Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Ameera
Ameera duduk di tepi kolam renang bersama dengan Pak Rudi dan juga Rumi, mereka bicara secara tertutup bertiga membahas kelanjutan pernikahan keduanya. Ameera tertunduk, tidak ingin mengatkan apapun saat mendengar ucapan dari Rumi saat itu.
“Tumben sekali kamu memakai swater? Sakit?” Tanya Rumi pada Ameera.
“Kalau sakit, aku bisa antar ke rumah sakit, atau aku akan hubungi dokter pribadiku..” Kata Rumi, perhatian Rumi mengundang senyum bahagia Pak Rudi kala itu.
“Apa kalian sudah saling suka? Atau bahkan mungkin saling menyimpan rasa?” Tanya Pak Rudi menanti jawaban keduanya.
“Maaf, saya tidak ada perasaan apapun dan saya belum mempunyai sebuah rasa yang spesial terhadap Mas Rumi..” Kata meera dengan jujur.
“Sama, pah.. aku juga beluim mencitai dia.. tapi, aku akan belajar.." Kata Rumi membuat Ameera menatapnya penuh arti.
"Tapi, belum sempat memulai pelajran, Ameera ingin membatalkan pernikahan ini, saat ini aku tentu akan merasa malu dengan banyak orang.. aku gagal menikah, hemm apa itu bukan sebuah lelucon bagi mereka?” Tanya Rumi dengan nada kesal.
Pak Rudi menyimak, lalu berfikir mencerna ucapan Rumi..
“Tunggu, sejak kapan kamu memberi kabar pernikahan kamu ini pada teman-teman kamu? Kenapa kamu terkesan bukan Rumi yang papa kenal?” Tanya Pak Rudi sedikit curiga dengan sikap Rumi.
Kenapa papa bicara begitu sih.. - Batin Rumi Kesal sambil terdiam.
Hemm.. pak Rudi pun heran dengan sikap anaknya.. apalagi aku? Tentu merasakan ke anehan.
“Begini loh pah, sesuai dengan keinginan papa.. Rumi akan memperbaiki diri, jarang ke clube akhir-akhir ini tentu kawan Rumi bertanya, keapa jarang kumpul? Jelas Rumi jawab saja kalau Rumi ini akan segera menikah..” Ucap Rumi sedikit terbata-bata.
“Apa benar begitu?” Tanya Pak Rudi.
“Benar Pah.. maka itu Rumi ingin belajar jadi lebih baik, Rumi ingin menjadi sosok yang lebih baik lagi saat ini dan kedepannya, dan papa bisa menghabiskan masa tua papa dengan tenang di villa kita sesuai keinginan papa..” Ucap Rumi dengan sangat meyakinkan.
“Meera, kamu dengar nak? Rumi ingin sekali memperbaiki dirinya dan akan belajar, saya juga yakin kamu memang belum mencintai Rumi, tapi kamu harus belajar.. kalian kaan tinggal disini berdua, setiap hari akan bertemu dan itu bisa menjadi sebuah pupuk tumbuhnya cinta di antara kalian.. “ pak Rudi berbicara pada Ameera yang masih bingung harus memutuskan apa.
“betul Ameera.. pertimbangkan lagi ucapanku tadi..” Ucap Rumi kembali meyakini Ameera.
Ameera terdiam.. Berfikir.
Apa dia bisa menerimaku jika dia tau keadaanku yang sudah tidak gadis lagi..? ini sangat membingungkan sekali..ini benar – benar bencana besar dalam hidupku.. – Batin Ameera tertunduk bingung.
“Ameera, apa yang menjadi beban bagimu? Apa yang membuatmu tiba-tiba membatalkan pernikahan ini? Apapun yang ada pada dirimu, keadaanmu akan aku terima sepenuhnya, Ameera..” Ucap Ameera semakin menambah Ameera terkejut keget dengan apa yang di ucapkan oleh Rumi.
“Tapi.. semua terserah pada Ameera dan papa.. Aku sudah pasrah saat ini, dan aku tidak ingin kembali memaksa Ameera..” UCap Rumi ikut tertunduk.
“Bagaimana Ameera?” Tanya Pak Rudi.
“Hemm.. aku pikir ini akan menjadi hal yang cukup berat yang harus aku pikirkan dengan sangat matang, maka itu.. hmm… bolehkah aku sekarang berfikir lebih dulu?” Tanya Ameera.
“sampai kapan Meera? Waktu pernikahan kalian tiga hari lagi.. meski hanya akn kita selenggarakan secara sedernaha sekali tapi saya sudah mengundang adik saya dan juga beberapa relasi penting..” Ucap Pak Rudi.
