NovelToon NovelToon
Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Debar Indah Untukmu Tuan Penolongku

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Cinta Seiring Waktu / Enemy to Lovers
Popularitas:217
Nilai: 5
Nama Author: ewie_srt

zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

delapan

Zahra tiba di kamarnya, ketika waktu salat ashar hampir habis. Tergopoh ia melangkah setengah berlari, membuka pintu kamarnya.

Zahra terkejut, ternyata adiba juga sedang salat. Perlahan zahra masuk, dengan bersijingkat agar suaranya tidak mengganggu sahabatnya itu.

Zahra melepaskan jilbab syar'i yang ia gunakan untuk salat, melemparkannya ke atas meja, helaan nafasnya terdengar berat.

"ehhh, kenapa raa?, habis salat kok keknya bebannya gak hilang juga?" adiba yang sedang melipat pakaian di atas ranjangnya, terlihat penasaran. Mata besarnya memicing sempurna,

"aku pusing adiba, akhirnya pangeran ommar mengungkapkan perasaannya"

Adiba tersenyum simpul, tak ada keterkejutan di wajah manisnya itu, ia hanya tersenyum penuh arti,

"kan aku dah bilang, kamu sih nggak percaya"

Zahra mengangguk, ia membenarkan ucapan sahabatnya itu,

"trus kamu jawab apa?"

Zahra menoleh, kemudian menggeleng lesu.

"aku tak enak hati langsung menolaknya, aku hanya minta waktu seminggu untuk memberikan jawaban"

"kamu cari masalah raa..." geleng adiba nggak habis pikir,

"kalau kamu nggak punya rasa ke pangeran ommar, kenapa juga kamu memberikan harapan padanya"

"aku tahu adiba, aku cuman nggak enak hati langsung menolaknya tadi" jawab zahra kalut,

"aku nggak sanggup mematahkan harapan yang terlihat indah dari mata hazelnya tadi"

"ck..ck..ck.." decakan adiba membuat zahra kesal mendengarnya,

"rasa nggak enak hatimu itu, akan membuatmu susah tahu?" adiba meletakkan pakaian yang selesai di lipatnya ke dalam lemari. Ia menghampiri zahra yang tertegun.

"kalau kamu suka, terima saja. Tapi kalau kamu nggak suka jangan permainkan perasaan orang raa.."

Zahra termenung, ucapan adiba menghadirkan rasa bersalah di hatinya, yah benar memang zahra memiliki sifat menyebalkan itu, tak enak hati atau people pleasure. Dan benar juga kata adiba, ia sering terjebak oleh sifatnya itu.

"nggak usah nunggu seminggu raa, kasihan pangeran ommar. Karena menurutku beliau benar-benar suka kamu, semakin lama kamu menahan jawaban jujurmu semakin membuat beliau berharap lebih padamu"

"kamu benar adiba, tapi aku nggak tega" sahut zahra lirih,

"trus, apakah kalau kamu nunggu seminggu lagi, apakah jawabannya kira-kira akan membahagiakan beliau? Tidak kan?" sahut adiba cepat,

"kecuali kamu memang benar-benar akan mempertimbangkannya"

"trus aku harus gimana?" tatapan zahra terlihat bingung.

"telpon beliau, ajak ketemuan dan langsung katakan sejujurnya jawabanmu, so simple zahra. Nggak nyakitin hati kamu ataupun beliau" tukas adiba santai, namun tepat sekali.

"hehhhhhhh" zahra menghela nafasnya yang terasa sesak di dada, seandainya saja ia memiliki sedikit saja sikap seperti adiba, zahra yakin kepalanya nggak akan sepusing ini.

"raa..." panggil adiba, setelah keheningan menyinggahi mereka beberapa saat. Zahra menoleh, menanti pertanyaan dari gadis itu yang terlihat ingin bertanya.

"apakah pangeran ommar sama sekali tidak memberikan sesuatu di hatimu? Rasa kagum misalnya?"

