Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Dea.
Pagi-pagi sekali Dea telah bersiap-siap. Koper dan segala keperluan untuk keluar negeri semua sudah masukkan ke dalam mobil karyawan Boutique. Sekarang Dirinya dan Liza sedang sarapan di kontrakan mereka.
“Mbak serius mengenakan pakaian ini saat berangkat nanti?’“ tanya Liza yang memang benar-benar heran. Mau ketawa takut di sembur, karena sepupunya ini cepat sekali membara hatinya.
“Ya iyalah. Emangnya kenapa? Ini itu pakaian yang modis dan berkelas’’ jawabnya bersedekap dada.
“Terserah dirimu sajalah Mbak. Jadi orang kok Yo ngeyel’’ Ujar Liza kesal juga.
Bagaimana tidak, wanita ini berpakaian sudah seperti di salju, padahal masih di Indonesia. Tapi, Liza malas juga mau menanggapi lagi. Yang ada nanti Dirinya pula yang kena bentak.
Setelah sarapan kedua wanita ini meninggalkan kontrakan. Liza juga membawa ransel, karena Dia akan menginap seminggu di Boutique.
Sesampainya di Boutique, Dea langsung memberikan General Ledger(Buku Besar). Dirinya mempercayakan buku pembukuan keuangan ini pada sepupunya ini.
“Loh, emang harus ya kasi ini ke aku? Kan perginya juga seminggu.’’ ucap Liza takut juga karena Dirinya tak pernah .mengurus masalah pembukuan.
“Ya pegang aja. Nanti uang yang masuk atau keluar, kamu catet aja di buku lain dulu. Nanti setelah semua nya memang tidak ada kesalahan dan pas sama perhitungan, baru di catet di pembukuan.’’ balas Dea. Liza hanya mengangguk saja.
Saat ini kedua wanita itu sedang di lantai dua. Dea sedang mengganti pakaiannya di ruangan Naura. Setelah melihat di Mbah Google pakaian yang pas untuk berangkat ke Paris, baru lah Dea tersadar jika pakaiannya saat ini sangat tidak nyambung. Nanti yang ada malah Dirinya yang akan malu sendiri. Sedangkan Naura masih tidur dengan nyenyaknya. Dea juga tidak berniat membangunkannya, mungkin saja sahabatnya ini terlalu ngantuk karena berbalas pesan semalaman dengan Kakang CEO nya, pikir Dea.
“Kamu ada nitip sesuatu nggak nih?!’’ tanyanya pada Liza.
“Em,, apa ya? Coklat Belgia aja ya??’’
“Aku itu ke Paris Liza, bukan Belgia.’’ Dea agak kesal juga ini lama-lama.
“Ya udah pesan apa yang viral aja disana.’’ jawabnya.
“Hem’’
Kedua nya turun ke bawah. Dea langsung jadi pusat perhatian. Tentu lah wanita yang gampang naik darah ini jadi pusat perhatian. Biasanya berpakaian casual dan agak tomboy juga, tapi kali ini sangat cantik dengan pakaian khas cewek.
“Alamak oi! cantik betulnya ku tengok kakak Dea ini. Bukan maen ini gaya nya, sudah seperti artis saja kau kak. Memangnya jadi kau rupanya ke Paris?’’ tanya Tiur dengan logat Bataknya di tambah Lantang juga.
“Jadi dong. Rubah deh volume bicara mu itu! Aku pusing mendengarnya. Untung saja aku nggak ada riwayat sakit jantung, jika tidak setiap hari aku bisa jantungan karena suara tinggi mu ini’’ Dea menutup telinga, karena memang berdenging.
“Tega betul Kakak ni. Ya sudah aku ke gudang dulu. Jangan lupa itu kunci gudangnya di titipkan sama pak satpam.’’ Tiur langsung menyelonong keluar Boutique.
“Eh iya ya, hampir saja lupa. Ada gunanya juga perempuan Batak itu.’’ gumamnya.
“Dia itu volume dan logatnya saja yang terdengar kasar kak, aslinya baik-baik Loh orang Batak itu.’’ timpal Liza.
“Yang bilang Dia jahat itu siapa?! Aku kan cuma kurang suka suara lantang nya itu. Nanti lama-lama para karyawan Boutique dan gudang bisa budek semua jadinya mendengar suara lantang nya.’’ sembur Dea. Liza langsung kicep.
