Love And Revenge
Terlihat seorang wanita sedang mencoba gaun pengantin, dibantu oleh pelayan. Ia berdiri di depan cermin besar, tersenyum lembut menatap pantulan dirinya yang tampak begitu anggun dan mempesona.
"Wah, Nona, Anda benar-benar terlihat sangat cantik. Saya yakin, Tuan Jack pasti akan terpesona melihat Anda," ucap pelayan itu penuh kekaguman.
Wanita yang bernama Evelyn, hanya membalas dengan senyum manis. Ia perlahan memutar tubuhnya, memperhatikan gaun itu dari berbagai sudut.
"Apa ini benar-benar aku?" batinnya, menatap dirinya yang terlihat begitu anggun dan lembut, jauh berbeda dari sosoknya yang dingin saat menjalankan misi bersama Jack, kekasih sekaligus pemimpin organisasi hitam.
Ya, hari ini, Jack menemaninya mencoba gaun pengantin yang akan ia kenakan di hari pernikahan mereka. Kebahagiaan itu begitu nyata, membuat Evelyn tidak henti-hentinya tersenyum. "Akhirnya, setelah sekian lama menunggu, impianku untuk bersanding dengan Jack akan terwujud," batinnya lagi.
"Aku akan memperlihatkannya pada Jack," ucap Evelyn penuh semangat. Dengan bantuan pelayan, ia berjalan menuju ruangan sebelah, tempat Jack menunggu.
Namun, langkah Evelyn mendadak terhenti. Senyum yang tadi merekah perlahan memudar, digantikan tatapan terkejut sekaligus hancur. Di depan matanya, Jack sedang bercumbu mesra dengan manajer butik itu.
Jari-jarinya mengepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
"Nona ... " pelayan itu menatap iba Evelyn saat menyaksikan pengkhianatan yang wanita itu dapat di hari menjelang pernikahan mereka.
Namun, Evelyn justru berbalik. Senyum tipis yang penuh kepahitan terukir di bibirnya. "Aku rasa, dia tidak ingin melihatku. Kita kembali saja." Evelyn berjalan dengan langkah gontai. Dia memilih diam, menahan luka yang mengoyak hatinya, meyakinkan diri bahwa cintanya pada Jack, lebih besar dari rasa sakit itu.
Tapi, benarkah begitu?
Tidak berapa lama, Jack datang ke ruangan di mana Evelyn berada. Dia melihat Evelyn yang diam membisu, menatap bayangan dirinya sendiri di cermin. Wajahnya tampak tenang, namun matanya kosong, seperti menyimpan sesuatu yang tidak terucap.
Pria itu perlahan mendekat, lalu memeluknya dari belakang. "Kenapa kau belum mencobanya, hm?" bisiknya lembut, seolah tidak terjadi apa-apa.
Evelyn tersenyum samar, senyum yang dipaksakan. Ia perlahan melepas pelukan Jack, berbalik menghadap pria yang sangat ia cintai sekaligus yang baru saja menghancurkan hatinya.
"Aku sudah mencobanya," jawabnya tenang.
Jack mengerutkan dahi. "Benarkah? Kenapa aku tidak tahu? Aku ingin melihatmu memakai gaun pengantin. Kau pasti akan terlihat sangat cantik."
"Tadinya, aku ingin memperlihatkannya padamu." Evelyn menahan napas, menatap pria itu dengan lembut, meski hatinya masih terasa perih. "Tapi, setelah kupikir-pikir, lebih baik kau melihatnya saat pernikahan kita saja."
Jack mengangkat alis. "Kenapa begitu?"
"Kejutan," jawab Evelyn singkat dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya. Lalu, ia berjalan melewati Jack dengan langkah ringan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Namun, baru beberapa langkah, senyum itu perlahan memudar. Wajahnya berubah dingin, dengan sorot mata yang tajam. Kini, bayangan di cermin tidak lagi memperlihatkan seorang calon pengantin yang berbahagia, melainkan seorang wanita yang dalam diam sedang menahan emosi nya.
Di tempat lain, seorang pria berdiri di depan jendela besar, di ruangannya. Asap rokok keluar dari mulutnya, melayang dan mengepul, sebelum menghilang bersama hembusan angin dari celah jendela, di susul seringai tipis yang muncul di bibirnya.
