Beberapa bulan setelah ditinggalkan kedua orang tuanya, Rama harus menopang hidup di atas gubuk reot warisan, sambil terus dihantui utang yang ditinggalkan. Ia seorang yatim piatu yang bekerja keras, tetapi itu tidak berarti apa-apa bagi dunia yang kejam.
Puncaknya datang saat Kohar, rentenir paling bengis di kampung, menagih utang dengan bunga mencekik. Dalam satu malam yang brutal, Rama kehilangan segalanya: rumahnya dibakar, tanah peninggalan orang tuanya direbut, dan pengkhianatan dingin Pamannya sendiri menjadi pukulan terakhir.
Rama bukan hanya dipukuli hingga berdarah. Ia dihancurkan hingga ke titik terendah. Kehampaan dan dendam membakar jiwanya. Ia memutuskan untuk menyerah pada hidup.
Namun, tepat di ambang keputusasaan, sebuah suara asing muncul di kepalanya.
[PEMBERITAHUAN BUKAN SISTEM BIASA AKTIF UNTUK MEMBERIKAN BANTUAN KEPADA TUAN YANG SEDANG PUTUS ASA!
APAKAH ANDA INGIN MENERIMANYA? YA, ATAU TIDAK.
Suara mekanis itu menawarkan kesepakatan mutlak: kekuatan, uang,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Tentang Poin tukar
Selesai sarapan pagi, Rama dan Pak Suhardi duduk santai di teras rumah. Kehangatan teh di dalam cangkir keramik tipis mengepul tipis, menguapkan aroma melati yang lembut. Keheningan menyelimuti mereka setelah Bela berpamitan dengan semangat untuk pergi ke sekolah.
Pak Suhardi menyesap tehnya, lalu meletakkan cangkirnya dengan hati-hati di meja kayu. Pandangannya beralih ke Rama, yang tampak jauh lebih dewasa dari usianya.
"Oh ya, bagaimana rencana kamu ke depannya, Rama?" tanya Pak Suhardi memecah keheningan. Nadanya lembut, namun penuh perhatian. "Apa kamu mau kerja di sawah saja bersama Bapak, atau kamu berniat mencari pekerjaan tetap di luar sana?"
Meskipun ia dan Bu Maya tidak keberatan Rama tinggal dan bekerja di sawah miliknya—sebab mereka sudah menganggapnya anak sendiri—Pak Suhardi tahu Rama masih muda. Ia harus menemukan jalan hidupnya sendiri untuk membangun masa depannya.
Rama terdiam. Matanya menatap kosong ke arah halaman yang disinari matahari pagi, seolah seluruh masa lalunya terpantul di sana. Ia memang sudah memikirkan hal ini sejak lama. Dulu, ia belum sanggup pergi dari desa ini, karena ia masih merasa kehilangan dan terlalu banyak kenangan di sini bersama kedua orang tuanya.
Kini, rumah kecil peninggalan kakeknya sudah menjadi abu. Rumah kedua orang tuanya sendiri telah ambruk karena musibah beberapa bulan lalu. Tak ada lagi jangkar fisik yang menahannya.
Rama menghela napas berat, seolah melepaskan beban yang sudah lama dipikulnya. "Mungkin... Saya akan pergi ke kota, Pak. Mencari pekerjaan sekaligus pindah sekolah di sana," ujarnya, setelah menimbang baik dan buruknya pilihan tersebut demi masa depan.
Raut wajah Pak Suhardi berubah khawatir. "Kenapa? Apa kamu sudah tidak nyaman tinggal di desa ini, Rama? Jika kamu pergi ke kota karena merasa sudah tak memiliki keluarga di sini, ingatlah: Bapak dan Ibu sudah menganggap kamu seperti anak kami sendiri. Itu sudah terjadi sejak kamu sering membantu Bapak di sawah dan bermain bersama Bela."
Seolah mengerti labirin pikiran Rama, Pak Suhardi berusaha mengingatkan agar pemuda itu tidak mengambil keputusan hanya didorong oleh kesedihan.
"Saya tahu itu, Pak," jawab Rama dengan suara mantap. "Tetapi, bagaimanapun juga, saya harus mulai memikirkan masa depan saya dan mengubah jalan hidup saya. Jika saya terus tinggal di desa ini, selain akan terus dihantui rasa bersalah—" Rama menghentikan kalimatnya sejenak, menatap mata Pak Suhardi, "—Saya juga tidak akan pernah menemukan jati diri saya yang sebenarnya."
"Sudah cukup Bapak dan Ibu membantu saya selama ini. Sejak kedua orang tua saya meninggal, Pak Suhardi dan Bu Maya sudah banyak sekali membantu, bahkan sampai pada titik di mana saya sudah benar-benar tak punya apa-apa."
"Nak," sela Pak Suhardi, suaranya melembut. "Bapak tahu kamu selalu berpikir bahwa kematian kedua orang tuamu terjadi karena mereka berusaha menyelamatkanmu. Tetapi, jika kamu terus berpikir seperti itu... maka kamu tidak akan pernah bisa mengangkat beban di hatimu."
Pak Suhardi menoleh ke arah pemuda itu sekilas lalu menatap ke arah halaman dengan tenang,"Nak, apa pun yang telah terjadi di dunia ini, semuanya sudah diatur oleh Sang Pencipta. Tidak ada yang perlu kita sesali. Baik dan buruknya takdir kita... itu tak lepas dari sebuah cobaan yang secara tidak langsung memberikan kekuatan bagi batin kita."
"Dan kamu harus tahu, Rama... di balik setiap musibah, pasti ada kebahagiaan yang telah Sang Pencipta alam siapkan untuk kita. Kita sebagai makhluk ciptaan-Nya hanya perlu bersabar dan menunggu kebahagiaan itu datang."
Rama terdiam, mencerna setiap kata yang menenangkan itu. Beban di dalam hatinya terasa sedikit terangkat. Ia mengangguk pelan. "Terima kasih, Pak," ucapnya.
Pak Suhardi tersenyum sekilas. "Jadi... apa kamu sudah benar-benar yakin dengan keputusanmu untuk pergi ke kota, