Love And Revenge

Beberapa hari setelah dirawat, akhirnya Dean diperbolehkan pulang. Namun, bukannya beristirahat seperti saran dokter, pria itu justru langsung kembali menjalankan tugasnya, mencari tahu siapa orang yang berani menyusup ke rumah Jacob dan menyerang Evelyn.

Di ruang kerjanya, Dean menatap layar monitor dengan konsentrasi penuh. Rekaman CCTV menampilkan sosok yang menyamar sebagai LV. Ia bahkan memutarnya berulang kali, dengan kecepatan lambat, menelusuri setiap detail, gerak tubuh, cara berjalan sosok tersebut, guna mencari petunjuk.

Namun, meskipun ia sudah menemukan petunjuk kecil, semua itu belum cukup untuk mengungkap identitas sebenarnya dari orang itu. Hingga akhirnya, Dean memerintahkan bodyguard untuk menelusuri rekaman CCTV lain di sekitar jalan menuju rumah Jacob, tepat di hari penyusupan itu terjadi.

Tidak lama kemudian, salah satu bodyguard datang membawa sebuah flashdisk. "Ini, Tuan Dean. Semua rekaman dari area sekitar sudah kami kumpulkan."

Dean mengangguk, lalu segera menancapkan flashdisk itu ke laptop nya. Ia mulai memeriksa satu per satu video, memutarnya perlahan sambil memperbesar layar di bagian yang mencurigakan.

Dan, di sanalah ia menemukan sebuah mobil hitam yang terparkir cukup jauh dari kediaman Jacob. Dean memperbesar tampilan, menahan napas saat melihat sosok wanita turun dari mobil tersebut.

Wanita itu berjalan dengan tenang, lalu berhenti di sebuah sudut yang tidak jauh dari rumah Jacob. Ia berdiri beberapa detik, menatap ke arah rumah, kemudian perlahan mengenakan penutup kepala yang menutupi sebagian wajahnya.

Dean menajamkan pandangan. Ia memutar ulang rekaman itu beberapa kali, lalu membandingkannya dengan footage penyerangan sebelumnya. Tatapan matanya perlahan melebar, baju yang di pakai, gerak tubuh, tinggi badan, semuanya sama.

"Jadi, wanita ini yang menyamar sebagai LV," gumamnya pelan. Ia menatap layar lebih lama, alisnya berkerut dalam. "Tapi, kenapa rasanya aku tidak asing dengannya?"

Ia terdiam sejenak, mencoba mengingat. Hingga tiba-tiba, kilasan wajah seorang wanita muncul di benaknya, wanita yang pernah ia lihat bersama Jack.

Dean menegakkan tubuhnya, matanya membulat. "Jadi, dia?" ucapnya lirih, hampir tidak percaya. "Baiklah, mari kita lihat, apa hubunganmu dengan Nona Evelyn." Tangannya bergerak cepat di atas keyboard, jari-jarinya menari mencari data di sistem keamanan internal.

Dan, beberapa detik kemudian ...

Klik!

Layar menampilkan data lengkap tentang wanita itu.

"Akhirnya ketemu juga," bisiknya.

Dean mencondongkan sedikit tubuhnya, membaca setiap detail yang tertera di layar, mulai dari nama dan wajah wanita itu yang terlihat jelas di hadapannya.

"Rose Charlotte. Mantan anggota organisasi Avernos," gumam Dean. Ia kembali membaca informasi itu dengan seksama, namun tiba-tiba, matanya membelalak. Napasnya tertahan beberapa detik, seolah pikirannya mencoba mencerna fakta yang ia dapat.

"Tidak, ini tidak mungkin," gumamnya nyaris tidak terdengar. Ia menggulirkan layar lebih jauh, membaca catatan-catatan lama yang menampilkan riwayat Rose. Catatan operasi rahasia, foto lama bersama Evelyn, dan simbol Avernos yang terpampang di berkas itu membuat darahnya berdesir.

"Gila! Ini benar-benar gila!"serunya, menepis rasa nyeri di kakinya. "Aku harus segera memberitahu Tuan Jacob!"

Dengan cepat, Dean menutup laptopnya dan berdiri. Meski langkahnya sedikit tertatih karena luka di pahanya belum sepenuhnya sembuh, ia tetap memaksa berjalan cepat menyusuri lorong panjang menuju ruang kerja Jacob. Setiap langkahnya terdengar berat, tapi tekadnya lebih kuat daripada rasa sakit yang mendera.