"Jadi, dia akan menikah?" tanyanya dengan nada datar, namun, tersirat ancaman terselubung.
"Benar, Tuan. Mereka akan menikah di gereja, di lantai dua," jawab anak buahnya dengan hati-hati.
Pria itu mengangguk perlahan, menghisap rokoknya sekali lagi sebelum melepaskan asap dengan napas panjang. "Lalu, bagaimana dengan LV?" tanyanya dengan suara lebih rendah, namun jelas menekan.
Anak buah itu menelan ludah, tampak ragu untuk menjawab. Ia tahu, satu kata salah saja bisa membuat nyawanya melayang.
"Katakan!" sentak nya tiba-tiba.
"Ma-maaf, Tuan. Kami belum menemukan orang bernama LV. Kami sudah menyelidikinya, dan di dalam organisasi mereka tidak ada yang mempunyai nama atau inisial itu," jawabnya terbata-bata.
Pria itu perlahan berbalik. Tatapannya dingin, menusuk, membuat anak buahnya menunduk semakin dalam.
"Tidak ada, kau bilang? Apa kau pikir, aku yang salah, hah?" bentaknya dengan suara menggelegar, penuh kemarahan yang tertahan.
"Ma-maafkan saya, Tuan. Saya akan kembali menyelidikinya."
Pria itu mendengus kasar, lalu mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar bawahannya segera keluar dari ruangannya.
Begitu pintu tertutup, keheningan kembali menyelimuti ruangan tersebut. Pria itu kembali menatap keluar jendela, sebelum membuka telapak tangannya yang terdapat bekas luka yang membentuk inisial LV.
Matanya menyipit, penuh bara dendam. "Aku tidak akan lupa, dan aku pastikan akan mengukir namaku di tubuhmu, LV." Asap rokok kembali mengepul, seiring dengan janji gelap yang bergema di ruang hampa itu.
...****************...
Beberapa hari kemudian, Acara pernikahan itu akhirnya digelar di sebuah gereja megah yang dijaga ketat oleh anak buah Jack.
Di altar, pria itu berdiri gagah dengan jas putih yang menambah wibawanya, dengan senyum puas yang tidak pernah lepas dari bibirnya.
Dan, tidak lama kemudian, pintu besar gereja terbuka. Semua mata tertuju pada Evelyn yang berjalan anggun dengan balutan gaun pengantin putih. Tiara berkilau di kepalanya, langkahnya mantap meski tatapannya menyimpan sesuatu yang sulit terbaca.
Jack terpesona. Tatapannya tidak berkedip, seakan dunia berhenti hanya untuk melihat Evelyn.
"Kau benar-benar cantik, sayang. Aku beruntung memilikimu," bisiknya penuh kagum ketika Evelyn berdiri di depannya.
Evelyn tersenyum lembut, menyambut uluran tangan Jack. Meski senyum itu indah, ada kilatan samar dalam sorot matanya, sesuatu yang hanya dirinya sendiri yang tahu.
Kini, mereka berdiri bersebelahan, menghadap pendeta, siap mengucapkan janji suci yang akan mengikat mereka seumur hidup. Namun, sebelum pendeta sempat membuka suara, dentuman keras mengguncang suasana.
DOR! DOR! DUARR!
Suara tembakan disusul ledakan memecah keheningan. Kaca jendela gereja bergetar, teriakan panik para tamu menggema di seluruh ruangan.
"KITA DI SERANG!!!" teriak salah satu anak buah Jack sambil menarik pistolnya.
Para tamu berhamburan mencari perlindungan, sementara anak buah Jack segera membentuk barisan, menghalangi siapa pun yang mendekat. Asap dan debu mulai memenuhi ruangan, aroma mesiu menyengat di udara.
Jack segera menarik Evelyn ke belakangnya, melindungi tubuh wanita itu dengan sigap. Wajahnya berubah dingin, penuh amarah.
"Brengsek! Siapa yang berani mengacaukan hari pernikahanku," desisnya geram.
BRAKH!
Pintu terbuka lebar, memperlihatkan seorang pria yang berjalan dengan langkah lebar, diikuti anak buahnya yang berjalan di belakangnya penuh siaga.
"Lama tidak bertemu, Jack," ucap Pria itu.
Jack melebarkan kedua matanya, terkejut melihat pria itu. "Kau ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments