NovelToon NovelToon
Deritamu Bukan Deritaku

Deritamu Bukan Deritaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saudara palsu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Osmanthus

Perjalanan hidup sebuah nyawa yang awalnya tidak diinginkan, tapi akhirnya ada yang merawatnya. Sayang, nyawa ini bahkan tidak berterimakasih, malah semakin menjadi-jadi. NPD biang kerok nya, tapi kelabilan jiwa juga mempengaruhinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Osmanthus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Porak-poranda

Bu Tere menghampiri Nita dan berusaha memeluknya, "Nita, sabar dulu nak. Ibu bisa jelaskan kepadamu nak."

"Tidak, aku tidak butuh sabar-sabar!!!! Apanya yang SABAR, aku dibuat malu di depan temanku karena berita itu. Coba kalau kalian jujur, aku kan tau harus bagaimana!!!!" bentak Nita lagi.

Sudah banyak kepala yang mengintip di sekeliling lingkungan mereka, tapi mereka tidak berani ikut campur, selain karena segan juga takut malah memancing emosi Nita.

Ya, semua tetangga tau Nita anak yang susah sekali dibilang, suka membentak dan kalau tidak suka maka dia akan langsung ngomong tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Dia tidak peduli apakah orang akan tersinggung, marah, tersakiti, kalau dia ngga suka ya ngomong saja. Itu prinsip Nita selama ini, kebanyakan temannya bermain hanya karena mereka takut sama Nita, mau melawan juga tidak berani.

"Nita, bukan ibu tidak mau bilang. Justru ibu menjaga perasaan kamu, makanya ibu rahasiakan. Toh, kamu sudah jadi anak kami, selama ini kan kami semua menyayangi mu" bu Tere meneteskan airmata.

"Halah, kalau kalian tidak mengambilku, aku kan bisa bersama ibuku, nda perlu juga aku menahan malu dibilang di luar sebagai anak angkat!!" Gerutu Nita sembari menghempaskan tangan bu Tere dan mendorong nya.

Semua yang mendengar hanya bisa geleng-geleng kepala. Bukannya berterima kasih karena telah dibesarkan oleh bu Tere dan pak Guntur, malah Nita menyalahkan mereka. Kalau tidak ada bu Tere dan pak Guntur, entah bagaimana nasib Nita.

...----------------...

Di sisi lain, Tiwi yang ceriwis bercerita kepada ibunya tentang kabar yang didengarnya dari nenek itu.

"Bu, apakah benar Nita bukan anak dari ayah dan ibunya?" tanya Tiwi begitu memasuki pintu rumah dan melihat ibunya sedang menggiling cabe di atas batu gilingan cabe.

"Ha? Tau dari mana kamu?" Ibu Tiwi kaget mendengarnya.

"Ada seorang nenek yang mengatakan kepada Nita ketika kami sedang berjalan menuju empang tadi bu. Kata nenek itu, Nita anaknya Ema, bukan anak ibunya" cerita Tiwi dengan cepat.

"Ibu juga kurang tahu nak. Tapi perasaan ibu sih mungkin bisa jadi benar." jawab ibu Tiwi sembari menggiling cabe yang sudah hampir selesai.

"Mending diam saja, jangan ikut campur urusan orang lain. Entah itu benar atau tidak, bukan urusan kita, apalagi Nita anak yang emosian kan? Bisa-bisa malah dia yang bertengkar denganmu." jelas ibu lagi.

"Ya bu, aku paham. Aku juga ngga berani bicara begitu di depan Nita" Tiwi menunduk mengingat perlakuan Nita kalau marah.

"Kamu juga kurangi bermain bersama Nita, anak ini temperamen nya kurang bagus. Nanti kamu malah ikut-ikutan."ibu nya Tiwi mengangkat hasil cabe yang sudah digiling tadi ke dapur.

...----------------...

Hal yang sama juga terjadi di rumah Regina dan Alin. Mereka berdua juga menanyakan hal yang sama kepada ibu mereka masing-masing. Tapi kedua ibu ini juga tidak mau memberitahukan kebenaran.

Mereka masih menjaga perasaan bu Tere dan keluarga nya. Mengingat mereka sudah berteman lama, ditambah lagi temperamen Nita yang meledak-ledak, sudah bisa dipastikan akan terjadi keributan besar di rumah bu Tere.

...----------------...

"Ibu tidak pernah mau memisahkan kamu dengan ibu kandungmu nak. Tapi karena ibu kandungmu mau melanjutkan sekolahnya dan dia tidak bisa menjagamu, makanya ibu yang mengambilmu nak." bu Tere menangis terisak-isak terduduk di teras rumah mereka.

Nita masih berdiri dengan berkacak pinggang di depan ibunya. Sungguh tidak ada lagi rasa hormat yang ditunjukkan di depan ibu yang membesarkan nya, menjaga dan merawatnya. Bahkan kasih sayang melimpah yang diterimanya juga seakan sirna.

