NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:437
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Malam itu kota seperti berubah wujud. Bukan lagi sekadar deretan gedung, lampu jalan, dan suara kendaraan. Bagi Kenny, seluruh kota adalah labirin gelap yang sedang menelan satu-satunya orang yang ingin ia lindungi dengan seluruh hidupnya.

Dan ia tidak akan membiarkan labirin itu menang.

Rumah Kenny mendadak menjadi pusat komando. Orang tua Kenny duduk gelisah di sudut ruang tamu, sementara Reno sibuk menekan layar ponsel, menghubungi beberapa orang sekaligus. Kenny berdiri di tengah ruangan seperti seseorang yang dipaksa menahan badai di dadanya.

Setiap detik terasa seperti dihukum.

Setiap napas mengingatkannya bahwa Keyla masih di luar sana—sendirian, ketakutan, mungkin terluka. Pikiran itu hampir membuatnya kembali kehilangan kendali, tapi kata-kata Reno tadi berhasil menancap.

“Kalau kamu roboh sekarang, Keyla sendirian.”

Kenny tidak boleh roboh. Tidak malam ini. Tidak sampai Keyla ada di pelukannya lagi.

Ia mengangkat ponselnya dan menekan satu nomor.

“Semuanya ke rumah sekarang,” katanya dengan suara serak namun tegas. “Darurat. Tidak ada pengecualian.”

Di seberang, seseorang menjawab, “Baik, Boss. On the way.”

Kenny menutup telepon. Rahangnya mengeras.

Reno mengangkat alis. “Semua anak buahmu datang?”

“Semua,” jawab Kenny tanpa ragu. “Tidak ada satu pun yang tinggal diam.”

Tiga puluh menit kemudian…

Rumah Kenny penuh sesak. Sekitar dua puluh pria berbadan besar, sebagian mantan petugas keamanan, sebagian pekerja lapangan yang telah lama bekerja untuk Kenny, berdiri menunggu instruksi.

Di antara kerumunan itu, seorang pria kurus dengan hoodie hitam berdiri paling belakang, memegang laptop tipis. Namanya Ares—hacker andalan Kenny—orang yang bisa membobol kamera mall dalam waktu tiga menit tanpa meninggalkan jejak.

Semua mata tertuju pada Kenny.

Kenny berdiri di depan mereka, wajahnya keras tapi matanya memerah menahan amarah dan ketakutan yang sama kuatnya. Ia menghirup napas panjang.

“Istri saya,” suaranya mulai bergetar tapi ia menahannya. “Diculik.”

Ruangan langsung sunyi. Tidak ada satu pun yang berani bergerak.

“Pria yang menculiknya menggunakan pintu pagar belakang. Dia memotong gembok dengan alat khusus. Dia bergerak cepat. Profesional.”

Mata Kenny menyapu seluruh ruangan.

“Aku ingin kalian menyisir semua jalan di radius 10 kilometer dari rumah ini. Bagi wilayah jadi dua puluh titik. Gunakan mobil, motor, apa pun.” Ia mengepalkan tangan. “Kalau kalian lihat mobil mencurigakan atau orang yang seret-seret seseorang… kalian hubungi aku. Langsung.”

“Siap, Boss!” seru mereka serempak.

Tapi Kenny belum selesai.

“Kalau kalian ketemu orang itu…”

Ia berhenti sejenak. Napasnya bergetar.

“…jangan serang dulu. Jangan bertindak gegabah.”

Reno mengangguk tipis—bagus, Kenny masih waras.

“Prioritas utama adalah keselamatan Keyla. Dia… dia harus pulang hidup-hidup.”

Semua orang menunduk hormat.

Ares maju dengan laptopnya. “Boss, saya siap akses seluruh CCTV kota. Tinggal kasih saya lokasi terakhir yang kita curigai.”

Kenny mengangguk seolah berterima kasih tanpa kata. “Kita mulai dari gang belakang rumah.”

Ares langsung duduk di meja makan, mengeluarkan USB alat pembobol jaringan, dan mulai bekerja dengan kecepatan tangan yang bahkan Reno sulit ikuti.

Reno berdiri di sisi Kenny. “Kita bagi. Aku ikut tim barat. Kamu ke mana?”

Kenny memandang pintu depan.

“Aku ke lokasi terakhir. Jejak yang dia tinggalkan… pasti belum hilang sepenuhnya.”

Reno mengangguk. “Oke.”

Sebelum semua orang berangkat, Kenny memandang seluruh anak buahnya satu per satu.

“Tolong.” suaranya tidak sekeras sebelumnya.

Lebih seperti permintaan seorang lelaki yang tengah kehilangan separuh napasnya.

“Selamatkan dia. Bantu aku bawa istriku pulang.”

Dan seluruh anak buah kenny yang berada di ruangan itu menjawab:

“Siap, Boss!”

Dalam beberapa menit, halaman depan rumah Kenny penuh dengan suara mesin motor dan mobil yang dinyalakan. Lampu-lampu menyala. Para anak buah menyebar seperti pasukan kecil yang siap menyisir kota.

Kenny masuk ke mobilnya sendiri. Reno duduk di kursi penumpang, meski wilayahnya seharusnya berbeda.

“Aku ikut dulu,” katanya pendek. “Sampai kamu stabil.”