Sesampainya di depan pintu, Dean mengetuk, lalu mendorong kenop pintu. "Tuan!" serunya.

Jacob yang tengah duduk membaca berkas mengangkat wajahnya, menatap dengan sorot tajam. "Masuklah!"

Dean menutup pintu, lalu berjalan mendekat.

"Ada apa?" tanya Jacob.

"Saya sudah menemukan siapa orang yang menyamar sebagai LV." Dean membuka laptopnya dan meletakkannya di meja, lalu memutarnya menghadap Jacob.

Jacob mencondongkan tubuhnya sedikit, pandangannya tertuju ke layar yang kini menampilkan wajah seorang wanita yang bersembunyi tidak jauh dari rumah nya.

"Namanya Rose Charlotte," ucap Dean. "Mantan anggota organisasi Avernos."

Jacob terdiam. Wajahnya menegang, kedua matanya menyipit perlahan saat membaca data yang terpampang di layar.

"Bukankah, dia wanita yang waktu itu berhadapan dengan Evelyn?" seru Jacob.

"Benar, Tuan. Tapi, saya belum tahu alasan kenapa dia melawan Nona Evelyn, bahkan sampai berani mengkhianatinya."

Jacob terdiam cukup lama. Tatapannya terpaku pada layar laptop yang masih menampilkan wajah Rose. Ada sesuatu dalam pandangan itu, bukan hanya amarah, tapi juga rasa ingin tahu yang dalam.

Akhirnya, pria itu menutup laptop dengan satu gerakan tegas. "Jika kita ingin tahu alasannya, maka kita harus menemuinya langsung."

Tanpa menunggu, Jacob bangkit dari kursinya dan berjalan keluar ruangan dengan langkah lebarnya. Sementara Dean segera menyusul di belakangnya, meski langkahnya masih sedikit tertatih.

Sesampainya di luar, Jacob menoleh sedikit. "Apa kau sudah tahu di mana wanita itu?" tanyanya datar.

Dean menatap sekilas ke arah tuannya sambil tersenyum tipis. "Itu hal yang mudah, Tuan." Ia membuka pintu mobil untuk Jacob, lalu bergegas mengitari kendaraan dan masuk ke kursi penumpang di depan. Begitu mesin mobil menyala, Dean langsung menyalakan laptopnya, jari-jarinya menari cepat di atas keyboard.

Suara ketikan memenuhi kabin, sementara mobil mulai melaju menembus jalan malam. Beberapa menit kemudian, layar laptop menampilkan hasil pencarian.

"Dapat," gumam Dean pelan, matanya menyipit menatap layar. Ia menoleh ke arah Jacob, lalu memutar laptop agar pria itu bisa melihat. "Wanita itu, ada di sini, Tuan."

Jacob menatap tajam lokasi yang tertera di layar, sebuah area industri tua di pinggiran kota.

"Kita ke sana sekarang," ucapnya mantap.

"Baik, Tuan," jawab Dean.

...****************...

Malam semakin larut ketika mobil hitam itu berhenti di depan sebuah kawasan industri tua yang tampak terbengkalai. Lampu-lampu jalan di sekitar lokasi sudah banyak yang mati, meninggalkan bayangan panjang dari bangunan berkarat dan gudang-gudang kosong yang berdiri bisu di bawah langit kelabu.

Sopir mematikan mesin mobil, sementara Dean mulai menatap layar laptop untuk memastikan titik lokasi terakhir.

"Koordinatnya tepat di sini, Tuan. Sinyal terakhir berasal dari gudang ini," ucapnya sambil menunjuk bangunan besar di ujung deretan gudang.

Jacob menatap ke arah yang dimaksud. Ia tidak berkata apa-apa, hanya membuka pintu mobil dengan tenang, kemudian melangkah keluar.

"Kalian tunggu di sini," perintah Jacob.

"Tapi, tuan ... "

Jacob hanya melirik sekilas, membuat Dean menunduk patuh. Lalu, ia berjalan mendekat pintu gudang yang sudah usang. Kemudian, dengan sekali hentakan, Jacob menendang pintu tersebut hingga terbuka lebar.

BRAKH!

Rose terkejut. Dia mengambil senjatanya dan mulai waspada saat terdengar suara langkah kaki mulai masuk ke gudang.

"Akhirnya kita bertemu lagi, nona," seringai Jacob.

DEG!

Rose melebarkan kedua matanya. "Kau ... "