Zahra mengangguk tipis,

"tentu adiba, aku juga wanita normal. perempuan mana yang tidak suka pria tampan bin tajir seperti beliau. Tapi bukankah aku pernah sampaikan padamu, seandainya saja beliau masih lajang, aku pasti langsung menerimanya. permasalahannya sekarang adiba cantik, aku tidak mau jadi orang ketiga dalam hubungan orang lain"

Adiba mengangguk-anggukan kepalanya

" kalau kamu udah ngomong gitu raa, aku nggak bisa komen apapun, karena seperti katamu, itu adalah prinsipmu, so Sebagai sahabat aku hanya akan mendukung semua keputusan yang kamu anggap baik"

"thanks adiba, terima kasih banyak" ujar zahra tulus, senyum penuh rasa terima kasih tersemat indah di wajah cantiknya.

"you're welcome honey" senyum adiba yang cantik sungguh terlihat menenangkan,

"aku akan temani kamu, kapanpun kamu ingin bicara dengan pangeran ommar, tapi saranku secepatnya ya ra"

Zahra mengangguk, ia bertekad kuat harus mampu menolak pria itu dan mengembalikan beasiswa yang menurutnya terindikasi perasaan pribadi itu.

Zahra masih termenung dengan isi kepalanya yang berisik, ketika kamar mereka diketuk seseorang,

Adiba dan zahra secepat kilat menyambar hijab dan mengenakannya, adiba melirik, seakan meminta persetujuan zahra untuk membuka pintu itu, dan zahra mengangguk tipis.

"apakah zahra ada?" pertanyaan yang langsung memantik keingintahuan zahra begitu pintu kamar mereka terbuka, zahra berdiri, melangkah menuju pintu,ibu asrama mereka berdiri di depan pintu dengan raut wajah cemas.

"yah sayyida? Ada apa?" zahra menatap penuh tanya, wanita baik bertubuh gemoy itu.

"zahra.." seru wanita itu meraih jemari zahra cepat, zahra terkejut, namun ia tak menarik tangannya.

"putri latifa mencarimu!, apa yang terjadi zahra?"

"putri latifa?" zahra mengernyitkan keningnya penasaran,

"siapa putri latifa sayyida?"

Adiba terlihat terkejut, tangannya memegang lengan zahra, wajah cantik gadis itu terlihat gelisah.

"nak..., apakah kamu punya salah terhadap beliau?" mata besar wanita separuh baya itu menatap penuh selidik, zahra semakin penasaran, matanya menatap adiba dan wanita itu bergantian.

adiba mencondongkan tubuhnya, membisikkan sesuatu ke telinga zahra, gadis itu membelalak tak percaya, mulut zahra sampai terperangah.

"istri pangeran ommar?" tanyanya lagi berusaha meyakinkan hatinya yang berdegub kencang.

Adiba mengangguk, tangannya mengelus punggung zahra,

"dimana beliau sayyida?" tanya zahra meremas cemas jemari wanita tua itu,

"di lobby, tempat biasa menerima tamu",

Zahra mengangguk cepat, walau rasa takut dan khawatir menghantuinya, ia harus bertemu wanita itu dan menjelaskan sesuatu.

"aku akan menemanimu" ucap adiba lembut menenangkan, zahra mengangguk dengan senyum tulusnya,

"terima kasih adiba"

Bertiga mereka berjalan menuju ke lobby tempat biasa mahasiswi menerima tamu. Jangan ditanya bagaimana perasaan zahra saat ini, semua rasa campur aduk di dadanya, inilah hal yang paling zahra takutkan, didatangi istri dari pria yang menyukainya. Zahra sangat anti dengan sebutan perebut suami orang, karena kata-kata itu sudah mendarah daging dalam hidupnya. Zahra memiliki ayah sambung hasil dari ibunya merebut dari wanita lain, itulah sebabnya zahra tidak pernah mau berurusan dengan pria beristri, walau di negara tempat ia menimba ilmu ini, hal seperti itu adalah wajar, namun zahra tetap tidak bisa dan tidak mau masuk ke dalam kewajaran itu.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!