Ikuti aturan. Dibawah 21 jangan baca.
Zhen Xi, salah satu putri kembar Dewi Angin yang hilang di langit ke enam itu harus bertahan hidup setelah kabur dari rumah orang tua angkatnya. Setelah bertahun-tahun menahan penderitaan seorang anak yang ditirikan oleh ibu angkatnya, akhirnya ia bisa keluar dari rumah itu. Yap tepatnya setelah ia membuat masalah dengan Pangeran Petinggi Hujan Wen Hua hingga toko pedang ayah dan ibunya itu menjadi sepi mendadak.
Dari situlah perjalanannya dimulai. Ia akan hidup dengan kekuatannya sendiri dengan sedikit bantuan dari pemuda-pemuda tampan berkedudukan tinggi yang tertarik padanya, bahkan melindunginya dari belakang maupun secara diam-diam.
Siapa yang akan memenangkan pertandingan cinta ini pada akhirnya? Bagaimana nasib putri hebat yang hilang ini?
Setelah berhasil mendapatkan salah satu diantaranya pun, masalah cinta masih belum lelah mengujinya. Mengembalikannya ke posisi bangsawan yang hidup di istana justru menambah masalahnya.
Kare
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon souzouzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benar-benar Cinta Segitiga Yang Utuh
Tok tok tok.
"Masuk..." seru Zhen Xi dengan suara serak khas bangun tidurnya.
Ming Wei tersenyum sambil menekan gagang pintu itu ke bawah. "Apa tidurmu nyenyak?"
Zhen Xi segera merapikan rambutnya, lalu berusaha duduk dengan mata lengket yang belum bisa terbuka dengan sempurna.
"Hoaam..." Zhen Xi merenggangkan tubuhnya kuat-kuat.
"Sebenarnya aku tidak bisa tidur karena ini adalah lingkungan baru. Tapi hawanya sangat sejuk di kota ini, jadi setelah aku tertidur, tanpa terasa jadi pulas sekali..." ujar Zhen Xi dengan suara berat.
Ming Wei terkekeh. "Tentu saja sejuk. Kota ini dekat pegunungan, bahkan sudah daerah dataran tinggi."
"Benarkah..." lengguh Zhen Xi dengan mata tertutup.
Ming Wei malah mendesis tertawa mendengar suara mengantuk Zhen Xi. "Nona Zhen Xi, ini sudah siang. Segeralah mandi dan ikut aku berbelanja di pasar."
Mata Zhen Xi sontak membuka lebar. "Sudah siang?" gumamnya.
"Sudah siang ya?! Maaf!!" Tubuh Zhen Xi yang semula jatuh lunglai itu langsung tegap, ia melompat keluar dari kasurnya dan bergegas ke kamar mandi.
"Tunggu dulu!"
Zhen Xi menoleh heran. "Hm??"
"I-ini. Sementara setelah mandi kau pakai baju ini." Ming Wei memberikan wadah kotak yang terbuat dari kain kulit, di dalamnya terpampang sepotong pakaian yang telah dilipat rapi.
"Pakaian siapa ini?" Zhen Xi menatap Ming Wei meminta jawaban.
Ming Wei tersenyum kecut. "Sebenarnya dulu, aku punya teman perempuan di Desa Hujan. Sudah lama aku menyiapkan hadiah ini untuknya. Tapi tiba-tiba aku pergi meninggalkan desa dan pergi kemari untuk menjadi orang yang lebih hebat."
"Oh ya? Lalu Asisten Ketua sudah berhasil bertemu dengannya lagi?" tanya Zhen Xi.
"Aku belum berpamitan waktu itu. Aku rasa sekarang dia sudah tidak mengenaliku. Jadi aku tidak jadi menyapanya." Ming Wei terkekeh bodoh.
"Tidak mengenali? Bagaimana bisa..." Zhen Xi ikut memasang wajah cemas.
"Sudahlah. Yang penting sekarang kau pakai ini ya." Ming Wei tersenyum dan menjawab Zhen Xi dengan lembut lagi, lalu meletakkan pakaian itu di atas telapak tangan Zhen Xi.
Apa ini. Kenapa aku merasa kecewa. Terlihat jelas bahwa Zhen Xi sedang merasa agak sedih.
"Kau kenapa?" Raut Ming Wei berubah khawatir.
Dalam hitungan detik, ekspresi Zhen Xi berubah sumringah lagi. "Tidak apa-apa. Eh tapi siapa nama perempuan itu? Siapa tau aku mengenalnya."
"Rahasia..." kekeh Ming Wei, berpura-pura menggodai agar Zhen Xi merasa kesal.
"Ahh Tuan tidak menganggapku sebagai teman yaa? Apa dia cantik? Apa Tuan mencintainya??" tanya Zhen Xi bertubi-tubi dengan nada tidak serius seakan sedang menggoda balik.
Ming Wei tampak berfikir. "Hmmm... Ya dia cantik. Aku sangat mencintainya. Tapi dia tidak mencintaiku. Wah aku jadi menjawab pertanyaanmu sekarang. Apa kau puas dengan jawabanku?"
Zhen Xi memutar bola matanya ke samping, ia mengangguk paham. "Ahh begitu... cinta bertepuk sebelah tangan. Aku mengerti. Tuan yakin aku bisa pakai pakaian ini?"
