Awalnya Adeeva ingin mencari pacar yang tergolong dalam sebutan good boy agar ia bisa memiliki pasangan yang baik dan hidup dengan nyaman nantinya. Namun bagaimana jika takdir malah mempertemukannya dengan cowok yang jauh dari kata sempurna? Suka bolos. Jahil. Pakaian jauh dari kata rapi. Namun ia tak mengetahui sisi lain dari cowok itu. Karena ia adalah cewek keras kepala yang selalu berasumsi sendiri atas apa yang dilihatnya. Tapi bukankah segala sesuatu yang kita lihat belum tentu kebenarannya kan?
Arsenio Juvenal Candrakanta, cowok yang susah ditebak, sedikit nakal, dan tidak peka. Arsen dengan ketidaksempurnaannya menganggap status itu tidak penting. Karena baginya yang terpenting itu adalah rasa. Tapi...bukankah bagi cewek keduanya begitu penting?
'I'm not the perfect boy like your dreams. Here I am, someone who loves you in his way'
***
Ceritanya telah diremake di akun w*ttp*d @Biebalms_h
Penasaran dengan kisahnya? Yukk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RiniAngraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Happy Reading
.
.
.
"Lo kenapa sih? Tiba-tiba jadi pendiem begini?" Tanya Ken merangkul bahu Resya.
"Nothing."
"Akhir-akhir ini lo lebih sering keliatan bareng Fandi. Lagi pdkt ya?"
"Nein!"
"Kalau nggak. Ya terus kenapa? Lo sama Fandi mulu. Udah lupa kalau lo punya sahabat?"
"Gue lagi nyelidikin sesuatu sama Fandi!"
"Apa?" Tanya Ken kepo.
"Kepo!"
"Sya, lo kalau ada masalah cerita dong. Jangan kek Arsen deh!" Kesal Ken
"Iya ntar gue cerita. Udah ah gue mau ke kelas. Ngantuk! Mau tidur!" Resya melepaskan rangkulan Ken dan berjalan dengan cepat menuju kelasnya. Saking tergesanya, ia hampir menabrak seseorang jika saja ia tidak bisa menahan tubuhnya.
Tesya mendongak melihat siapa yang hampir ditabraknya. Jika dulu Resya akan histeris, maka tidak dengan sekarang. Ia hanya menatap datar Aldrian. Begitupun sebaliknya. Memang selalu seperti itu 'kan? Aldrian tidak menunjukkan keramahannya pada Resya. Apa lagi sejak kejadian di taman belakang waktu itu. Resya segera bergeser lalu melanjutkan langkahnya yang tertunda tadi.
***
Adeeva, Sevanya, dan Ken kini berada di dalam mobil menuju rumah sakit. Sedari tadi Adeeva hanya menopang dagu di kursi belakang. Sedangkan Ken malah asyik mengganggu Sevanya meskipun sedang menyetir. Seperti sekarang ini.
"Jangan main hp mulu!" Ucap Ken menarik hp Sevanya dari sang empunya.
"Ken! Balikin gak?! Gue tuh lagi bahas tugas!" Kesal Sevanya berusaha mengambil kembali hp-nya. Namun Ken dengan cerdiknya memasukkan hp Sevanya ke dalam saku celananya di sebelah kanan. Itu setelah ia melihat isi hp Sevanya.
"Bullshit! Ini lo malah asyik-asyikan balas pesan sama si Aco!"
"Gue nanya-nanya tugas yang gue gak ngerti ke Aco. Sini balikin hp gua!" Sevanya mengadahkan tangannya di depan tubuh Ken. Tapi Ken malah menepuk telapak tangan Sevanya.
"Toss!!" Ucap Ken.
"Nihh tosss!" Balas Sevanya menampol muka Ken membuat cowok itu mengaduh.
"Apaan sih. Gue lagi nyetir. Lo mau gue tabrakin ke pohon?"
"Abis lo gangguin gue mulu! Sini balikin hp gue. Masih ada yang perlu gue tanyain ke Aco!"
"Kenapa harus Aco coba?"
"Ya kan dia pinter gak kayak lo!"
"Enak aja. Gue ini anak Ipa 1. Pelajaran Ips mah kecil buat gue!" Ucap Ken dengan congkaknya.
"Idiihhhh. Sombong amat! Masuk Ipa 1 karena faktor keberuntungan aja bangga! Lo tuh cuman malu-maluin nama Ipa 1"
"Bodo amat yang penting gue Ipa 1."
"Serah!" Sevanya memalingkan mukanya mengarah ke jendela.
"Idihh ngambek. Yaudah deh nih gue balikin!" Ucap Ken mengembalikan hp Sevanya. Sevanya mengambil hp-nya dengan diam lalu melanjutkan kegiatannya tadi.
"Diem aja Va" Ken melihat Adeeva di kaca tengah mobil.
