Maira salah masuk kamar hotel, setelah dia dijual paman dan bibinya pada pengusaha kaya untuk jadi istri simpanan. Akibatnya, dia malah tidur dengan seorang pria yang merupakan dosen di kampusnya. Jack, Jackson Romero yang ternyata sedang di jebak seorang wanita yang menyukainya.
Merasa ini bukan salahnya, Maira yang memang tidak mungkin kembali ke rumah paman dan bibinya, minta tanggung jawab pada Jackson.
Pernikahan itu terjadi, namun Maira harus tanda tangan kontrak dimana dia hanya bisa menjadi istri rahasia Jack selama satu tahun.
"Oke! tidak masalah? jadi bapak pura-pura saja tidak kenal aku saat kita bertemu ya! awas kalau menegurku lebih dulu!" ujar Maira menyipitkan matanya ke arah Jack.
"Siapa bapakmu? siapa juga yang tertarik untuk menegurmu? disini kamu numpang ya! panggil tuan. Di kampus, baru panggil seperti itu!" balas Jack menatap Maira tajam.
'Duh, galak bener. Tahan Maira, seenggaknya kamu gak perlu jadi istri simpanan bandot tua itu!' batin Maira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Dijemput
Maira berangkat ke klub seperti biasanya. Dan bekerja seperti biasanya juga. Tidak banyak hal yang terjadi. Karena dia dan Jihan memang petugas yang membersihkan ruangan setelah ruangan itu kosong. Setelah yang memesan ruangan itu pergi dan konfirmasi.
"Kamu akan di jemput pegawai majikanmu lagi?" tanya Jihan.
Maira yang sudah menggunakan jaketnya menggelengkan kepalanya.
"Aku rasa tidak. Aku akan naik ojek seperti biasanya saja" kata Maira sambil tersenyum.
"Oke kalau begitu, ayo!" kata Jihan menggandeng tangan Maira.
Keduanya pergi keluar dari klub, lewat pintu belakang tentunya. Dimana para karyawan memang keluar masuk dari sana.
"Nona"
Jihan dan Maira menghentikan langkahnya. Mobil Jack, dan Paul ada di depannya.
Jihan yang sudah mengerti segera melepaskan tangan Maira.
"Kalau begitu hati-hati ya!" katanya, dan Jihan sedikit mencondongkan kepalanya ke arah Maira, "sepertinya dia sangat perduli padamu. Apa gajinya lebih besar dari kak Jonathan?" bisik Jihan.
Maira langsung panik, takut Paul mendengarnya.
"Jihan!" protesnya.
Jihan malah terkekeh dan melambaikan tangannya pada Maira.
"Sampai bertemu besok, Maira"
Maira menghela nafas kasar. Temannya itu memang kalau bicara suka seenaknya, tapi di baik.
"Nona, silahkan!" kata Paul yang membuka pintu penumpang bagian belakang.
"Tuan Paul, sebenarnya tidak perlu seperti ini. Tuan Paul pasti sangat lelah bekerja seharian pada tuan. Aku bisa pulang sendiri, aku sudah biasa...!"
"Masuk!" sela Jack dari dalam mobil.
Maira membulatkan matanya. Dia terkejut sekali mendengar suara Jack.
'Hah, apa itu dia? benar-benar dia?' batin Maira.
Masalahnya, tentu sangat sulit dipercaya kan? kalau sampai Jack di jam segini masih keluyuran. Apalagi itu berada di dalam mobil menjemput Maira. Rasanya dari seratus persen kemungkinan, hal itu hanya akan terjadi nol koma nol nol satu persen saja.
"Apa aku harus turun dan menggendong kamu masuk?" tanya Jack lagi karena Maira memang bengong di luar.
Gimana gak bengong, ini seperti keajaiban dunia yang tidak tercatat oleh UNESCO.
Tapi mendengar kata Jack, kalau akan menggendongnya. Itu membuat kesadaran Maira kembali.
"Ah, iya" katanya yang segera masuk ke dalam mobil.
Paul menutup pintu mobil dan masuk juga ke dalam mobil. Dia segera menyalakan mesin dan meninggalkan tempat itu.
Paul melirik ke spion tengah itu. Dimana Jack tampak mengalihkan pandangannya ke kaca jendela mobil.
'Tuan ini, kenapa malah mengabaikan nona seperti itu. Tadi saja sibuk ingin menjemputnya. Aku bilang pulangnya jam 1 dia tidak percaya, kami bahkan sudah berangkat dari jam 10 tadi, menunggu di tempat tadi. Apakah pernikahan kontrak ini, akhirnya akan jadi pernikahan yang sesungguhnya untuk tuan?' batin Paul.
Karena memang yang terjadi adalah seperti yang sedang dikatakan Paul dalam hatinya itu. Tiba-tiba saja jam 10 malam, Jack menghubungi Paul. Dan mengatakan akan pergi menjemput Maira. Paul yang sudah pernah menunggu Maira pulang kerja mengatakan kalau Maira pulang jam 1 malam.