"Iya, pakailah." jawab Ming Wei dengan cepat.
"Sudah cepat... hari ini kita harus banyak berbelanja. Oh ya, jika sudah berhasil mendaftar di Akademi Dao, kau mau tinggal di asrama mereka atau tetap di rumah sewa ini?"
"..." Zhen Xi malah melamun sendiri sambil memegangi kotak berisi pakaian cantik itu.
"Zhen Xi, kau dengar aku?"
Zhen Xi terbuyar dari pikirannya, sepertinya ia masih memikirkan soal wanita yang disukai oleh Ming Wei. "Oh. Emm iya. Kau bicara apa?"
"Aku bilang... jika sudah berhasil mendaftar di Akademi Dao, kau mau tinggal di asrama mereka atau tetap di rumah sewa ini?" Ming Wei memanjangkan nadanya seakan kesal harus mengulangi pertanyaannya.
"Apa tidak boleh tetap di rumah sewa ini? Aku tidak nyaman kalau harus tinggal di dekat banyak laki-laki." Zhen Xi bergidik ngeri.
"Itu tergantung ketetapan akademinya. Tapi aku akan berusaha membantumu tetap tinggal disini." yakin Ming Wei.
"Ah baiklah. Aku mandi dulu ya." ucapan dan ekspresi Zhen Xi pada Ming Wei barusan benar-benar berbeda. Ia jadi terdengar sopan dan sedikit menjaga jarak.
Ming Wei tersenyum kecil sambil mengangguk menyiyakan. Lalu ia menghela nafas sambil memutar badannya ke arah jendela kamar itu dengan wajah sedih.
Flashback Pov's~
Ming Wei tersenyum sembari menyentuh dress tradisional berwarna kuning terang yang tergantung di pasar.
"Ibu selalu suka warna kuning." Seketika matanya berbinar memandangi ujung kain yang ia pegang itu.
"Berapa harganya, Pak?"
"60 koin perunggu Tuan." jawab pedagang laki-laki di balik rak pakaian itu.
"Apa? Mahal sekali... 50 koin saja bagaimana?" tawar Ming Wei.
"Jangan Tuan, saya bisa rugi. Ini desainnya sangat manis, saya juga beli dengan harga mahal dari pembuatnya " tolak pedagang laki-laki.
"Astaga bagus sekali warnanya... desainnya juga sangat cantik. Berapa ini Pak?" Seorang gadis lainnya menyahut ujung rok pakaian yang Ming Wei pegang.
"Harganya-" Sebelum pedagang itu menyahut, Ming Wei segera mengeluarkan sekantong uang berisi 60 koin perunggu dan menyerahkannya ke tangan pedagang itu.
"Ini. Aku ambil ini." ucap Ming Wei cepat.
Gadis yang tadinya terlihat bahagia melihat pakaian indah itu langsung menatap tak suka Ming Wei.
Ming Wei tersenyum tak berdosa seakan menjawab tatapan menyebalkan itu.
Melihat wajah tampan nan muda itu, raut kesal gadis itu berubah polos sok heran.
Flashback Slip Time Pov's~
Ming Wei tersenyum lebar melihat punggung ibunya dari balik pintu kamar.
"Ibu, hari ini aku pulang sebentar untuk menjengukmu. Maaf kalau Ming Wei tidak berpamitan waktu itu, ibu sudah dengar beritanya kan kalau Ming Wei berhasil mendapat promosi menjadi pegawai bangsawan langit ke tujuh? Ibu pasti bangga, ibu tidak akan marah... Ming Wei tahu itu." ujar Ming Wei panjang lebar sambil sibuk mengeluarkan barang belanjaannya dari tas persegi miliknya.
Tapi ibunya itu tidak segera menyahut.
"Ibu?" panggil Ming Wei lagi.
Perempuan itu segera membalik badannya. "Lho Bibi Bo Xi kok disini?" heran Ming Wei.
Bibi Bo Xi segera datang menghampiri Ming Wei sambil menyentuh kedua tangannya. "Kau kemana saja Nak... Bibi sampai harus repot kemari untuk merawat ibu tirimu. Kau pergi tanpa berpamitan seperti itu..."
"Ibu sudah ditinggal ayah berselingkuh karena tidak bisa menghasilkan keturunan sejak lama. Sekarang anak angkatnya malah meninggalkannya tanpa pamit." Sela-sela alis Bibi Bo Xi mengerut tanda agak marah dengan tindakan Ming Wei yang sembarangan.
"Dimana ibu?" Hanya itu jawaban Ming Wei.
Bibi Bo Xi tampak berat untuk menjawabnya.
"Bibi, tolong katakan!!" Ming Wei mengguncang lengan Bibi Bo Xi.
"Jangan tanya padaku! Dia sudah tidak waras, dia berjalan-jalan mengelilingi desa setiap hari, dan pulang larut sekali. Itupun kami harus mencarinya dan menyeretnya untuk pulang. Dia tidak akan mengenalimu..." tutur Bibi Bo Xi.
"Bibi bercanda kan??"
"Apa Bibi terlihat sedang bercanda Ming Wei??"
😎😎😎