"Banyak alasan. Gara-gara kalian aku jadi malu. Kalau kalian bilang dari dulu, kan aku juga bisa menjawab nenek tua bangka bau tanah itu!!!!" bentak Nita yang terdengar oleh tetangga.

Tetangga yang menguping di balik pintu rumah mereka masing-masing hanya bisa mengelus dada bahkan ada yang sampai terbatuk karena tersedak mendengar ucapan Nita.

"Anak SMP berani kurang ajar di depan orang tua nya. Ditambah bu Tere benar-benar menyayangi dengan setulus hati bahkan terkesan lebih memanjakan Tere." ucap tetangga di balik pintu.

"Air susu dibalas dengan air tuba. Makanya Nenek ku melarang kami mengambil anak atau mengadopsi anak. Takut kejadian begini lah." timpal tetangga di sebelah satunya.

"Nita, untuk apa dikasih tau ketika kamu masih anak-anak? Kamu juga tidak bakalan paham nak" ujar bu Tere masih mencoba menjelaskan kepada Nita berharap Nita akan berubah pola pikirnya.

"Aku pasti paham lah, memangnya aku bego? Sekarang juga aku mau bertemu dengan ibu kandungku!!!!" Teriak Nita lagi kepada bu Tere.

"Ema sudah tidak disini, nak." bu Tere masih mencoba menjawab dengan lembut sembari menyeka airmata nya yang terus turun. Dia tidak menyangka Nita akan sedemikian marah kepada dirinya hanya karena masalah adopsi ini.

"Kemana ibuku?" tanya Nita lagi dengan kesal.

"Ibu juga tidak tahu nak, yang ibu tahu ketika kamu masih kecil, Ema kabur ke kota lain dan sampai sekarang kami belum pernah mendapatkan berita apapun lagi tentang Ema. Bahkan orangtua Ema juga tidak tahu keberadaan Ema" jelas bu Tere panjang lebar sembari berusaha meraih pundak Nita untuk menyuruhnya duduk dan berbicara dengan tenang.

"Siapa kakek dan nenek ku?" bentak Nita lagi, tapi sekarang nada suaranya sudah mulai turun perlahan, tidak lagi sekeras sebelumnya, meskipun masih dengan nada kasar.

Nita lalu duduk di kursi di teras dan bu Tere duduk disamping Nita.

"Kamu tau kakek Simon dan nenek Dini? Merekalah kakek dan nenek kandungmu. Orangtua dari Ema ibumu." bu Tere menuangkan air putih hangat dan memberikan kepada Nita untuk diminum

Bu Tere sendiri juga meneguk segelas air untuk melancarkan bicara nya, sebenarnya dia sudah lama mengantisipasi hal ini. Hanya saja bu Tere tidak membayangkan bahwa akan ada orang yang memberitahukan masalah ini kepada Nita disaat Nita masih SMP.

"Hah? Jadi yang kakek dan nenek itu adalah kakek dan nenek kandungku? Tapi mereka bahkan tidak pernah memberikan aku apapun, mereka kan tahu aku cucunya." kesal Nita menghentakkan kakinya di tanah.

"Ya, kakek dan nenek mu itu memang bukan orang berduit nak. Apalagi tabungan mereka habis digunakan untuk mencari Ema yang tidak kunjung pulang ke rumah." bela bu Tere lagi

"Kan kakek Simon itu jualan, pasti adalah untungnya. Ciiih, bukannya peduli dengan aku cucunya, malah dia pura-pura jadi orang yang tidak kenal dekat. Sekedar menyapa aku juga bisa kok. " Nita mendekap tangganya di dada dan menghentakkan kakinya.

1
gaby
Badai besar apakah itu??? Apakah konfliknya berat ka??? Karena bny kejadian perselingkuhan ayah tiri & anak perempuannya. Atau anak tiri di perkosa ayah tirinya.
gaby
Aq baru gabung ka, kayanya sih bagus. Mudah2an selalu bagus sampe ending. Upnya yg rajin ka & yg paling penting jgn hiatus d tengah jalan. Mau rating atau jumlah like ga memenuhi ekspektasi, yg namanya sudah memulai, maka harus di akhiri pula. Jgn putus d tengah jalan, ksian kami para reader setia yg kecewa
OSM: Terimakasih. Akan diusahakan tetap jalan terus karyanya. karena saya sendiri suka membaca juga.
total 1 replies
Renji Abarai
Ceritanya seru banget sampai aku lembur nge-baca, hehehe. 👍
OSM: Terimakasih kak🙏🏻😊
total 1 replies
Shoot2Kill
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
OSM: Terimakasih atas komennya yang pertama. Baru kali ini saya coba2 buat novel
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!