Namun Jack tidak percaya, dia minta Paul berangkat saat itu juga. Ini rekor loh, rekor yah mungkin tidak tercatat dalam muri, seorang Jack, Jackson Romero. Menunggu seseorang di dalam mobil selama 3 jam.
Sementara Maira masih merasa sepertinya tidak mungkin Jack sampai menjemputnya seperti ini.
'Mungkin tuan memang punya urusan tadi, sekalian lewat. Makanya bisa...'
"Apa kamu pikir kamu robot?" tanya Jack tiba-tiba.
Paul yang mengemudi di depan juga cukup terkejut. Bosnya itu jarang sekali bicara di dalam mobil. Dia benar-benar penasaran, sayangnya dia harus konsentrasi mengemudi. Jadi, dia tidak akan mendengarkan percakapan bosnya dan nyonya bosnya itu.
Mendapatkan serangan pertanyaan tiba-tiba itu. Maira yang memang sudah lelah jadi agak lola alias loadingnya lama.
"Hah..."
Maira refleks saja menunjukkan reaksi itu pada Jack.
Jack yang tadinya memalingkan wajahnya, menoleh ke arah Maira.
"Tidak dengar?" tanya Jack dengan raut wajah datar andalannya.
Maira menggelengkan kepalanya perlahan. Dan Jack melambaikan tangannya pada Maira.
"Sini!" kata Jack memberi perintah pada Maira.
Maira yang memang ingin dengar apa yang tadi di katakan oleh Jack. Segera menggeser duduknya. Tapi hanya satu geseran saja, jarak mereka bahkan masih setengah meter jauhnya.
Jack mendengus pelan. Dia yang merasa Maira masih sangat takut dan menjaga jarak darinya, menggeser duduknya mendekati Maira.
Mata Paul yang kebetulan melirik lagi ke spion tengah itu sampai terbelalak.
'Apa itu? tuan menggeser duduknya?' batinnya terkejut.
Bahkan batin Paul saja sampai terkejut. Dia yang sudah ikut bertahun-tahun dengan Jack, memang belum pernah mendapati bosnya bertingkah seperti itu.
Sayang sekali, dia harus kembali fokus mengemudi. Seandainya saja dia boleh menyalakan pilot otomatis mobil mewah ini. Tapi itu tidak akan dibiarkan oleh Jack.
Maira yang mendapati posisi duduknya dan Jack sepertinya sangat dekat. Mencoba mundur. Tapi Jack melah menahannya. Pria itu menahan tangan Maira.
"Apa kamu pikir kamu itu robot?" tanya Jack.
Maira menelan salivanya dengan susah payah. Jack menatapnya, dan jarak mereka teramat dekat. Sepertinya jantung Maira akan kembali membuat masalah untuknya. Berdebar dengan begitu kencang sampai dia merasa begitu gugup.
Situasi ini sangat canggung bagi Maira. Jangankan bisa menjawab pertanyaan Jack yang terdengar agak aneh itu. Mulutnya bahkan tidak bisa terbuka. Jarak mereka terlalu dekat bagi Maira.
Jack melihat Maira yang terus menatapnya, tapi kelopak matanya sesekali bergetar. Sepertinya gadis itu memang masih canggung padanya.
"Sudahlah, tidur saja. Kamu pasti lelah!" kata Jack mengarahkan kepala Maira ke bahunya.
Maira bingung, dia benar-benar tidak ingin berada dalam posisi seperti ini. Apalagi di depan juga ada Paul. Maira menarik dirinya, dia menegakkan kepalanya.
"Tuan, tidak usah. Aku tidak mengantuk..."
"Di dalam surat perjanjian itu, kamu harus menurut padaku. Jika tidak, denda yang kamu harus bayar setiap pelanggaran adalah 10 juta rupiah!" sela Jack.
Paul mengernyitkan keningnya.
'Hah, poin ke berapa? aku yang membuat surat perjanjian itu! kenapa aku tidak merasa ada poin itu?' batin Paul.
Maira yang mendengar itu langsung menghela nafas panjang. 10 juta itu banyak, dia tidak mungkin berhutang lagi.
Maira pun dengan gugup kembali menyandarkan kepalanya di bahu Jack.
"Bagus, tidurlah" kata Jack lalu memalingkan wajahnya ke arah jendela.
'Tidur? bagaimana bisa tidur kalau posisinya seperti ini. Ini tuan kenapa sih? makin hari makin aneh?' batin Maira.
Paul yang kembali melirik spion tengah terkekeh dalam hati.
'Tuan... tuan! bilang saja mau dekat-dekat dengan nona Maira. Pakai alasan denda segala!' batin Paul.
***
Bersambung...
kalau bisa double up lagi thor 🤭maaf ngelunjak thor😁😁😁😁
💪💪💪💪💪💪💪