Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan cemburu
Selesai makan, kini Marya dan Kanzo sudah berada di dalam kamar. Jika Marya sibuk dengan ponselnya di atas kasur, dan Kanzo sibuk dengan laptop di depannya di sofa yang ada di kamar itu. Hampir dua jam Marya memainkan benda pipih di tangannya, namun sepertinya Kanzo belum ingin mengakhiri perkerjaannya. Percuma Kanzo menemaninya di apartement kalau pria itu hanya sibuk dengan pekerjaannya. Marya memanyunkan sedikit bibirnya, berpikir pria itu akan bersikap manis jika hanya ada maunya saja.
Marya pun menutup aplikasi sosial medianya, meletakkan ponselnya di atas nakas, kemudian berbaring menarik menarik selimut sampai menutupi kepala dan hanya menampakkan wajahnya saja.
Marya kesal
Kanzo yang melihat Marya sedikit dari sudut matanya, mengulum senyum. Andai saja pekerjaannya tidak banyak, sudah pasti Kanzo mengganggu wanita menggemaskan itu.
Setelah dua jam berlalu, akhirnya Kanzo menyudahi pekerjaannya. Di lihatnya Marya sudah tertidur pulas di di bawah selimut. Kanzo melangkahkan kakinya ke arah tempat tidur, menyusul Marya berbaring di samping wanita itu, membawa tubuh itu ke dalam pelukannya.
Marya yang terusik pergerakan Kanzo, menggeliatkan tubuhnya, tanpa sadar membalas pelukan pria itun, menelusupkan kepalanya ke bawah ketiaknya, dan bahkan menimpa pria itu dengan kakinya.
Kanzo tersenyum, ia pun mengecup ujung kepala Marya lalu mengusap usapnya dengan lembut. Sehingga membuat tidur Marya bertambah lelap sampai pagi.
**
"Marya, bangun!."
Marya mengerjap ngerjabkan kelopak matanya, mendengar suara seorang pria membangunkannya. suara siapa itu, pikir Marya. Gak mungkin kan Ayahnya sudah pulang, lalu berubah menjadi pria baik dan lembut.
Cup!
Marya langsung membuka matanya, merasakan sesuatu yang kenyal menempel di keningnya.
"Bangun istri muda." Kanzo yang berbaring di samping Marya dengan menyangga kepalanya menggunakan tangan kiri, merekahkan senyumnya ke arah Marya yang terlihat kesal setelah di katakan istri muda.
"Atau kamu menginginkan kita sarapan pagi di kasur ini? Hm!." Kanzo membelai lembut wajah cantik Marya tanpa menyurutkan senyumnya.
"Aku harus memasak untuk Ibu dan Adikku" tolak Marya halus. Sungguh ia tak sanggup jika harus melayani pria kelebihan libido itu setiap saat. Hampir setiap hari Kanzo memakannya sampai habis. Dan juga Marya harus bekerja lagi, kalau melayani pria itu lagi, bisa bisa Marya nanti terlambat berangkat kerja.
"Tapi aku menginginkannya."
Terpaksa Marya pasrah saat Kanzo menimpa tubuhnya dan mulai mencumbuinya sampai membuatnya lupa segalanya.
**
"Marya! sini cepat!" seru Widuri melihat Marya yang baru datang.
"Ada apa?" Marya mengerutkan keningnya ke arah Widuri yang bergitu heboh dan gembira saat memanggilnya.
"Ada kabar gembira, lihat ini" Widuri menunjukkan selembar kertas pengumuman pada Marya." Seminggu lagi perusahaan ini akan merayakan hari ulang tahun perusahaan bersama seluruh karyawan. Kali ini akan mengadakan fanday di pantai. Kita akan menginap di sana, perusahaan yang akan membiayai seluruhnya. Nanti di sana akan mengadakan banyak perlombaan. Kali ini pasti akan lebih seru, karna akan banjir hadiah dari perusahaan" jelas Widuri panjang kali lebar dengan begitu antusias.
'Kok Pak Kanzo gak kasih tau aku?'batin Marya. Padahal mereka setiap hati ketemu, tapi Kanzo tidak memberitahunya sama sekali.
"Kita ikut ya!" ajak Widuri, berhasil membuyarkan lamunan Marya.
"Gak tau, lihat nanti aja. Kamu tau sendiri gimana keadaan Ibuku. Kalau layak di tinggal aku ikut" jelas Marya mendudukkan tubuhnya.
"Iya juga sih! tapi kalau kamu gak ikut, aku gak akan punya teman di sana. Dan juga pasti gak seru."
"Kamu sama Bu Intan kan bisa."