“Hemm.. Beri saya waktu sampai besok pagi.. saya memang benar-benar harus berfikir dulu, Pak… Mas..” Ucap Ameera sendu.
“Jangan kamu menerima aku karena kamu butuh tiga miliar, aku harap kamu bisa tulus menerima aku..” Ucapan Rumi semakin membuat Ameera merasa bingung dan aneh, entah Jin baik mana yang merasuk dalam diri Rumi.
“Iya.. tidak, mas..” Ucap Ameera.
“Baiklah, saya juga melihat kamu dalam keadaan yang kurang baik, wajahmu pucat dan matamu sangat merah juga sembab.. apa kamu habis menangis? apa kamu merasa tertekan dan beban dengan pernikahan ini?” Tanya Pak Rudi pada Ameera.
“Tidak Pak, saya hanya butuh waktu untuk berfikir, paling lambat mungkin besok siang saya akan menghubungi Bapak..” Ucap Ameera dengan penuh permohonan.
“Baiklah.. kamu mau pulang atau menginap disini bersama sahabatmu?” Tanya Pak Rudi.
“Saya mau pulang, Pak” Ucap Ameera.
“Baiklah supir akan mengantarmu, jaga kesehatanmu.. jujur saya sudah menyayangimu, menganggap kamu seperti anakku sendiri” Ucap Pak Rudi.
“Iya Pak, Terimakasih banyak..” Ucap Ameera dengan senyumnya.
Astaga.. manis juga senyumnya, denga dua lesung pipi yang tidak pernah aku lihat sebelumnya dari sosok Ameera.. – Batin Rumi melihat senyum indah Ameera.
“Mas aku pamit.. semoga apa yang kamu katakan bukan sekedar ucapan manis di depan orang tuamu, ya?” Ucap Ameera sedikit menohok.
Rumi tersenyum sambil menatap wajah Ameera penuh dengan tatapan yang tak biasa.
Malam itu Ameera tidur bersama dua sahabatnya, Keyla sangat menyayangkan karena Ameera tidak jujur dengan keadaanya saat ini, Ameera bukan tak ingin tapi ia tidak mampu mengatakan hal tersebut pada Pak Rudi kala itu.
“Gue takut, di tambah tidak ada kesempatan gue untuk bicara..Rumi juga terus-terusan mencoba meyakinkan gue, Key..” Ucap Ameera mencoba menjelaskan keadaan saat itu.
"Apa yang lo takutkan? lo gue ajak lapor polisi tapi lo juga gak mau.."
"Lapor polisi butuh bukti kan Iz? sementara gue bangun keadaan rumah udah sangat sepi, gue juga gak punya CCTV, komplek ini juga tidak ada keamanan seperti CCTV umum.. apa yang membuat kita kuat untu melaporkannya?" Ucap AMeera menahan tangisnya.
"Oke-oke baik.. sudah jangan menangis lagi, gue hanya terbawa emosi saja tadi" Ucap Faiz sambil mengusap bahu Ameera.
“Jadi, gue harus bagaimana?” Tanya Ameera semakin dirundung rasa cemas dan tenang hatinya.
“Rumi kan bilang, dia mau menerima lo apa adanya.. maka ya terima saja dia sebagai suami lo..” Simple Faiz menjawab.
“Terus, kalo malam pertama dia tau Ameera sudah tidak virgin? Apa itu ga jadi maslaah? Kan lo juga tau kalo laki-laki bisa merasakan pasti..” Kata Keyla pada Faiz.
“Enaka aja, mana gue tau, yang gue tau katanya enak..” Ucap Faiz dengan konyolnya.
“Meer? Enak ya?” Keyla melontarkan pertanyaan bodoh itu pada Ameera.
Faiz melempar bantal ke arah keyla kala itu.
“Sakit.. fisikku, dan batinku..” Ucap Ameera seketika membuat kedua sahabatnya terdiam.
"Sorry ya Meer, niat kita tadi cuma bercanda.. tidak ada maksud lain.." kata Faiz
"Tak apa, tidak masalah... "
*
*
*
Haii semua, Terimakasih Untuk Teman-teman yang sudah membaca dan memberikan komentar positif kalian yang membangun, Terimakasih juga like, favorite dan ratenya.
Ada pula yang memberikan koin atau gift berupa kopi dan mawar, Terimakasih.. berkah untuk kita semua..
Salam Cintaku
Mei 🥰
🤭🤭
mampir awak Thor