Charlotte Hasana, wanita cantik dengan tubuh perawakan mungil, ramping dan cantik. Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita yang begitu materialistis. Ibu Tiri Charlotte berencana menikahkan dirinya kepada laki-laki tua kaya raya namun seorang Gay. Charlotte menentang keras keinginan Ibu tirinya. Karena itu, Charlotte berencana kabur dengan dandanan berbeda dari biasanya. Dia memoles wajahnya begitu jelek.
Namun ketika dirinya kabur, dia bertemu dengan laki-laki yang mengancam hidupnya. Hingga karena suatu alasan, Charlotte terpaksa melakukan hubungan satu malam dengan laki-laki itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
“Ja-jangan diminum!”
Xavier tak mendengarkan dan tetap meminum kopi itu. Tampilannya memang tidak sebagus buatan Chef rumahnya, namun Xavier penasaran dengan rasa minuman buatan Charlotte. Charlotte dan Dean panas dingin dengan wajah berkeringat menunggu reaksi Xavier.
Lima menit berlalu, Xavier masih bergeming dengan cangkir didepan mulutnya. Tiba-tiba dia menoleh pada Charlotte dan meletakkan kopi itu dimeja.
“Belajarlah memasak lebih baik lagi. Dean, kita berangkat sekarang.”
Xavier bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Charlotte mematung menatap miris makanan dan minuman di meja dengan pandangan hampa. Tidak mudah membuat semua makanan seperti itu. Dan yang dilakukannnya hanya menghancurkan semuanya. Mungkin kali ini Xavier akan lebih merendahkan harga dirinya.
“Besok, buatkan lagi kopi seperti itu untukku.” Ujar Xavier yang ternyata belum pergi dari sana. Charlotte melongo menatapnya dengan mulut menganga.
Setelah memberikan permintaan itu, Xavier benar-benar pergi bersama kedua orang lainnya. Mendengar ucapan Xavier yang memintanya membuatkan kopi lagi, Charlotte langsung meraih cangkir kopi yang diminum laki-laki itu tadi dan mencobanya.
“Enak.” Mata Charlotte berbinar merasa senang, tak menyangka kopi buatannya seenak itu. Tentu saja Xavier menyukainya. Sepertinya, dirinya punya satu kelebihan membuat minuman sekarang. Secangkir kopi spesial ala Charlotte. Ckck.
^^
“Tuan?”
“Ya?”
“Apa Kopi buatan Nona Muda memang enak? Saya melihat Tuan begitu menikmatinya.”
“Ya.”
“Baguslah kalau begitu. Saya senang jika Nona Muda bisa membuat sesuatu yang menyenangkan Tuan. Ah iya, saya hampir lupa ingin memberitahu Anda sesuatu.” Dean mengeluarkan secarik kertas didalam tas kerja dan memberikannya pada Xavier.
“Apa ini?”
“Ini tempat dimana topi wanita itu dibeli. Saya mencocokkan gambar di CCTV Motel dan modelnya, semua cocok. Beruntungnya lagi, topi itu dibuat khusus dan hanya dimiliki satu orang. Lebih pastinya, kita harus ke toko itu untuk mencari tahu siapa pemiliknya.”
“Hm. Tunggu apa lagi, kita kesana sekarang.”
“Baik Tuan.”
“Ah ya, Beritahu William, jika Charlotte menolak pengawalannya, suruh William menghubungiku.” Titah Xavier.
“Baik Tuan. Saya akan segera memberitahunya.”
^
Charlotte keluar dari Mansion dengan membawa buku-buku kuliahnya di kedua tangannya. Charlotte menuju gerbang depan berniat mencari taksi. Sejak kejadian kemarin, dirinya bertekad tidak mau lagi memakai fasilitas antar jemput yang diberikan Xavier kepadanya. Dia tidak ingin menggantungkan diri pada laki-laki jahat seperti Xavier.
“Nona Muda.”
Dari arah belakang, seseorang tampak berlari seraya memanggil namanya. William, laki-laki itu mendekati Charlotte dan berdiri didepannya seraya menunduk hormat.
“Kau, bukankah tadi yang bersama Xavier?”
“Iya Nona, nama saya William. Saya pengawal pribadi Nona Muda sekarang.”
“Apa?! Yang benar saja! Apa dia yang menyuruhmu hah?”
“Tuan Muda hanya ingin memastikan keselamatan Nona. Sekarang saya akan mengantar Nona ke kampus. Silahkan ikut saya Nona.”
Charlotte memundurkan kakinya, “Tidak mau. Aku bisa pergi sendiri.”
Charlotte berbalik dan meninggalkan William begitu saja. William tak patah arang, dia kembali mengikuti Charlotte dari belakang, membuat wanita itu menoleh dengan sebal kepadanya.
“Kenapa ngikutin sih! Sudah pergi sana!”
“Maaf Nona, saya harus mengikuti kemana Nona pergi. Itu sudah menjadi tugas saya.” Jawab William formal. Tubuhnya yang tinggi mengharuskan Charlotte mendongak hingga lehernya pegal.
“Terserah kau saja, tapi aku akan naik taksi didepan, dan kau tidak akan kuijinkan ikut. Jadi lebih baik kau disini dan katakana pada Tuanmu itu jika aku baik-baik saja. Oke.”
“Tidak bisa Nona. Saya harus pergi kemanapun Nona pergi. Jika diperlukan, saya akan satu taksi dengan Nona. Mengingat Nona berusaha melarikan diri kemarin, saya diminta lebih ektra mengawasi Nona.” Ucap William dengan tegas.
“Kemanapun pergi? Yakin?”
“Ya Nona.”
“Kalau aku sedang di kelas? Gimana?”
“Saya akan menunggu didepan kelas Nona.”
Charlotte diam, kemudian kembali bertanya. “Kalau makan dikantin?”
“Saya akan menunggu didepan Kantin.”
“Astaga, bagaimana kalau aku di toilet? Kau juga akan berjaga didepan pintu toilet hah?!!”
“Tentu itu pengecualian Nona.”
Charlotte mendengus kesal. Dia memijat peningnya yang terasa pusing. Pengawal Xavier satu ini sepertinya lebih merepotkan dibanding yang kemarin. Charlotte bingung, bagaimana cara untuk bisa melepaskan diri dari pengawal satu ini.
Charlotte melihat jam tangannya. Sudah waktunya dirinya pergi kekampus. Jika berdebat disini, dirinya akan terlambat pergi ke kampus. Mencari taksi pun sepertinya akan membutuhkan waktu lama.
“Aku mau berangkat sekarang. Apa kau bisa mengantarku?”
“Sudah ada mobil yang disiapkan untuk Nona sejak tadi. Saya akan membawanya kesini. Mohon tunggu disini Nona.”
“Ya, ya. Cepatlah.” Charlotte tak punya pilihan lain selain menerima pemberian Xavier. Dia sudah terlambat sekarang.
^^
Tak terasa waktu berlalu cepat. Charlotte baru saja menyelesaikan pelajaran kuliahnya. Dirinya berniat pulang. Saat keluar kelas, wajahnya yang senang karena jam kuliah selesai kini berubah masam ketika melihat William berdiri didepan kelasnya dengan dikerubungi wanita-wanita centil. Ah, benar juga, pengawal Xavier ini termasuk kategori pria sempurna. Lihat saja tubuhnya, tinggi, bertubuh kekar dan atletis. Wajahnya juga, tampan kayak oppa-oppa korea. Wajar saja banyak wanita dikampus yang terpesona dengan dirinya. Xavier benar-benar payah dalam mencari pengawal, kalau begini jadinya, repot juga untuk William. Bukannya mengawasi dirinya agar tidak kabur, justru dirinya sendirilah yang harus berusaha melepaskan diri dari para wanita-wanita itu. Ckckck.
“Hei kalian, kampungan sekali sih. Liat cowok begini aja udah senengnya kebangetan. Kalian disini belajar apa nyari cowok hah?!”
Charlotte maju dengan berkacak pinggang. Menatap kesal pada mereka semua. Para wanita itu merasa terganggu dan berbisik menjelekkan Charlotte dengan teman sampingnya. Charlotte tak terpengaruh. Dia sudah biasa mendapat ejekan orang lain. Bahkan sampai mendapatkan Bodyshamming.
Mereka semua akhirnya pergi meninggalkan Charlotte dan William.
“Terima kasih Nona.”
“Ckck, Jika kau terus disini, mereka pasti akan mengganggumu lagi. Sudah kukatakan untuk berjaga didepan saja kan.”
“Keselamtan Nona lebih penting dari hal sepele seperti tadi.”
“Sepele? Ckck, kau saja sampai susah bergerak begitu. Atau, jangan-jangan kau menikmati dikelilingi wanita cantik-cantik ya? Iya kan? Ngaku deh.” Goda Charlotte seraya menaik turunkan alisnya. Senyum usil terukir diwajahnya.
“Tidak Nona.”
“Ngaku aja. Gak papa kok.”
“Tidak Nona.”
“Boong. Udah kepergok gak mau ngaku lagi.”
“Nona salah paham.”
“Oh astaga, masih saja mengelak.” Charlotte terkikik geli melihat ekpresi William yang membantahnya dengan wajah datar sedatar triplek.
Charlotte terus menggoda William, hingga tanpa dia sadari ada seseorang yang tengah mendekatinya dari arah belakang.
“Char?”
Charlotte terdiam, dia seolah tak asing dengan suara orang itu. Dirinya langsung berbalik. Fredy, laki-laki itu tengah berdiri didepannya dengan tersenyum kecil. Laki-laki yang pernah menjadi mantan pacarnya itu kini berjalan mendekatinya.
“Fred? Ba-bagaimana kau bisa disini?”