"Dia pasti sama teman temannya yang lainlah." Widuri mengerucutkan bibirnya. Kalau mereka ikut 'kan mereka bisa mengikuti perlombaan, kalau menang hadiahnya kan lumayan.
"Doain aja Ibuku sehat biar nanti aku bisa ikut" ujar Marya melihat wajah tak bersemangat sahabatnya itu.
"Amin! semoga saja" balas Widuri.
"Udah, ayo kerja, gak usah manyun gitu, jelek tau." Marya mengulas senyumnya ke arah Widuri.
"Sepertinya kamu terlihat berbeda hari ini." Widuri memicingkan matanya ke arah Marya, mencari sesuatu apa yang berbeda dari sahabatnya itu.
"Apa yang berbeda?, dari dulu penamlilanku selalu seperti ini" tanya Marya mengerutkan keningnya.
Widuri pun mendekatkan hidungnya ke tubuh Marya, mengendus endus aroma tubuh sahatanya itu. Marya yang melihat tingkah aneh Widuri, mendorong kepalanya supaya menjauh dari tubuhnya.
"Udah! gak usah aneh aneh, kerja kerja" ucap Marya. Supaya Widuri menghentikan tingkah anehnya.
"Ya ya ya, baiklah Ibu Preadir" balas Widuri, kemudian memulai pekerjaannya.
"Selamat pagi!"
Marya dan Widuri langsung menoleh ke arah wanita cantik yang berdiri di depan mereka.
"Selamat pagi juga Bu Bella" balas Widuri ramah.
Sedangkan Marya diam saja, tanpa berani menatap Bella, istri sah dari bos perusahaan itu.
"Apa Pak Kanzonya sudah sampai?" tanya Bella.
"Sudah Bu!" jawab Widuri.
Bella mengulas senyumnya, dan langsung berlalu masuk ke dalam lif bersama seorang anak perempuan di gendongannya.
Marya menghela napasnya setelah Bella menghilang bersama lif yang membawanya ke lantai dimana ruangan Kanzo berada. Marya tidak bisa membayangkan bagaimana di posisi istri pertama yang di duakan. Dan Marya sangat merasa bersalah kepada Bella istri sah Kanzo. Tapi Marya tidak bisa berbuat apa apa selain pasrah di genggaman Kanzo.
"Sudah, gak usah di pikirin." Widuri mengusap lembit bahu Marya, karna melihat wajah Marya bersedih.
"Aku hanya berpikir, sampai kapan hidupku seperti ini Wid. Aku merasa bersalah pada Ibu Bella, dan mengasihani diriku sendiri yang tidak memiliki masa depan."
"Jalani aja tanpa memikirkannya. Masa soal masa depan seseorang, itu urusan Tuhan. Tugas kita hanya menjalani yang di takdirkannya, dan terus belajar menjadi hamba yang taat dan yang lebih baik" balas Widuri.
Marya menghela napasnya kasar.
"Papa! nanti kita di luar Negri main salju ya!."
Seruan suara anak kecil itu berhasil mencuri perhatian Marya dan Widuri ke arah lif.
"Iya sayang" Kanzo mengecup pipi gadis berusia empat Tahun yang berada di gendongannya.
"Sama Mama juga" ucap gadis kecil itu.
"Pasti dong sayang" balas Bella yang bergelayut di lengan Kanzo.
Marya yang melihat keluarga kecil yang bahagia itu langsung mengaligkan pandangannya ke arah lain. Ternyata pria yang memberinya kenikmatan tadi pagi itu, akan pergi liburan keluar Negri bersama anak dan istrinya. Dan Kanzo tidak memberitahunya sama sekali.
Pandangan Marya meneduh dan hampir saja menjatuhkan air matanya.Dia juga istri dari pria itu, bukan?. Tapi pria itu sama sekali tidak peduli dengan perasaannya?. Kanzo benar benar hanya menganggapnya alat pemuas nafs* saja.
Kanzo yang melintas di depan meja kerja Marya dan Widuri, menghela napasnya melihat raut wajah sedih Marya yang terlihat merah. Kanzo pun mengelurkan ponselnya dari saku celananya, mengetik pesan sambi berjalan lalu mengirimnya ke nomor Marya.
Marya yang mendengar handphonnya berbunyi dari atas meja, langsung meraihnya.
*Istri muda mentalnya kuat, aku gak suka melihat wajah sedihmu itu, terlihat jelek.
Oh ya, aku lupa kasih tau kalau hari ini aku akan berangkat liburan bersama Bella dan Areta. Jangan cemburu, nanti giliranmu*.
Marya langsung menutup pesan itu tanpa membalasnya.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab