Verrint adalah seorang gadis SMA yang bertemu kembali dengan cinta pertamanya melalui reuni bernama Izan. Tetapi Verrint tidak bisa bersama karena pria yang dia sukai telah mempunyai pacar. Verrint tiba-tiba menjadi teman baik dari pacar Izan. Agar menghindari kecurigaan, Verrint pura-pura pacaran dengan sahabatanya Dewo.
Akhirnya paca Izan tau jika Verrint dan Izan saling mencintai. Pacar Izan kecelakaan lalu meninggal. Izan menghilang, Dewo dan Verrint akhirnya resmi pacaran. Tiba-tiba Izan kembali dan mengutarakan isi hatinya pada Verrint.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa Fadlilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Setelah bel berbunyi Verrint langsung beranjak dari sekolahnya menuju rumahnya. Dia sepertinya sudah tidak sabar menunggu reuni nanti. Verrint juga harus bersiap-siap untuk foto kelas nanti siang.
Sesampainya di rumah Verrint langsung masuk kamar. Kemudian dia memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah selesai mandi Verrint pun mulai mancari pakaian untuk foto nanti. Sepertinya Verrint kebingungan, dia bingung harus memakai baju apa. Yang jelas dia harus memakai pakaian yang terbaik.
Akhirnya Verrint memilih T-shirt berwarna biru yang bersablon dan celana jins. Kemudian Verrint pun bersiap-siap untuk foto kelas nanti. Setelah selesai Verrint pun keluar dari kamarnya.
“Mau kemana jam segini udah rapi?” tanya mbak Yunar yang kebingungan melihat Verrint yang sudah rapi. “Katanya reuniannya jam 7.” Sambungnya.
“Yeh… orang mau foto kelas dulu kok.” Jawab Verrint.
“Oh… pantes udah rapi.”
“Eh mbak, semuanya udah diberesin kan?” tanya Verrint.
“Udah dari tadi.” Jawab mbak Yunar.
“Oh…”
Waktu pun terus berputar, akhirnya waktu Verrint untuk berangkat menuju studio pun tiba. Jam dinding pun menunjukkan pukul setengah 2 siang, dan kemudian Verrint langsung melangkahkan kakinya keluar rumahnya. Hati dan wajah Verrint pun berseri-seri, dia terlihat kegirangan sekali. Verrint pun menaiki sebuah angkutan umum yang menuju ke studio tempat Verrint dan teman-temannya akan di foto.
Setelah cukup lama berada di perjalanan, akhirnya Verrint tiba juga di studio foto itu. Disana telah banyak teman Verrint yang telah menunggu seperti Febra, Abe, Nunik, Tantri dan yang lainnya. Mereka semua terlihat sedang asyik tertawa melihat Ado yang sedang bercerita sambil melucu dihadapan teman-temannya. Ado itu memang jago melucu tapi wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan kalau dia itu bisa melucu. Ditambah tubuhnya yang kekar dan agak besar itu membuat orang yang melihatnya akan merubah pikirannya tentang Ado. Tapi dari kelas satu dulu, Ado adalah salah satu teman cowok yang dekat dengan Verrint.
“Woi… Rint!” sapa Ado dengan gaya khasnya.
“Hei Do.” Balas Verrint. “Anteng amet sih kalian, kayak ngeliat artis aja.” Sambung Verrint.
“Yeh… emang gue artis.” Sahut Ado.
“Abis Ado lucu banget sih.” Ucap Tantri ikut nimbrung.
“Eh, ngomong-ngomong kapan kita fotonya?” tanya Verrint lagi.
“Gak tau nih, kayaknya masih agak lama.” Jawab Abe.
“Oh… tapi semuanya udah pada ngumpul kan?” tanya Verrint sambil celingak-celinguk kearah sekitarnya.
“Kayaknya sih masih ada yang belum dateng, jadi kita masih harus nunggu yang lain.” Jawab Febra.
“Oh… ok deh.” ucap Verrint sambil mencari tempat duduk yang nyaman.
Ado pun kembali beraksi, jurus-jurus jitu untuk melucu pun dia keluarkan. Tidak hanya cerita-cerita lucu yang keluar dari mulutnya tapi orang yang melintas dihadapannya pun tidak luput menjadi incirannya.
Beberapa saat kemudian datang seorang cowok yang menghampiri mereka semua. Cowok itu memakai T-shirt berwarna putih, celana jins berwarna biru dongker dan topi yang bertengger di kepalanya.
“Hei… semua!” sapa cowok itu. “Sorry gue telat!” lanjutnya.
“Hei Zan, ya ampun… apa kabar?” tanya Febra dan yang lainnya sambil mengerubuninya.
“Ya ampun… tambah cakep aja sih lo, Zan.” Ucap Tantri tak mau kalah.
“Woi… udah dong kangen-kangenannya, entar lagi napa.!” Sahut Abe.
Lain mereka lain pula dengan Verrint, dia malah bengong di tempat duduknya. Sepertinya Verrint bingung harus ngapain. Kemudian semua teman-teman Verrint memandang kearah Verrint. Pandangan itu seakan-akan diberikan pada Verrint sebagai kode agar Verrint segera menyapa Izan.
“Hei, Zan. Apa kabar?” sapa Verrint dengan mengontrol nada bicaranya agar tidak terdengar gugup. Kemudian Verrint pun menyodorkan tangannya untuk mengajaknya salaman.
“Hei, juga. Aku baik, kamu gimana?” jawab Izan sambil membalas sodoran tangan Verrint.
“Adeuh… ehem… ehem…” sorak teman-teman Verrint menggoda.
“Apaan sih?” ucap Verrint.
