Gadis berusia dua puluh tahun harus merelakan impian pernikahannya dengan sang kekasih demi memenuhi keinginan terakhir sang ayah. Ia di jodohkan dengan bujang lapuk berusia empat puluh tahun yang hidup dalam kemiskinan.
Namun siapa sangka, setelah enam bulan pernikahan Zahira mengetahui identitas asli sang suami yang ternyata seorang milyarder.
Banyak yang menghujatnya karena menganggapnya tidak pantas bersanding dengan sang suami hingga membuatnya tertekan. Akan kah Zahira tetap mempertahankan pernikahan ini atau ia memilih untuk meninggalkan sang suami?
Dukung kisahnya di sini!
Terima kasih buat kalian yang mau suport author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SATU KALI DAYUNG DUA PULAU TERLAMPAUI
Jeduarrr....
Tubuh Hira terhuyung ke belakang begitu mendengar ucapan Aarav. Ia tidak menyangka Aarav mengambil keputusan sendiri tanpa bertanya padanya. Janji yang baru saja Aarav ucapkan, kini dengan mudahnya ia lupakan. Bahkan dengan terang terangan ia akan mengkhianati pernikahan yang baru saja di resmikan dengan acara resepsi. Apakah Aarav tidak memikirkan betapa malunya Hira saat ini? Pasti Hira jadi bahan tertawaan semua orang. Mereka pasti mengira kalau Hira bukan wanita yang di inginkan.
" Aarav!!!" Bentak bu Hesti. Ia mendekati sang putra.
" Aarav, pikirkan baik baik keputusanmu ini nak! Tolong jangan egois! Pikirkan perasaan Hira sayang. Mama tidak mau tahu siapa pelakunya, mama tidak mau mengusut masalah ini lagi. Biarlah masa lalu menjadi masa lalu nak. Yang harus kita pikirkan, masa depanmu bersama Hira." Ujar bu Hesti mencoba menyadarkan Aarav. Meskipun ingin sekali ia menghukum pelaku yang sudah membunuh suaminya, namun ia tidak mau mengorbankan pernikahan Aarav dan Hira.
" Aku sudah memikirkannya ma. Aku harap mama dan Hira mau mengerti."
Dunia Hira seakan runtuh mendengar jawaban dari Aarav. Dadanya terasa sesak, baru beberapa hari menikah sudah mau di madu. Tak terasa air mata menetes membasahi pipinya.
Melihat itu, Aarav mendekatinya. Ia menatap Hira dengan tatapan sayu.
" Hira mas minta maaf! Mas harap kamu bisa mengerti apa yang coba mas lakukan kali ini. Mas harus menghukum pelaku itu demi papa. Dan buktinya hanya ada di tangan Della. Mas minta maaf sayang karena mas harus menikahi Della." Tangan Aarav terulur hendak mengusap air mata Hira namun Hira memalingkan wajahnya.
" Entah mengapa aku tidak bisa mengerti apapun yang kamu lakukan mas. Bahkan saat ini, sebelum ini, dan mungkin setelah ini." Sahut Hira. Ia menatap Aarav dengan mata berkaca kaca. " Sebelumnya kau berbohong padaku dengan menyembunyikan indentitas aslimu. Dan sekarang, kamu memutuskan untuk menikahi wanita lain di depanku tanpa mempedulikan perasaan aku. Mungkin ke depannya kau akan melakukan banyak hal yang akan menyakiti diriku. Selesaikan urusanmu mas, aku tidak mau terlalu jauh terlibat denganmu."
Hira berbalik badan, ia melangkah meninggalkan Aarav. Aarav hendak menyusul namun Della menghentikannya.
" Aarav, kita selesaikan masalah ini dulu." Della menarik tangan Aarav. Aarav hanya bisa mengikutinya. Demi bisa menuntut keadilan atas kematian ayahnya, ia sampai menjadi orang linglung yang tidak bisa berpikir mana yang baik dan mana yang buruk.
" Aku akan memberikan bukti ini padamu, sekarang kau harus menikahi aku. Aku sudah mengundang penghulu ke sini. Kita lakukan pernikahan saat ini juga mumpung tamu undangan masih di sini." Ujar Della.
" Aarav! Jangan percaya omongan Della. Dia hanya menjebakmu. Pemutar suara itu palsu, bisa saja dia sengaja melakukan ini demi mendapatkanmu." Ujar tuan Seno. " Aku tahu, kematian putraku memang karena kecelakaan bukan sabotase seperti yang Della katakan. Kamu jangan tertipu Aarav." Imbuh tuan Seno.
Della menatap tuan Seno dengan tatapan sengit, " Kenapa kakek? Kenapa sepertinya kakek cemas begitu? Apa karena kakek kenal dengan pelaku pembunuhan itu?"
Deg...
Aarav langsung menatap tuan Seno.
" Jangan dengarkan ucapannya Aarav. Dia wanita gila harta. Dia..." Tuan Seno menghentikan ucapannya.
Bu Hesti melirik sang mertua dan Della bergantian. Ia merasa ada yang aneh di antara hubungan keduanya.
" Kenapa lelaki tua itu mengatakan hal itu? Bukan kah Della cucu menantu pilihannya? Dan kenapa dia selalu menghalangi Della untuk mengungkap kematian mas Alaric. Mas Alaric putranya, seharusnya dia mendukung perbuatan Della bukan? Dengan begitu dia bisa ikut menghukum pelakunya. Kecuali...." Pikiran bu Hesti kacau saat itu. Rasa curiga mendorongnya untuk berpikir buruk namun ia segera menepisnya.
" Mana mungkin dia yang melakukan pembunuhan ini. Tapi tadi di rekaman suara, pelaku tahu kalau itu mobilku dan mau aku gunakan untuk bertemu teman temanku. Itu artinya pelakunya bukan orang jauh melainkan orang dekat. Atau jangan jangan memang dia pelakunya? Rekaman tadi sudah di ubah suaranya dan banyak kata kata yang di sensor sampai aku tidak mendengarnya dengan jelas. Aku harus melakukan sesuatu agar mereka berdua saling serang. Dengan begitu aku bisa mendapatkan bukti tanpa harus melihat Aarav menikahi Della." Ujar bu Hesti dalam hati. Ia membisikkan sesuatu pada Arkan di balas anggukan kepala oleh Arkan yang berdiri tak jauh darinya.
" Dia kenapa tuan Seno?" Tanya bu Hesti menatap ayah mertuanya. " Apa ucapan Della benar, kalau anda ada hubungannya dengan pelaku pembunuhan suamiku? Atau malah anda sendiri pelakunya."
" Jaga bicaramu Hesti!!!" Bentak tuan Seno.
" Alaric itu putraku, bahkan putraku satu satunya. Tidak mungkin aku ingin melenyapkannya. Bahkan melenyapkan kamu saja aku tidak setega itu. Jangan dengarkan Della, dia wanita buruk. Wanita pembohong, wanita murahan. Bahkan dia mencoba menggoda kakek dengan tubuhnya."
" Apa???" Pekik Aarav dan bu Hesti bersamaan. Bu Hesti tersenyum, ia merasa telah berhasil memancing umpan. Tinggal menunggu umpan satunya.
Della mengepalkan erat tangannya. Ia merasa kakek tua itu memang tidak berguna.
" Tidak Aarav. Dia berbohong! Aku tidak pernah menggoda Kakekmu. Justru kakekmu lah menggoda aku, dia mengancam aku. Dia memaksaku untuk menjadi pemuas birahinya selama ini."
Jeduarrrr...
Suatu keberuntungan bagi bu Hesti mendengar pengakuan ini. Ia akan terus memancing keduanya sampai ia mendapatkan bukti dengan mudah.
" Oh astaga kakek tua. Kenapa anda tega dengan wanita muda seperti Della?" Bu Hesti mulai memainkan sandiwaranya. Ia menatap sang mertua. Desas desus mulai terdengar kembali dari bibir para tamu undangan. " Tapi aku tidak heran sih. Anda sudah lama tidak menyentuh wanita, jadi bisa saja anda memaksa Della untuk memuaskan nafsu anda." Sinis bu Hesti. Membayangkannya saja ia merasa jijik.
" Kamu jangan percaya padanya, dia sengaja menggodaku demi bisa mendapatkan uangku. Kalau kau tidak percaya, kau bisa cek barang barang yang dia pakai semuanya barang mewah. Kalau dia tidak menguras uangku, darimana dia bisa membeli semua itu."
Semua orang mengamati Della dengan teliti. Bahkan dari atas sampai bawah tidak luput dari tatapan mereka. Dan benar saja, semua yang Della pakai barang branded hasil merampok uang si kakek tua.
" Tapi dia masih serakah. Dia menginginkan Aarav karena dia tahu isi wasiatku. Setelah aku tiada nanti aku akan memberikan semua hartaku kepada Aarav. Itu sebabnya dia memaksaku untuk memaksamu agar kamu mau menikahinya. Dia juga mengancam aku, kalau aku sampai gagal membuatmu menikah dengannya, dia akan memfitnahku. Dan inilah fitnahnya, dia menuduhku seolah olah aku lah yang membunuh ayahmu." Ujar tuan Seno dengan penuh emosi. Ia harus bisa membela diri.
Bu Hesti tersenyum getir, ia maju ke depan menghadapi ayah mertuanya.
" Darimana anda tahu kalau Della menuduh anda sebagai pelaku pembunuhan terhadap suamiku?"
Deg...
Tuan Seno baru menyadari kalau dirinya keceplosan. Ia menatap Hesti, Aarav dan Della bergantian.
Della tersenyum smirk, " Bagaimana kakek? Padahal aku tidak menuduhmu atau menyebut namamu tapi kamu sudah mengakui semuanya. Jadi sudah saatnya aku bongkar kebusukanmu." Ujar Della.
" Ka.. Kau... "
" Ya, saya rasa pemikiran anda benar nyonya Hesti. Ayah mertuamu lah pelaku yang sebenarnya."
Jeduarrr...
TBC...
..pintaran mak mu dr pd luu...😏😏