Dari tangga terlihat Naura yang sudah berpakaian rapi. Seperti biasa, wanita ini akan terlihat cantik meski mengenakan pakaian simple. Kesederhanaan nya membuat apa yang di kenakan terlihat elegan meski pakaian biasa. Tidak salah jika CEO Wiguna Group begitu tergila.lada janda cantik ini.
“Mau kemana Buk?’’ tanya Liza.
“Mau beli sarapan di depan sebentar.’’ jawab Naura.
“Ibuk mau sarapan apa? Biar saya aja yang belikan’’ Liza agak sungkan juga, karena malah owner yang membelikan sarapan..
“Nggak apa-apa, saya juga ada keperluan lain yang harus di beli.’' Jawab Naura tersenyum simpul. Lalu wanita ini langsung berjalan keluar Boutique.
Dea juga keluar, karena ingin melihat secara langsung Drama yang adalah ide darinya. Benar saja tak lama, Naura langsung di seret dan di bikin pingsan oleh pria yang berpakaian hitam serta masker dan kaca mata. Sebelumnya s pria sudah bicara lngsung dengan satpam, agar satpam tidak mengacaukan rencananya.
Dea yang melihatnya langsung memasang wajah tengilnya yang sok khawatir itu langsung berteriak meminta tolong.
“Ada apa mbak Dea?’’ tanya salah satu karyawan. Mereka semua berkumpul di pelataran Boutique.
“I... Itu, Naura di bawa entah siapa ini. Ya allah.’’ Dea sebisa mungkin menaturalisasi wajahnya.
Setelah keributan itu, Dea langsung menjelaskan secara detail maksud dan tujuan drama yang di buat. Liza agak kesal juga mendengarnya. Mereka hampir jantungan mendengar teriakan Dea, ternyata hanya akting saja. Tak ketinggalan juga Tiur yang seperti biasanya, suaranya yang menggelegar itu membuat Dea naik darah. Tak ingin emosi jiwanya meledak, Dea memakai earphone. Tiur langsung menatapnya sengit.
Tak lama, ponselnya bergetar. Terlihat pesan dari asisten Kakang CEO. Pria itu memberitahukan nya jika penerbangan satu jam lagi. Dea langsung sigap menarik kopernya.
“Aku berangkat dulu, bye! Jangan kangen ya?! Pasti kalian akan kesepian tanpa aku. Tapi tenang saja, tuh! Ada toa yang akan menghibur kalian semua. Walaupun nggak lucu, setidaknya kan suara nya sudah seperti burung gagak.’’ Dea langsung buru-buru masuk ke mobil, takut di sembur Tiur.
“Eh, kurang ajar kali ku tengok sepupu kau tu Za. Anjrit betul kelakuannya.’’ Tiur menggerutu kesal.
“Ya udah, di simpen dulu aja kemarahan mu itu. Setelah Mbak Dea pulang baru kamu marahin ke dia langsung ya. sekarang pergi kerja aja dulu.’’ ujar Liza.
“Dasar sepupi nggak ada akhlak!’’ Tiur menghentakkan kakinya kesal. Liza hanya menahan tawa.
.
.
🩵
Dea terus menggerutu di dalam pesawat. Wanita ini.bukan main kesalnya karena menahan lapar. Dia tidak tau jika makanan di dalam pesawat akan aneh begini. Dea merasa lebih baik Dirinya makan sambal terasi plus lalapan.
“Jika tau makanan di sini modelan begini, lebih baik aku makan di rumah. Atau minimal bawa bekal dari rumah. Enakkan sambal terasi, lalapan dan lele goreng. ini apaan?!’’ Dea menatap nanar ke makanan yang belum di sentuhnya itu.
Sementara seorang pria menatap Dea dengan menahan senyum. Kesederhanaan dan humoris yang di miliki Dea, yang membuat seorang Abiyu Husein Mahendra tergila-gila padanya.
.
.
.
“Aku orak mau tau! Segera hubungi anakmu itu! Suruh Dia pulang. Dia sudah berjanji akan menikah dengan putraku setelah Suroto pulang dari Malaysia. Jangan sampai keluarga kalian mencoreng nama keluarga Atmojo menjadi buruk!’’!ucap lantang Ndoro Ajeng.