A Story Of Zhen Xi [Romansa Dewa Dewi]
Ketepak ketepak ketepak ketepak.
"Tuan Muda, jangan terlalu cepat! Tuan Muda, tunggu saya! Disini terlalu banyak orang!" seru penjaga pribadi seorang agung yang sedang lewat.
Hiik-!
Secara mendadak Tuan Mudanya itu menarik tali kontrol untuk menghentikan laju kudanya, sorot matanya tengah terfokus pada sebuah pedang yang di jual di stan pasar di sebelah kanannya.
Sang penjaga pribadi yang kewalahan mengejar dari belakang itu malah gagal fokus dan kesusahan mengerem secara mendadak, alhasil ia menabrak seorang gadis yang sedang berjalan di dekat sana.
Jebugh.
Hiiik hiiik-!
Kuda itu memang berhasil berhenti, tapi sayangnya pemiliknya harus jatuh terjembab ke tanah bersama perempuan berpakaian hitam yang ia tabrak barusan.
"Aduh!!"
"San Qi! Kau baik-baik saja??" Pangeran Wen Hua, anak dari salah satu Petinggi Dewa Hujan itu akhirnya menoleh menghawatirkan penjaganya.
"Tuan, jangan berlarian. Ini pasar. Ini bukan lapangan luas untuk berlatih kuda..." marah gadis bernama Zhen Xi itu sambil meringis sakit sesekali.
"Tck." Zhen Xi berdecak pelan sambil berusaha berdiri.
Wen Hua pun mengalihkan pandangannya pada gadis yang barusan berani mengomel marah ini dan memperhatikannya. Bukan karena apa, tapi gadis ini berpakaian aneh, serba hitam dan membawa pedang di balik punggungnya. Apa lagi Wen Hua dan pakaian bangsawannya ini seharus sangat dihormati disini, bagaimana gadis itu bisa mengomel barusan?
"Perempuan memang kurang sopan ya sekarang." San Qi ngedumel sambil membersihkan pakaiannya dari pasir.
Zhen Xi menghela nafas. Ia mengulurkan tangannya sambil memasang senyum paksa.
"Kemari, biar ku bantu. Untuk apa menyangkutkan hal ini dengan perempuan?" ucap Zhen Xi tanpa ekspresi.
Orang dengan pakaian yang apik dengan pedang di punggungnya itu mendongak untuk menengok sesosok yang berani mengulurinya tangan ini.
"Hei Nak, aku ini seorang penjaga Pangeran Besar. Memangnya aku perlu bantuan?"
Tep.
Laki-laki dengan umur sekitar kepala dua itu langsung berdiri tanpa bantuan sedikitpun, padahal jelas-jelas pergelangan kakinya itu ada yang terkilir.
"Penjaga Pangeran Besar?" Bibir Zhen Xi bergerak untuk mengucapkannya, tapi lagi-lagi itu tanpa ekspresi. Anak ini memang seorang wanita, tapi hanya dari cara berpakaiannya saja. Sikapnya yang begitu tenang tanpa ekspresi itu membuatnya keren seperti laki-laki tangguh yang sok dingin dan tak tampak lemah.
"Bukannya orang-orang akan langsung menunduk begitu mendengar nama itu? Sepertinya kamu tidak terpelajar." ejek pria itu pelan. Untungnya dia ini bukan tipe penjaga besar yang sombong yang akan naik darah melihat ketidak sopanan seorang gadis muda padanya.
"Sudah! Kau baik-baik saja, iya kan San Qi? Kalau begitu cepat kemari dan temani aku!" perintah Pangeran Wen Hua.
Zhen Xi menoleh ke arah Pangeran Wen Hua yang baru berteriak marah itu dengan kesal. "Kakinya itu terkilir... Apa karena Anda adalah Tuannya, Anda bisa marah dan memaksanya begitu?"
Mata San Qi melotot nyaris keluar dari sarangnya.
"Nona! Anda sudah keterlaluan. Cukup, sebelum Anda terkena hukuman!" sosor San Qi.
Wen Hua menghela nafas panjang masih dengan raut berani di wajahnya, perlahan ia berjalan mendekati Zhen Xi dan menyentuh dagunya. "Apa katamu barusan?" tanyanya dengan tatapan intimidasi.
Pria paruh baya, penjual stan pembuatan pedang itu sampai menutup mulutnya ketakutan. "Ji Yue! Zhen Xi membuat masalah dengan anak Petinggi Dewa Hujan!"
Seorang Wanita langsung keluar dari stan pembuatan pedang dengan langkah zig-zag saking paniknya, ia langsung bersujud di hadapan Wen Hua.
"Tu-tuan Muda. Ah tidak. P-pangeran, maafkan dia... kasihani dia... Dia ini yatim piatu. Kelakuannya terkadang kurang menyenangkan, mohon dimaklumi."
"Kalau mau... hukum saja hamba!" Wanita itu kembali bersujud sampai ke tanah.
Wen Hua hanya melirik wanita itu tanpa memberi tanggapan.
Ekspresi keras Zhen Xi langsung luluh. Ia menggeleng sampai jari-jari Wen Hua yang menekan dagunya itu terlepas. "Bibi, jangan begitu..."
Ji Yue langsung berdiri sambil menunjuk ke arah Zhen Xi. "Kau benar-benar tidak tahu diri! Cepat minta maaf! Apa kau tahu?? Tuan Muda ini adalah pangeran petinggi Dewa Hujan!"
"Kalau hanya bisa makan dan tidur, seharusnya kau lebih sopan sedikit! Jangan membuat masalah di tokoku!" lanjut Ji Yue.
Wen Hua sempat tertegun melihat wanita paruh baya itu membentak Zhen Xi.
"Walau aku tidak salah... aku minta maaf." Zhen Xi mendongak ke arah Wen Hua dengan wajah jutek.
"Apa??"
"Berlutut!" perintah Wen Hua dengan kesal.
Zhen Xi pun mengangguk, mati kutu, dan mulai berlutut. Melihat perubahan drastis dari gadis aneh di depannya membuat Wen Hua sedikit tak tega.
"Ya. Jangan diulang." jawab Wen Hua sembari membalikkan badannya membelakangi Zhen Xi.
"Ayo San Qi."
San Qi segera tersadar dari ketegangan barusan. "Ep, bukannya Tuan ingin membeli pedang?"
"Tidak jadi. Kita beli di tempat lain saja."
Begitu mengatakan hal itu, Wen Hua langsung menaiki kudanya bersiap untuk pergi.
"Lihat, jika orang besar seperti itu akan membeli pedang disini, toko ini akan semakin terkenal! Tapi hanya karenamu, hari ini aku harus mendapat aib!"
Plakk!
Ji Yue menampar Zhen Xi dengan keras.
Wen Hua lagi-lagi berusaha menghiraukan masalah keluarga di depannya barusan dan tak ingin ikut campur. "San Qi! Cepat!" perintahnya.
"Ya Tuan!"
"Sssh." San Qi merintih sambil berusaha mengkondisikan pergelangan kakinya yang terkilir.
"Aduh aduh adu- duh."
Bruk.
San Qi memejamkan mata sambil menutup wajahnya mengumpati dirinya yang sedang sial. Bagaimana bisa orang sepenting dan setegap dirinya terjatuh di tengah jalanan pasar begini? Bodoh... bagaimana sekarang? batinnya.
Wen Hua menoleh dengan sebuah kerutan di antara alisnya.
"Lihat! Sudah ku katakan kalau kakinya itu terkilir!" Zhen Xi meneriaki Wen Hua. Gadis ini entah belum sadar atau sudah sadar kalau ia sedang meneriaki bangsawan, tapi dia memang selalu berani seperti itu.
San Qi langsung menoleh pada Zhen Xi dan menggeleng tanda tak ingin di bela lebih lagi, sementara Ji Yue semakin mengepalkan tangannya hendak menghajar Zhen Xi yang berani meneriaki Pangeran Wen Hua.
Wen Hua langsung turun dari kudanya, menghampiri San Qi.
"Tuan Muda, saya tidak apa-apa." San Qi berusaha berdiri kembali. Tapi sepertinya tubuhnya itu akan jatuh kembali.
Tep.
"T-tuan Muda??" Wajah San Qi nyaris memerah begitu Wen Hua menggendong dirinya.
Zhen Xi juga membelalak lebar nyaris tak berkedip sambil menutup mulutnya.
"Aku titip kudanya San Qi. Besok pelayanku akan mengambilnya. Maaf yang barusan." bisik Wen Hua. Ia langsung berbalik menuju kudanya dan membawa San Qi pulang dengan menaiki satu kuda saja.
"Hiya!"
Ketepak-ketepak. Ketepak-ketepak.
Bisikan yang terkesan dingin tapi lembut barusan membuat Zhen Xi terpaku. Tanpa sadar ia melangkah mundur saat ia mengingat gerakan elegan Wen Hua saat menggendong San Qi ala pengantin wanita.
Seorang gadis lainnya berlari menyusul Zhen Xi dan mengalungkan tangannya pada leher Zhen Xi.
"Parah!"
"Dia itu..." Zhen Xi bergumam masih tak bisa berfikir.
"Ternyata punya hati yang baik juga ya." ucap Yen Li melanjutkan gumaman Zhen Xi.
"Kak Yen Li?" Zhen Xi menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
yuei
suka ceritanya thoorrr
2023-03-16
0
Olivia
like
2021-05-19
1
Bim Bim
like
2021-05-18
1