingga sudah hampir tengah malam Janus tak kunjung pulang. Astrid masih terjaga, dan tidak menyerah untuk menunggu kepulangan Janus. Lelah dan mengantuk, mungkin sedang di rasakannya. Tapi itu tak memberatkannya, karena ia akan tetap menunggunya walau matanya sudah berat akibat kantuknya.

Hingga pukul 12.30, suara orang yang menekan tombol pasword di pintu terdengar. Ya, mungkin itu adalah Janus. Karena yang tahu pasword pintunya hanyalah Janus dan Astrid saja. Jadi kemungkinan besar itu adalah Janus.

Janus pulang, ia tampak berantakan. Pergi ke dapur mengambil segelas air untuk di minumnya. Sementara Astrid menatap hidangan di depannya dengan tatapan kosong.

"Kenapa belum tidur?" tanya Janus.

"Seharusnya aku yang tanya. Kenapa kamu baru pulang dan tubuhmu tercium bau alkohol," ucap Astrid tanpa menatap.

"Aku habis pergi ke kelab bersama teman-temanku."

"Kamu tahu kalau aku dari tadi menunggumu, aku pun sudah dua kali menghangatkan makanan. Bahkan kemarin malam kamu marah saat aku pulang telat, tapi apa yang kamu lakukan hari ini. Kamu pulang telat dengan tubuh yang tercium bau alkohol."

"Iya maaf aku pulang terlambat dan membuatmu menunggu. Tapi kenapa kamu peduli padaku, bukankah kamu tak seharusnya memperdulikanku."

"Aku juga tak mengerti kenapa aku harus peduli dengan pria brengsek sepertimu. Pria yang pergi dengan mantan kekasihnya, bahkan perempuan itu sudah jadi calon kakak iparnya."

"Jaga ucapanmu! kamu juga bahkan pergi dengan pria lain. Kamu tahu tadi siang aku sangat gelisah dan khawatir jika anggota keluarga kita melihat kamu pergi dengan seorang pria. Kamu tidak akan tahu betapa itu sangat menyisakku, melihat kamu pergi dengan Bintang," ucap Janus meninggikan suaranya.

"Kenapa kamu harus mengkhawatirkanku, sementara kamu juga pergi dengan Luna," ucap Astrid yang juga meninggikan suaranya.

"Aku pergi bukan untuk menemui Luna tapi mengikutimu, memastikan bahwa anggota keluarga kita tidak berpapasan denganmu. Aku bertemu Luna itu cuma kebetulan. Dia memesan tiket dengan nomor kursi yang ada di sebelahku. Dia bahkan datang bersama temannya hanya untuk menonton bukan bertemu denganku."

Astrid beranjak dari tempat duduknya. "Tapi aku yakin kamu masih menyukai dia. Karena aku bisa tahu dari tatapanmu waktu berada di rumah kakekmu. Kamu habis mabuk-mabukan itu pasti karena Luna," ucapnya sembari memasuki kamar.

"Aku pergi ke kelab hanya untuk bersenang-senang dengan temanku. Dan satu hal lagi bahwa Luna tidak ikut bersamaku pergi ke kelab malam," teriak Janus.

Saat berada di kamar, tangis Astrid pecah. Entah mengapa, pertengkarannya kali ini membuat hatinya teramat sakit. Begitu pun dengan Janus yang juga merasakan sakit di hatinya.

Janus terduduk di ruang tengah, ia beberapa kali menghela nafasnya. Entah mengapa dadanya terasa sesak jika mengingat Astrid yang bersama Bintang tadi siang. Pikirannya kalut, sampai membuatnya terjaga.

Hingga jarum jam sudah menunjukan pukul empat, Janus masih saja terjaga. Ia tak merasakan kantuk sama sekali. Tatapannya kosong, menatap ke satu arah dengan lengan yang di lipat di dada.

Hingga jarum jam sudah menunjukan pukul 05.30, Astrid keluar dari kamarnya. Wajahnya masih di tekuk kesal. Seketika Janus merasa canggung saat Astrid keluar dari kamarnya. Ia menelan salivanya, lalu berdiri dari tempat duduknya.

"Pagi," sambutnya yang penuh kegugupan.

Astrid mengabaikannya, bahkan sekedar menoleh pun tak di lakukannya. Seperti biasanya sebelum pergi sekolah, Astrid membereskan apartemen dan menyiapkan sarapan terlebih dahulu. Setelah semua selesai ia lalu pergi mandi dan bersiap-siap untuk sekolah. Namun, ketika usai berpakaiaan rapih, Astrid langsung saja pergi tanpa sarapan terlebih dahulu.

"Kenapa langsung pergi? tidak sarapan dulu," teriak Janus.

Astrid masih mengabaikan Janus. Pergi begitu saja tanpa menjawabnya. Sehabis menangis semalam, matanya tampak bengkak. Berjalan dengan raut wajah yang terlihat sendu. Hatinya mungkin sedikit lega, karena semalaman ia mengeluarkan tangisnya. Ya, walaupun masih saja terasa sakit di hatinya, bila mengingat pertengkarannya dengan Janus tadi malam.

Berdiam diri di pinggir jalan menunggu kedatangan angkot. Hingga tiba-tiba Titan datang menghamprinya.

"Apa kamu sedang ada masalah?" tanya Titan.

"Tidak ada," jawab Astrid dengan ekspresi datarnya.

Titan seketika memegang pipi Astrid. "Aku tahu kamu pasti habis nangis kan."

"Tidak usah sok tahu deh."

"Tidak usah menyangkalnya. karena bagaimanapun kamu menyangkalnya, aku bisa lihat kalau kamu habis menangis."

Tiba-tiba Janus datang dengan raut wajah yang di tekuk kesal.

"Tidak usah menyentuhnya," ucap Janus menyingkirkan tangan Titan dari pipi Astrid.

1
Aurora
mungkin bayu
Aurora
kalau janus ciumannya pakai nafsu
Aurora
kalau janus ciumannya pakai nafsui
Aurora
lanjut
Aurora
Luar biasa
Aurora
pasti bintang
Aurora
guru ganteng
anti pebinor pelakor
janus tidak bisa melupakan luna idah dianggap salah besar, no Astrid perempuan murahan dan munafik dia selingkuh dan pacaran dengan lelaki lain lebih menjijikan,

dari karya dan novel kita bisa lihat munafik dan tidak bermoral nya wanita, (authornya dan reader nya wanita) mereka membenarkan perselingkuhan mereka tapi suami salah sikit dia sudah merasa paling tersakiti
Fidelia Jika: umur 17 tahun dengan status di jodohkan orang tua bukan alasan untuk tidak menghormati dan bersikap seenaknya terhadap suami . murahan dan munafik boleh di ertikan sebab selengkuh dan bercinta dengan lelaki lain.
total 1 replies
me...
keren
Phiphiet Safitri
Luar biasa
RistaRia
duhh Thor tegang terus perasaan bacanya lama kelamaan bacanya bikin DT alias darting🤔🤔🤔🤭
RistaRia
hadeh sungguh suami istri yang sangat aneh🤦🤦
RistaRia
hadeh cukup menegang kan..hampir ajj ikutan emosi🤭😇
RistaRia
bikin gerah ajj sama si Astrid yang keras kepala ya 😠😠
RistaRia
ya ampun kalo emang udah sama2 suka kenapa di tahan si,,ungkapin ajj jangan gengsi gitu 😇😇🤭
RistaRia
ya ampun polos banget si, si Astrid 😂😂😂🤦
RistaRia
berdebat muluk hadeh😂😂😇
RistaRia
kalo gatel minta di garukin tu sama suaminya🤣🤣🤣
RistaRia
awal ceritanya menarik si.. gak tau deh seterusnya gmn..coba baca dulu LG ah thor
Hastia Tia
lanjutkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!