Namaku April,aku adalah seorang wanita yang berasal dari keluarga sederhana.
Kisahku berawal dari perkenalan yang tak di sengaja.
Dari perkenalan itu,menumbuhkan rasa yang tak biasa.
Tapi aku hanya bisa diam.Tak berani bicara apalagi mengungkapkan.
Bagaimana kisah ini akan berlanjut???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 28
" Apa kamu masih mencintainya Pril ? "
Pertanyaan bang Ilham membuat aku tersedak minumanku, aku langsung menepuk dadaku sendiri. Sementara bang Ilham nampak sedikit terkejut.
" Maaf Pril, gak maksud apapun...bener..." ucapnya sedikit menyesal.
" Gak papa bang, aku cuma kaget aja, " jawabku asal.
" Udah deh, aku gak bakalan tanyak soal perasaanmu lagi, maaf ya? ". Ucapnya seraya menangkupkan tangan di dada.
Aku menjawab dengan anggukan kepala, dan setelah itu pun kami langsung beranjak kembali ke kantor.
Di ruangan ku, lagi-lagi pertanyaan bang Ilham mengganggu benakku. Kenapa aku masih menyimpan rasa ini ya Tuhan. Rasa yang telah lama ingin ku hilangkan. Tapi nyatanya rasa itu masih tetap bertahan disana.
Suara ponsel mengalihkan pandanganku, aku tersenyum melihat siapa yang menghubungiku. Melisa, ya sepupu aneh ku itu meneleponku. Dengan suara cemprengnya, ia mengucapkan salam, bahkan aku harus menjauhkan telingaku dari ponsel, agar telingaku aman.
Melisa bercerita banyak hal, termasuk kapan akan melangsungkan pernikahannya. Ya Melisa belum juga menikah, padahal pertunangannya dengan Aldy telah terjadi 2 tahun yang lalu. Karena kesibukan merekalah yang membuat pernikahan mereka selalu mundur.
Melisa begitu banyak bercerita, semua yang ia ketahui ia ceritakan padaku. Bahkan mengenai mas Bagas pun tak luput dari bahan ceritanya. Melisa mengatakan, bahwa keadaan bunda yang masih sering keluar masuk rumah sakit, bahkan mengenai kisah cinta mas Bagas pun tak luput ia ceritakan padaku. Saat ia menyebut nama itu, ada yang berdenyut di dalam sini. Getaran rasa itu masih ada, walaupun terselip perih diantara itu.
Ternyata sejak kepergian ku, bunda tak juga memberikan restu kepada mas Bagas untuk melanjutkan hubungannya dengan Tari. Bunda masih tetap menolak kehadiran Tari, namun mas Bagas tetap pada pendirian nya akan tetap memilih Tari sebagai calon pendampingnya.
Aku menghela nafas, saat terkenang ucapan Melisa tadi saat menelpon. Aku sudah tak ingin mengingatnya, tapi selalu saja ada orang yang mengingatkan ku padanya. Malam ini, lagi- lagi aku tumpahkan semua rasa di hatiku di atas sajadah ini. Pada sang pemilik hati aku kembali bercerita. Pada sang pemilik hati manusia aku kembali menumpahkan rasa yang aku rasa.
Pagi ini, aku telah berada di meja kerjaku. Saat ini aku harus segera menyelesaikan pekerjaanku, aku tak ingin terlalu membebani bang Ilham. Ponselku berdering, mas Deri menayakan kapan aku berangkat. Besok aku akan pulang ke kotaku, mengambil libur selama 10 hari. Malam ini aku harus berkemas, karena tak ingin ketinggalan jadwal keretaku.
Pagi-pagi sekali ku lihat bang Ilham telah berada di teras rumahku. Dengan pakaian santainya ia duduk manis disana. Bang Ilham sungguh teman yang sangat baik, tanpa ku minta pun ia selalu bersedia membantuku. Seperti sekarang, ia akan mengantarkan ku menuju stasiun.
" Bang, udah lama nunggunya? ". Sapaku padanya saat aku melihatnya duduk di teras. Aku melihat bang Ilham terkejut, bahkan menatapku dari atas sampai bawah, berulang kali, yang membuatku sedikit risih.
" Ini beneran kamu Pril? " ucapnya.
" Bukan, ni hantunya, apaan sich bang, kok begitu pertanyaannya ". Ucapku kesal.
" Habisnya aku pangling liat kamu pake hijab gitu, kenapa gak dari dulu Pril? " jawabnya serius.
" Heheheh....doain ya,biar gak di buka lagi hijabnya ". Jawabku malu.
" Iya...kamu cantik Pril, ". Ucapnya sambil tersenyum. Wajahku langsung memerah mendengar pujian dari bang Ilham. Dan kami pun langsung berangkat ke stasiun. Selama perjalanan bang Ilham sesekali menatapku. Aku tak tahu mengapa bang Ilham bersikap seperti itu. Saat kereta akan berangkat, bang Ilham menitipkan sesuatu padaku. Sebuah kotak, dan memintaku untuk memberikan kotak itu kepada mas Deri, sebagai kado pernikahan dan sebagai ganti dirinya yang tak bisa hadir.
.
.
.
Hai readers, jangan lupa komen, like dan vote nya ya...
Dukungan kalian sangat berharga bagiku,
Terima kasih masih tetap setia menanti ceritaku.
😘😘😘😘
********
siapa dirimu, kok kepo banget wkwk
giliran dijauhin, dianya marah