"Males ngomong!" Balas Adeeva jutek membuat Ken heran. Kenapa cewek hari ini jadi pendiem semua? Aneh!
"Va!" Panggil Sevanya menoleh ke belakang.
"Ya?" Sahut Adeeva membuka matanya yang tadinya terpejam.
"Preman yang gangguin lo kemarin ada dua?" Tanya Sevanya.
"Iya. Kenapa?" Tanya balik Adeeva.
"Ini ada berita kalau dua orang pria ditemukan tewas dengan mengenaskan di gedung lama itu. Nih coba lo liat." Sevanya memberikan hp-nya pada Adeeva.
"Mengenaskan bagaimana?" Tanya Ken heran.
"Mulutnya robek sampai ke telinga. Jari-jari tangannya kepotong. Terus matanya... duh gue mual lanjutinnya" ucap Sevanya bergidik ngeri.
"Apa mungkin yang ngelakuin itu, orang yang nolongin lo Va?" Ucap Ken pelan.
"Ya." Balas Adeeva tak kalah pelannya nyaris tak terdengar.
Setelahnya, hanya kesunyian yang ada di dalam mobil itu. Hingga mereka sampai di rumah sakit. Tepatnya ruang rawat Arsen.
"Jangan bilang dulu sama Arsen apa yang terjadi sama gue kemarin," ucap Adeeva setengah berbisik pada Ken dan Sevanya.
"Siang Bro!" Sapa Ken sembari menyimpan buah yang dibawanya.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Arsen.
"Ya mau jenguk lo lah. Ada ya orang sakit kurang ajar kayak lo. Untung temen!"balas Ken meninju pelan bahu Arsen.
"Canda gue. Sensi amat! Sayang masa Ken mukul bahu aku. Sakit," rengek Arsen menatap Adeeva.
"Kok gue jijik ya liat lo sok manja gitu!" Celutuk Sevanya.
"Sirik aja lo. Dasar para jomblo!"
Akhirnya terjadilah adu mulut antara mereka. Untunglah ruang rawat Arsen vvip jadi tidak mengganggu pasien lain karena suara mereka.
Tak terasa sudah beberapa jam mereka di situ. Ken dan Sevanya pun sudah pamit pulang. Kini hanya ada Arsen dan Adeeva.
"Kenapa sih liatin aku gitu amat?" Tanya Adeeva karena Arsen terus menatapnya hingga membuat ia risih.
"Emang gak boleh natap pacar sendiri?" Goda Arsen.
"Ya nggak. Tapi kan aku malu," rengek Adeeva menutup wajahnya dengan tangannya.
Arsen tertawa lalu membawa Adeeva ke dalam pelukannya. Tidak terlalu erat karena dadanya masih terasa sakit.
"Kamu lucu banget sih. Makin sayang aku sama kamu." Arsen mencium puncak kepala Adeeva sayang.
"Aku juga sayang sama kamu." Balas Adeeva melepaskan pelukannya.
"Aku mau ke kantin dulu beli minum. Gpp kan? Aku tinggal bentar?" Lanjut Adeeva.
"Iya gpp," balas Arsen dengan senyum manisnya.
Setelah dapat persetujuan Arsen, Adeeva segera keluar menuju kantin rumah sakit. Sesudah membeli minum, ia segera kembali ke ruang rawat Arsen. Saat di depan pintu, samar-samar ia mendengar suara perempuan yang terasa tidak asing di telinganya.
"... makanya kalau bawa motor jangan ugal-ugalan. Belum cukup 2 bulan kamu jatuh lagi. Kamu itu kerjanya cuman ngerepotin seperti ibu kamu yang sudah mati itu. Kamu harusnya belajar yang bener! Jangan jadi berandal! Gimana bisa kamu pimpin perusahaan mendiang ayah kamu kalau sifat kamu liar kek gini" Maki orang itu.
Arsen tak terdengar membalas. Hingga orang itu bersuara kembali.
"Pokoknya kamu harus cepat sembuh. Jangan ngeropotin lebih dari ini. Sudah tau tante itu orang yang sibuk. Malah harus ngurus kamu yang sakit. Sudahlah percuma ngomong orang yang tidak berguna seperti kamu. Tante pergi dulu!"
Adeeva segera bersembunyi saat mendengar langkah mendekat. Orang itu keluar dari ruang rawat Arsen hingga Adeeva bisa melihat wataknya. Adeeva tersentak.
"Bukankah itu tante Karina? Tantenya Arsen," batin Adeeva.
Adeeva segera memasuki ruang rawat Arsen saat tubuh Karina tidak terlihat. Didapatinya Arsen yang tengah memandang kosong ke depan tak menyadari Adeeva masuk.
"Arsen!" Panggil Adeeva memegang lengan Arsen hingga Arsen tersentak.
"Kamu gpp?" Tanya Adeeva pelan.
"Aku baik-baik aja. Kamu liat kan? Aku udah lebih baik dari kemarin," jawab Arsen.
