Asih begitu mencintai Rahmat, sampai sang biduan yang begitu terkenal dengan suara indahnya itu rela menyerahkan mahkotanya kepada pria itu. Sayangnya, di saat ada biduan yang lebih muda dan geolannya lebih aduhay, Rahmat malah berpaling kepada wanita itu.
Saat tahu kalau Asih mengandung pun, Rahmat malah menikahi wanita muda itu. Asih tersingkirkan, wanita itu sampai stres dan kehilangan calon buah hatinya.
"Aku akan membalas perbuatan kamu, Rahmat!"
Bagaimana kehidupan Asih setelah mengambil jalan sesat?
Gas baca, jangan ketinggalan setiap Mak Othor update.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
"Kapan Neng Asih terakhir menstruasi?"
Bukannya menjawab pertanyaan Asih, justru dokter malah balik bertanya kepada wanita itu. Asih langsung mengerutkan dahinya, lalu wanita itu kembali bersuara.
"Dokter ini gimana sih? Saya nanya kalau saya itu sakit apa, kenapa Dokter malah balik bertanya?"
Asih merasa kalau dokter itu begitu kurang ajar, karena malah menanyakan hal yang seharusnya tidak dipertanyakan.
"Kalau mau tahu jawabannya, tolong jawab dulu pertanyaan saya. Kapan Neng Asih terakhir menstruasi?"
Asih terdiam sesaat mendengar pertanyaan dari dokter, hingga tidak lama kemudian matanya membulat dengan sempurna. Dua bulan yang lalu dia dan juga Rahmat melakukannya, bisa saja kalau dirinya saat ini memang sedang mengandung anak dari pria itu.
"Du--- dua bulan yang lalu, Dok."
"Kalau begitu kita lakukan pemeriksaan," ujar Dokter.
Tentunya pertama-tama dokter meminta Asih untuk melakukan tes urine, ternyata garis dua langsung tertampil pada tespek yang diberikan oleh dokter. Asih langsung menangis, tubuhnya bergetar dengan lututnya yang terasa kopong.
Tubuh wanita itu langsung luruh ke lantai, Asih menangis sejadi-jadinya. Dia sudah dibuang oleh Rahmat, wanita itu sudah ditinggalkan. Namun, Asih malah dinyatakan hamil.
Dokter bahkan berkata kalau Asih sudah mengandung selama 8 Minggu, dia bingung harus melakukan apa. Meminta tanggung jawab juga dirasa percuma, karena Asih sangat yakin kalau pria itu pasti tidak ingin bertanggung jawab.
"Coba kamu ngomong aja sama pak lurah, siapa tahu dia mau menikahkan kamu dengan anaknya. Karena walau bagaimanapun juga kamu itu hamil anaknya, dia juga tahu kalau kalian itu berhubungan selama 5 tahun."
Asih kini sudah curhat dengan tetangganya, wanita paruh baya yang sudah dianggap seperti ibunya sendiri. Setelah melakukan pemeriksaan, dia langsung curhat dengan wanita paruh baya itu karena bingung harus berbicara dengan siapa.
"Tapi, aku takut kalau nantinya malah--"
"Gak usah takut, kamu itu hamil anak Rahmat. Yang namanya perut itu semakin lama pasti akan semakin membesar, nanti kamu yang malu sendiri dikatain banyak orang."
Asih menganggukkan kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh wanita paruh baya itu, karena memang semakin lama perutnya pasti akan semakin membesar. Semua orang akan tahu kalau dirinya hamil.
Namanya hamil di luar nikah adalah hal yang paling memalukan, pasti akan banyak orang yang mencemooh dirinya. Asih tiba-tiba saja menyesal karena sudah memberikan apa yang seharusnya tidak boleh diberikan kepada pria itu.
"Iya, Bu Darmi. Nanti aku akan bicara langsung dengan kedua orang tua Rahmat," ujar Asih pada akhirnya.
"Bagus! Sekarang istirahat saja dulu, sudah malam. Kamu ke rumah pak lurahnya besok saja, kebetulan besok hari Minggu. Pasti beliau ada di rumah," usul Darmi.
"Iya, Bu."
Asih akhirnya masuk ke dalam rumahnya, niat hati memang ingin beristirahat, tetapi matanya tak kunjung bisa terpejam. Di dalam hatinya tersimpan keresahan dan juga kegundahan, dia merasa akan ada badai besar yang akan menerpa hidupnya.
"Aku harus bagaimana, Tuhan?" tanya Asih bingung.
Walaupun tak pulas, tetapi setidaknya Asih bisa beristirahat di rumahnya. Siang harinya dia langsung pergi ke kediaman pak lurah, dia ingin mengatakan apa yang menjadi unek-uneknya saat ini.
"Ada apa ya kamu datang ke sini? Bukannya kamu sudah putus sama anak saya?"
Asih kini sudah berada di kediaman pak lurah, dia sudah dipersilakan untuk masuk dan saat ini Asih sedang duduk di ruang tamu. Melihat tatapan mata dari pak lurah yang tidak bersahabat, Asih menunduk takut.
"Ck! Kalau mau diam saja lebih baik kamu pulang, saya tidak ada waktu meladeni orang yang hanya iseng saja datang ke rumah saya."
"Maaf, Pak lurah. Saya datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban dari putra anda," ujar Asih memberanikan diri.
"Cih! Tanggung jawab apa? Karena diputuskan oleh Rahmat terus minta kompensasi gitu?"
Asih menggelengkan kepalanya, karena yang dibutuhkan oleh Asih saat ini bukanlah uang. Dia hanya ingin bertanggung jawab dari Rahmat, dia ingin dinikahi oleh pria itu.
"Pake malu-malu segala, bilang aja kalau memang pengen uang. Mau berapa duit kamu biar tidak mengganggu kehidupan anak saya?"
"Sudah saya bilang kalau saya itu tidak menginginkan uang, Pak lurah. Saya datang ke sini untuk meminta pertanggungjawaban karena saya sudah hamil 2 bulan," jawab Asih.
Pak Lurah langsung tertawa dengan terbahak-bahak, tak lama kemudian dia menggebrak meja. Asih sampai mengelusi dadanya karena merasa begitu kaget.
"Yang namanya biduan itu biasanya murahan, dikasih duit dikit aja langsung mau digoyang. Pasti kamu juga sama, giliran sama yang lain pakai pengaman. Tapi, giliran sama anak saya sengaja hamil, kan? Mau meras saya, kan?"
Pak lurah berbicara dengan begitu emosi, dia menuduh Asih sebagai wanita yang tidak baik. Asih menggelengkan kepalanya sambil menangis, karena selama ini dia selalu menjaga harga dirinya.
Dia tidak pernah mau disentuh oleh siapa pun, selama 5 tahun berpacaran dengan Rahmat saja, wanita itu selalu menjaga diri.
"Sumpah, Pak lurah. Saya cuma melakukannya dengan Rahmat, saya hamil anak dia. Ini asli anaknya Rahmat, hanya Rahmat yang nyentuh saya. Hanya Rahmat yang ambil keperawanan saya," ujar Asih emosi.
Wanita itu berbicara sambil berteriak karena begitu kesalnya dengan apa yang dikatakan oleh pak lurah, bu lurah dan juga Rahmat yang sedang ada di dalam langsung menghampiri Asih.
"Ada apa ini, Pak?" tanya Rahmat sambil menatap wajah Asih.
"Itu loh, mantan pacarmu itu minta tanggung jawab. Katanya hamil anak kamu, benar kamu yang ambil keperawanannya?"
"Bener sih, Pak. Tapi cuma sekali kok, aku yakin setelah itu dia sering melakukannya dengan pria lain," jawab Rahmat.
Mata Asih langsung melotot mendengar apa yang dikatakan oleh Rahmat, dia tidak terima dengan perkataan pria itu. Asih yang kesal bahkan langsung memukul dada pria itu beberapa kali.
"SEKALI? HANYA SEKALI? SATU BULAN, RAHMAT. KAMU MENGGAULIKU SELAMA SATU BULAN, BAGAIMANA AKU TAK HAMIL?!" teriak Asih penuh penekanan.
"Halah! Mana tau kalau anak di perut kamu itu anak orang lain, lagi pula aku itu sudah mantap mau menikah dengan Mirna. Jangan ganggu aku, kalau memang mau uang akan aku berikan."
Rahmat mengambil uang di dompetnya, lalu melemparkan uang itu tepat di wajah Asih. Asih semakin tersulut emosi, wanita itu menampar wajah Rahmat berkali-kali.
"Wanita sundal!" teriak Pak lurah yang langsung mendorong tubuh wanita itu dengan kencang.
Dia merasa tidak terima saat Asih memukul dan juga menampar wajah putranya, dorongan pak lurah yang begitu kuat menyebabkan punggung Asih terbentur tembok.
"Mikir TOLOLL, kalau kamu tak menyerahkan diri kamu tak akan hamil. Lagian Jadi orang kok TOLOLL banget, zaman sekarang itu banyak pengaman. Kenapa bisa hamil, TOLOLL?"
Pak Lurah marah-marah dengan penuh emosi, dia berkali-kali menyebut Asih itu sebagai wanita bodoh. Bu lurah juga tak kalah kejam, wanita itu menjambak rambut Asih dan mendorong wanita itu sampai perutnya terbentur meja.
"Argh!" teriak Asih sambil memegangi perutnya yang terasa begitu sakit.
Tak lama kemudian darah segar mengalir dari inti tubuh Asih, Rahmat nampak panik. Namun, pak lurah dan istrinya nampak biasa saja. Dia meminta pak sopir untuk mengantarkan Asih ke rumah sakit.
"Antarkan dia ke rumah sakit, Jangan sampai ada yang tahu kejadian ini."
"Siap," jawab Pak sopir yang langsung menggendong Asih dan membawanya ke dalam mobil.
Asih kesakitan, tetapi hatinya lebih sakit sekali. Dia tidak menyangka kalau hal ini akan terjadi di dalam hidupnya, dia sungguh menyesal karena sudah mengenal Rahmat.
"Aku akan membalaskan dendam terhadap kalian," ujar Asih lirih sebelum hilang kesadaran.
niat hati mau menutupi perbuatannya justru dengan kata-katanya malah menunjukkan kalau pak lurah ada sesuatunya dengan Mirna... ini kayak senjata makan tuan... wkwkwkwkwkwk....
jadi bukannya Rahmat percaya, dia malah makin curiga...
banyak-banyakin minum air putih kak...