“Eh… udah yuk kita ke dalem. Sekarang kita di foto dulu, abis itu baru deh kangen-kangenan lagi di rumah Irrint.” Ucap Febra mengajak semua temannya.
Mereka semua pun akhirnya masuk ke dalam studio dan langsung menuju ruang tunggu foto. Setelah lama tidak becanda dengan teman-temannya, Verrint pun langsung nempel terus dengan sobatnya yang gila yaitu Ado. Mereka terus aja mengobrol berdua tanpa menghiraukan yang lain. Emang kalo Verrint udah ketemu sama sobatnya yang satu ini, pasti mereka terus lengket. Yah… seakan-akan mereka seperti pacaran, padahal kan nggak. Akhirnya tiba juga giliran mereka untuk di foto, dan masih seperti tadi Verrint tetap tidak mau jauh dari Ado. “Jeprat… jepret…” suara kamera yang dibuat oleh juru foto itu.
***
Pukul 4 sore Verrint dan semua teman ceweknya telah sampai di rumah tercintanya itu. Ternyata sahabat Verrint yaitu Venitha telah berada di rumah Verrint bersama dengan pesanan ketering Verrint. Tanpa di komando teman-teman cewek Verrint pun langsung mengangkat semua makanan itu ke tempat reuni yaitu di taman belakang.
“Eh, Rint. Kok Cuma ceweknya doang, yang lainya mana?” tanya Venitha. “Terus Izan dateng gak Rint?” tanya Venitha lagi.
“Anak-anak cowok pada ngider dulu. Entar jam 5 baru kesini.” Jawab Verrint sambil menata makanan.
“Terus Izan datang gak?” tanya Verrint lagi mengulang pertanyaannya.
“Ih… kamu banyak nanya banget sih.” Bentak Verrint. “Lagian Izan mau ada atau nggak itu bukan urusan kamu!” lanjutnya dengan nada yang sama.
“Kok kamu gitu banget sih Rint, aku kan Cuma pengen tau aja.” Ucap Venitha yang kaget melihat reaksi temannya itu. “Ya udah deh aku pulang aja.” Ucap Venitha sambil pergi meninggalkan Verrint.
“Ven, Ven…!” panggil Verrint dengan rasa bersalah dan langsung mengejar Verrint. “Ven tunggu Ven!” panggil Verrint lagi. “Sorry, tadi aku gak maksud kayak gitu.” Lanjutnya.
“Iya aku ngerti kok, aku tau kamu lagi ribet.” Jawab Venitha. “Ini aku yang salah kok, ganggu kamu lagi sibuk.” Sambungnya.
“Makasih yah Ven, kamu udah mau ngerti aku.”
“Gak masalah lagi, udah sana ke dalam. Kasian tuh temen-temen kamu.” Ucap Venitha sambil tersenyum ramah.
“Ya udah, kamu juga hati-hati pulangnya yah!” ucap Verrint.
Setelah Venitha pergi, Verrint pun kemudian kembali ke dalam rumahnya itu.
Setelah cukup lama Verrint dan yang lainnya menunggu para cowok, akhirnya mereka datang juga setelah 1 jam Verrint dan para cewek menanti. Kemudian semua teman-teman Verrint pun langsung menuju ke taman belakang rumah Verrint.
Setelah hari gelap acara reuni pun dimulai. Mereka semua terlihat sedang bernostalgia mengenang masa-masa bersama mereka dulu. Tapi terkadang Verrint malah memisahkan diri dari kerumunan. Dia malah asyik duduk-duduk di pendopo yang berada di ujung taman itu bersama dengan Ado.
Rasanya Verrint lebih menikmati obrolan mereka berdua dari pada harus ikut beramai-ramai bersama temannya yang lain. Memang Verrint dan Ado lebih suka bercanda berdua. Rasanya candaan dan guyonan dari Ado lebih terasa oleh Verrint.
Suasana terasa lebih damai di taman pada saat terdengar petikan gitar dari Tamma. Acara reuni ini pun terasa lebih hitmat karenanya. Terlebih pada saat suara indah Verrint yang ikut melantun mengiringi petikan gitar Tamma. Keadaan pun sempat terhenti karena semua orang yang berada di reuni itu tersihir oleh Tamma yang memetik gitar dan Verrint yang bernyanyi dengan suaranya yang indah itu. Izan pun terpaku melihat Verrint yang bernyanyi bersama alunan gitar dari Tamma.
Setelah Verrint bernyanyi, dia kembali dengan kebiasaan awal yaitu terus berada di samping Ado dan bercanda dengannya. Ternyata kedekatan Verrint dan Ado membuat Febra, Abe dan Nunik terlihat tidak senang terutama Izan. Febra, Abe dan Nunik bingung, sebenarnya apa mau Verrint dengan melakukan hal itu. Reuni ini diadakan bukan untuk membuat Verrint terus bersama dengan Ado tapi untuk hal lain.
Jam dinding di rumah Verrint telah menunjukkan pukul 21.00 malam. Berarti itu menandakan bahwa reuni ini harus berakhir. Sampai saat-saat terakhir di reuni ini, Verrint belum juga menjauhkan diri dari Ado dan mencoba untuk mengajak bicara Izan. Sepertinya rasa jaim Verrint belum bisa dihilangkan walaupun untuk mengambil perhatian cinta pertamanya.
Semua telah berakhir, rasa sunyi kembali menyelimuti rumah Verrint. Verrint pun kemudian menjatuhkan dirinya di atas ranjang miliknya. Tatapannya menerawang, matanya menatap keatas langit-langit dalam kamarnya. Dalam hatinya pun kemudian hinggap rasa penyesalan yang dalam.