"Kamu tau bukan itu yang aku maksud," cela Adeeva.
"Apa? Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang," elak Arsen.
"Kamu gak usah tutupin sama aku,"
"Jadi kamu denger?" Tanya Arsen lirih menundukkan kepalanya.
"Sebagian."
"Sekarang kamu tau kan? Kehidupan aku kayak gimana? Keluarga aku gimana. Kamu masih mau sama aku?" Tanya Arsen mendogakkan kepalanya menatap manik mata Adeeva.
"Sen! Kamu ngomong apa sih? Aku tentu mau sama kamu. Gak peduli bagaimanapun kehidupan kamu, keluarga kamu. Karena ketika aku nerima kamu jadi pacar aku, berarti aku juga harus nerima semua kelebihan dan kekurangan kamu," balas Adeeva memeluk kepala Arsen.
"Makasih. Aku beruntung memilikimu."
***
Setelah seminggu lebih Arsen dirawat, akhirnya hari ini ia diizinkan pulang oleh dokter. Kondisi Arsen memang sudah membaik. Hanya saja ia harus memakai tongkat untuk bantuan berjalan. Tulang kakinya memang ada yang retak sehingga tidak boleh dipaksakan berjalan dulu sebelum benar-benar sembuh.
Selama Arsen sakit banyak teman-temannya yang menjenguknya. Baik teman dari sekolah maupun dari luar sekolah. Arsen bersyukur akan itu. Setidaknya ada yang peduli padanya. Selain itu, ia tidak kesepian di siang hingha sore hari.
Kini Adeeva tengah membantu Arsen berjalan menuju lobi. Di sana sudah ada supir keluarga Arsen yang menunggu mereka.
Arsen memejamkan matanya saat sudah berada di dalam mobil. Tak ada keluarga yang menjemputnya. Keluarga dari Ayahnya tak ada yang peduli padanya. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Sedangkan keluarga dari Ibunya pada jauh tempat tinggalnya. Hanya Vina, kakak ibunya yang tinggal di Jakarta. Namun rumah mereka berjauhan.
Vina pernah mengajak Arsen untuk tinggal bersama. Namun Arsen menolaknya. Ia tidak ingin meninggalkan rumahnya yang penuh banyak kisah. Ya, semua memang hanya tinggal kisah. Tak ada lagi keluarga bahagia. Ayahnya lebih dulu meninggalkannya. Lalu sang Ibunda. Arsen hancur! Dulu, ia merasa paling beruntung memiliki keluarga bahagia nan harmonis. Arsen lupa, bahwa tidak ada yang kekal. Nyawa, kebahagian, kesedihan pasti akan berakhir.
"Tante Karina tau kalau hari ini kamu pulang?" Tanya Adeeva pelan.
"Entah."
"Terus kalau di rumah kamu sama siapa? Kalau tante kamu nggak tau dan gak datang gimana? Siapa yang ngerawat kamu kalau aku pulang" Ucap Adeeva khawatir.
"Kamu tenang aja. Ada Bibi," hibur Arsen.
"Emang gak ada keluarga kamu yang lain? Apa cuma tante Karina doang?"
"Ada kok. Tapi mereka semua sibuk. Gak ada waktu untuk hal sepele," balas Arsen tersenyum kecut.
"Minus tante Vina. Aku sengaja gak kasih tau. Aku udah terlalu ngerepotin dia," lanjut Arsen.
"Kalau gitu aku nginep aja di rumah kamu ya?" Tawar Adeeva.
"Gak usah. Palingan lusa aku udah sekolah. Kata dokter aku harus bed rest aja. Sudah tidak ada luka serius. Kamu juga harus istirahat yang cukup. Jangan pikirin kondisi aku terus. Pikirkan juga kondisi kamu."
"Yaudah iya. Tapi kalau ada apa-apa hubungin aku cepet."
"Iya sayang. Oh iya sabtu malam nanti kamu ada acara gak?" Tanya Arsen sambil mengelus lembut kepala Adeeva.
"Nggak ada kok," jawab Adeeva.
"Temenin aku ya."
"Kemana?"
"Kondangan."
"Pernikahan siapa?"
"Sepupu aku. Anaknya tante Vina. Mau kan?"
"Iya mau. Tapi kalau kondisi kamu udah bener-bener fit."
"Iya iya. Makasih ya."
"Apasih kamu. Dari kemarin-kemarin bilang makasih mulu."
Arsen tersenyum lalu membawa Adeeva ke dalam pelukannya. Sekali lagi, Arsen merasa beruntung memiliki Adeeva.
-TBC-
Halo gaes jangan lupa like ya.
Kalau ada yang kurang mohon maklumi.
Silahkan komen kalau ada saran atau kritikan.
See u next part.
Tapi thanks uda berbagi cerita. Here some cadeau 🎁. Take care🌹