NovelToon NovelToon
The Painters : Colour Wars

The Painters : Colour Wars

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sci-Fi
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Saepudin Nurahim

Rahmad Ajie, seorang mekanik body & paint di Jakarta, tak pernah mengira hidupnya berubah drastis karena ledakan cat radioaktif. Tubuhnya kini mampu mengeluarkan cat dengan kekuatan luar biasa—tiap warna punya efek mematikan atau menyembuhkan. Untuk mengendalikannya, ia menciptakan Spectrum Core Suit, armor canggih yang menyalurkan kekuatan warna dengan presisi.

Namun ketika kota diserang oleh Junkcore, mantan jenius teknik yang berubah menjadi simbol kehancuran lewat armor besi rongsoknya, Ajie dipaksa keluar dari bayang-bayang masa lalu dan bertarung dalam perang yang tak hanya soal kekuatan… tapi juga keadilan, trauma, dan pilihan moral.

Di dunia yang kelabu, hanya warna yang bisa menyelamatkan… atau menghancurkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saepudin Nurahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perpisahan

Sisa-sisa hangat keringat masih membekas di kulit mereka, mengkilap samar di bawah cahaya redup kamar. Selimut tipis menyelimuti tubuh mereka yang lelah namun puas. Melly menyandarkan wajahnya ke dada Ajie, napasnya berirama dengan detak jantung yang masih bergelora.

“Ajie,” suaranya lembut, hampir seperti bisikan, “aku harus kembali ke Batara Raya. Kota itu juga butuh pahlawan… walaupun di sana sudah banyak yang berjuang, tapi aku lahir di situ. Itu tugas aku.”

Ajie menarik napas panjang, tangannya secara otomatis mengelus rambut Melly dengan penuh kasih. “Asal jangan pindah ke Inggris aja, ya,” jawabnya dengan senyum kecil yang coba menahan kepedihan.

Melly mengangkat wajahnya, menatap mata Ajie dalam-dalam. “Aku berharap kamu bisa jadi pahlawan yang nggak cuma kejar popularitas. Aku lihat kamu lebih mikirin orang-orang, bukan cuma sorotan lampu. Itu yang jarang.”

Dia menghela napas, lalu menambahkan, “Tapi aku... masih buronan internasional, Ajie. Di Jakarta aku nggak bisa lama-lama. Aku harus balik ke Batara. Ini bukan cuma soal aku, tapi tentang apa yang harus aku lakukan.”

Ajie mengangguk pelan, mengenang kembali saat-saat mereka baru saja berbagi keintiman—ketika mereka tak hanya menyentuh tubuh, tapi juga hati dan jiwa satu sama lain. Ciuman lembut yang berubah menjadi rasa aman dan kepercayaan, kata-kata nakal yang meleleh jadi tawa hangat di antara pelukan.

“Aku nggak akan lupa itu,” Ajie berkata lirih, suaranya penuh harap, “Aku pengin kamu tahu… aku nggak akan pernah lepas dari kamu, Melly.”

Melly tersenyum tipis, matanya berkaca-kaca, lalu dia memeluk Ajie erat. “Aku juga, Ajie. Tapi kadang cinta itu bukan cuma tentang kita, tapi tentang apa yang harus kita lakukan untuk orang lain.”

Mereka terdiam, hanya suara napas yang saling bersautan, membungkus kehangatan yang baru saja mereka ciptakan.

Melly berdiri di depan lemari, mengambil baju dan celananya dengan pelan. Ajie duduk di tepi tempat tidur, mengenakan kaos dan celana panjang yang masih agak kusut.

“Kita udah di sini sejak jam delapan pagi ya?” tanya Ajie sambil tersenyum.

“Ya, tiga jam penuh,” jawab Melly sambil menatap ke cermin. “Waktu kayaknya berhenti ketika kita bersama.”

Ajie berdiri, mendekat ke Melly. “Kamu... bikin gue ngerasa hidup. Bukan cuma sebagai The Painters, tapi sebagai Ajie, orang biasa.”

Melly menoleh, “Gue juga, Ji. Kadang gue lupa gimana rasanya punya seseorang yang bisa diandalkan, yang nggak cuma liat gue sebagai buronan atau teknisi liar.”

Ajie menggenggam wajah Melly dengan lembut. “Lo lebih dari itu buat gue.”

Di halaman rumah Ajie, angin pagi menerpa rambut Melly. Suasana penuh haru dan berat.

“Melly...” Ajie memanggil dengan suara serak.

Melly berhenti, menatap Ajie. “Ya?”

Ajie meraih tangan Melly, menggenggamnya erat. “Kalau gue ada waktu, gue akan mampir ke Batara Raya. Gue pengen liat lo lagi.”

Melly tersenyum getir, “Aku tunggu, Ji. Semoga waktu kita nggak terlalu lama terpisah.”

Mereka bertukar tatapan, lalu berciuman lembut dan hangat, tanda janji untuk bertemu lagi. Ciuman itu berisi harapan dan kesedihan sekaligus.

Melly melangkah pergi perlahan, tapi Ajie menariknya kembali dengan lembut, “Lo jangan pergi jauh-jauh ya.”

Melly tersenyum dan berkata, “Nggak akan, Ji. Lo pasti ada di hati gue.”

1
lalakon hirup
suka di saat tokoh utama nya banyak tingkah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!