Viki Ricardo, anak angkat Davin Ricardo yang menikah dengan Sakira Amanda. Perjalanan hidup yang cukup rumit hingga memiliki anak bernama Arsila Putri Ricardo.
Setelah hidup bahagia, ternyata di saat Viki tumbuh besar, ia menyadari jika hidupnya di tugaskan untuk melindungi sang adik, yaitu Arsila putri Ricardo, wanita yang sangat ia cintai dan sayangi.
Sejak kecil sudah bersama dan saling menyayangi Arsi merasa menjadi orang paling bahagia, hingga suatu saat Viki berubah dan mulai menjauhinya dan terlihat membencinya.
Apakah mereka akan bersatu?? bagaimana kisahnya, silakan ikutan dari episode pertama yah😘😘. Jangan lupa baca kisah Davin dan Sakira dulu. Because Baby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceritaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Kedatangan wanita itu
"Ihhh kok loe bawa gue sih kak!! " protes Arsi tak terima dibawa begitu saja oleh Viki.
"Viki Ricardo!!! " panggil Arsi lebih keras, sejak tadi ia terus memberontak, namun Viki tak merespon sama sekali. Viki terus fokus mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.
"Loe tuli!! " bentak Arsi kesal.
"Oke fine, gue lompat dari mobil" ancam Arsi sembari membalikkan tubuhnya hendak membuka pintu. Namun, belum sempat di buka, Viki menginjak pedal gas lebih kuat, sehingga Arsi terlonjak ke belakang.
"Ahhh!!! Loe mau bunuh gue!!!! " teriak Arsi ketakutan sembari menutup matanya tak kuasa melihat ke luar jalan.
"Turun! " titah Viki.
Arsi perlahan membuka matanya, Melirik kiri kanan memastikan mobil benar-benar sudah berhenti.
"Ini beneran udah sampe? " tanya Arsi bicara sendiri karena Viki sudah turun duluan. Lalu berjalan cepat mengitari mobil dan membuka pintu untuk Arsi. Tatapan dingin dapat di rasakan oleh Arsi, di tambah lagi jantung Arsi masih belum normal sekarang.
"Mau turun sendiri atau gue gendong lagi? " tanya Viki dingin.
"Huh? " sahut Arsi masih belum sadar.
"Ehh iya iya gue turun sendiriiiii" pekik Arsi ketika Viki bergerak ingin menggendong nya karena tak kunjung turun dari mobil.
"Ehhh!! " pekik Arsi kaget karena Viki sudah menarik pergelangan tangannya memasuki lift.
Jantung Arsi semakin tak beraturan, ia sedang menebak apa yang membuat kakaknya seperti ini. Padahal Arsi tak melakukan kesalahan apapun.
Viki tak berkata sekata pun, di dalam lift yang hanya di huni oleh mereka berdua saja terasa begitu mencekam.
Sesekali Arsi melirik Viki dengan ekor matanya. Tak ada ekspresi selain tatapan datar yang di tunjukan oleh Viki.
"Ehh" pekik Arsi lagi ketika pintu lift terbuka dan Viki langsung menyeretnya hingga masuk ke dalam apartemen nya.
"Duduk! " titah Viki.
Arsi tak melawan, ia menurut apa yang di perintahkan oleh Viki meskipun bibirnya manyun.
"Kenapa sih! gue tuh ada janji sama Meri" sungut Arsi mengusap pergelangan tangannya yang terasa perih bekas tarikan Viki tadi. Mata Viki juga melirik ke sana, jauh di lubuk hatinya juga menyesal melakukan hal itu.
"Kenapa hindarin gue? " tanya Viki to the poin.
"Apaan, gue gak hindarin loe" elak Arsi.
Viki menggeram, ia tak suka mendengar gaya bahasa Arsi kembali menggunakan loe gue dengan nya.
"Ngomong tu yang benar! " tegur Viki.
"Iya Pak" jawab Arsi sengaja memanggilnya dengan panggilan Pak.
"Gue belum tua! " protes Viki.
"Lah kenapa? kan bener.. Bapak dosen saya" jawab Arsi semakin membuat Viki menggeram menahan emosi.
"Jawab pertanyaan gue! " titah Viki lagi.
"Lah yang mana? " tanya Arsi pura-pura tidak tahu, padahal ia sangat paham maksud dari kakaknya. Tidak mungkin Arsi mengatakan jika ia menghindari Viki karena Viki tidak memberitahu nya soal calon istri nya.
"Bisa gak sih loe itu gak bercanda! " bentak Viki tak tahan lagi.
"Gue gak ngerti apa maksud loe! " balas Arsi yang tak suka di bentK oleh Viki. Arsi merasa Viki kembali seperti dulu, berkata kasar dan sering membentak nya jika emosi.
"Gue nanya kenapa loe hindarin gue! sikap loe berubah tiba-tiba? " ulang Viki dengan nada dingin dan penuh penekanan.
"Karen-_" ucapan Arsi terhenti karena dering ponsel Viki yang berdering begitu keras. Matanya melirik ke layar ponsel Viki yang terlihat foto seorang wanita yang pasti itu bukan dirinya.
"Bentar! " ucap Viki mengangkat panggilan dari seseorang.
"Hallo" sapa Viki dengan suara senormal mungkin.
"... "
"Baiklah" jawab Viki lagi. Arsi tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena Viki sedikit menjauh dari Arsi.
Dapat di tebak oleh Arsi jika itu adalah calon istri yang Bayu dan kakaknya bicarakan. Sungguh tega mama dan papanya tidak memberitahu tentang hal ini.
Arsi kembali bersikap acuh ketika Viki kembali mendekat padanya.
"Tunggu di sini" perintah Viki, lalu ia berjalan menuju pintu masuk.
Tak mengindahkan perintah kakaknya, Arsi malah mengikuti Viki menuju pintu. Mata nya sedikit melotot ketika melihat seorang wanita berdiri di depan pintu apartemen mereka.
"Jadi ini wanita itu" batin Arsi, matanya meneliti dari bawah hingga kepala gadis itu dengan seksama.
"Masih cantikan gue" cibir Arsi dalam hati, matanya menatap sinis ke arah wanita yang mungkin sebaya dengan Viki.
"Hi" sapa wanita itu tersenyum manis pada Viki.
Arsi menatap nya sinis, ia benar-benar tak suka pada wanita itu karena gadis itu menatapnya dengan tatapan yang berbeda. Arsi dapat membaca bahwa gadis ini memiliki muka dua.
"Gue pergi dulu" pamit Arsi melenggang begitu saja tanpa sempat Viki melarangnya.
"Iss gadis itu" gumam Viki menggeram.
"Kenapa? " tanya Nisa lembut.
"Bukan apa apa, silakan masuk" ucap Viki mempersilahkan Nisa masuk ke dalam apartemen nya.
Nisa adalah teman Viki di Paris, mereka berasal dari negara yang sama, namun bertemu di negara orang. Viki mengenal Nisa karena sebuah insiden yang cukup membahayakan keselamatan Nisa dan Viki lah yang menyelamatkan Nisa, hingga sekarang mereka menjadi teman baik.
Di sisi lain Arsi terus terusan mengata-ngatai Viki dengan segala umpatan. Kekesalan nya semakin memuncak ketika ia menyadari bahwa kakanya tidak mengejarnya, bahkan tidak menahannya tadi.
"Dasar brengsek, gak punya hati!! " umpat Arsi, Seola kesal pada kekasihnya yang sedang selingkuh. Hatinya begitu panas ketika melihat dan mengetahui kenyataan jika kakaknya sudah memiliki kekasih.
setelah tiba di luar apartemen, Arsi langsung memesan taxi online, lalu menghubungi Meri memastikan dimana posisi gadis itu.
"Hallo! " ucap Arsi ketus ketika panggilan nya terhubung dengan Meri.
"Ada apa? " balas Meri dari seberang sana.
"Dimana? " tanya Arsi to the poin.
"Di rumah" jawab Meri.
"Gue kesana! " ucap Arsi singkat laku memutuskan panggilan nya secara sepihak.
"Ihh ni anak seenaknya banget, belum juga gue sempat jawab dah main matiin aja" dengus Meri kesal menatap ponselnya Seola sedang menatap Arsi.
Tak berapa lama, Arsi pun sampai di rumah Meri. Sudah seperti rumah sendiri, Arsi langsung menyelonong masuk kedalam rumah Meri.
"Eh non Arsi" sapa bi cici melihat Arsi yang baru saja masuk ke dalam rumah.
"Iya bi, Meri nya di mana? " tanya Arsi tanpa basa basi.
"Di kamar non" jawab bi cici.
"Oke, makasih yah bi" jawab Arsi, meskipun ketus namun tetap memperagakan kesopanan terhadap pembantu rumah tangga. Bi cici pun sudah maklum dengan ucapan Arsi yang begitu ketus, ia berpikir jika itu memang gaya Arsi Arsi berbicara, namun tetap sopan.
Brak!!!
Arsi membuka pintu kamar Meri dengan hempasan kuat, membuat si empunya kamar kaget di atas ranjangnya. Meri yang berawal berbaring, mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk.
"Ihh Arsiiiii pelan pelan dong, nanti pintu gue rusak gimana??? " dengus Meri, namun tak di hiraukan oleh Arsi. Gadis itu kembali menutup pintu kamar Meri dengan hempasan yang sama. Kemudian Arsi langsung menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang empuk Meri.
"Loe kenapa? urusan sama dosen tu gimana? " tanya Meri, namun tak di respon oleh Arsi, gadis itu malah memilih menutup mata menenangkan pikiran dan hatinya.
...T E R I M A K A S I H...
Tapi Viki gak tau kan kalo ortu mereka menjodohkan mereka berdua..😅😅