Kenny tidak membantah. Ia menyalakan mesin, menginjak pedal, dan mobil meluncur kencang menembus jalanan malam.

—Di sisi lain kota—

Keyla terseret masuk ke ruangan gelap yang bau apek, seperti gudang tua yang tidak pernah dibuka selama bertahun-tahun. Tangannya masih terikat, matanya masih tertutup, kakinya menyeret lantai kasar.

Penculik itu menurunkannya kasar ke lantai.

“Di sini… tempat kamu seharusnya berada sejak dulu,” katanya pelan.

Keyla menggeliat, tubuhnya semakin gemetar namun ia berusaha tetap sadar. Suara-suara tadi masih menggema di kepalanya. Potongan-potongan masa kecil yang dihancurkan seseorang. Tangis perempuan yang memanggilnya. Kata “ayah” yang membuat dadanya perih.

Siapa pria ini?

Apa hubungannya dengan masa lalunya?

Suara langkah penculik itu mendekat. “Setelah semua ini selesai… kamu akan ingat kenapa aku memanggilmu Dira.”

Keyla menggeleng cepat, mencoba menjerit meski mulutnya dibekap kain.

Tidak.

Dia bukan Dira.

Dia bukan anak kecil itu lagi.

Tapi penculik itu hanya tertawa lirih.

“Tidak apa-apa. Kamu akan ingat semuanya. Dan saat kamu ingat…” Ia membungkuk, membisikkan kata yang membuat jantung Keyla membeku.

“…kamu akan kembali jadi milikku.”

—Kembali pada Kenny—

Ia dan Reno tiba di gang belakang tempat jejak itu hilang. Lampu jalan redup. Hanya suara anjing menggonggong di kejauhan. Kenny menyalakan senter ponselnya dan memeriksa tanah.

Ada bekas seretan kecil. Ada bekas sepatu. Dan ada jejak roda mobil yang sepertinya baru lewat.

Reno menunduk. “Jejak ban ini masih baru. Mungkin belum sejam.”

Kenny menyentuh tanah itu. Dinginnya menusuk kulit tangan, tapi ia tidak peduli.

“Keyla lewat sini…” gumamnya lirih, suaranya hampir pecah.

Reno menatapnya diam-diam. Ia tahu, kalau dibiarkan, Kenny akan kembali tenggelam dalam rasa bersalah itu.

Dan benar saja—Kenny tiba-tiba meremas rambutnya sendiri.

“Seandainya aku naik ke atas lebih cepat… seandainya aku nggak turun ke bawah dulu… Keyla pasti—”

“Kenny.” Reno memotong dengan tegas. “Berhenti.”

Kenny menggertakkan gigi.

“Bukan kamu yang nyulik dia. Kita temukan dia, bukan sesali apa yang udah terjadi.”

Kenny mengembus napas dalam-dalam, mencoba menahan air mata.

Ponselnya tiba-tiba berbunyi.

Ares.

“Kenny, aku dapet rekaman CCTV!” suaranya terdengar tegang. “Aku masuk ke kamera di ujung gang. Ada mobil putih berhenti tepat lima menit setelah kamu naik ke kamar.”

Kenny merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. “Plat nomor?”

“Tidak jelas. Sudah disamarkan. Tapi aku bisa kira jenis mobilnya. Dan—tunggu sebentar…” suara keyboard cepat terdengar. “Aku cek CCTV kedua… dan ketiga… Boss, mobil itu bergerak ke arah jalan utama.”

“Ke arah mana persisnya?” Kenny bersandar ke mobil sambil menunggu jawaban, tubuhnya tremor karena menahan cemas.

“Arah utara. Menuju gudang perbatasan kota.”

Gudang.

Kata itu seperti pukulan listrik.

“Orang itu pasti nyembunyiin Keyla di tempat tertutup,” Reno memikirkan cepat. “Gudang sepi, bau, gelap. Cocok untuk sembunyiin seseorang.”

“Aku kirim lokasi ke HP Boss,” lanjut Ares. “Dan aku bakal cari CCTV sepanjang rute mobil itu. Kita bisa kejar.”

“Bagus.” Kenny langsung menutup telepon dan menatap Reno. “Kita ke gudang itu. Sekarang.”

Reno mengangguk.

Kenny masuk ke mobil, dan untuk pertama kalinya malam itu—

ada sedikit harapan dalam suaranya.

“Keyla… Aku datang.”

Di tempat lain…

Keyla masih berada dalam kegelapan ruangan. Tapi kini… sesuatu berubah.

Dari kejauhan, ia mendengar suara. Bukan suara penculik.

Tapi suara mesin mobil.

Mendekat.

Semakin dekat.

Keyla menegang.

Apakah itu…?

Tidak. Tidak mungkin cepat ini.

Atau…

Suara pintu gudang berderit terbuka.

Dan semuanya kembali sunyi.

Di dalam mobil, Kenny menginjak pedal lebih dalam. Wajahnya pucat namun matanya menyala.

“Kenny,” Reno berkata pelan. “Begitu kita sampai sana… kita harus hati-hati. Orang itu pasti bersenjata.”

Kenny mengangguk tanpa menoleh. “Aku nggak peduli dia bawa apa. Yang penting… aku bawa pulang istriku.”

Mobil melaju menembus malam.

Dan babak pencarian Keyla—

baru saja dimulai.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!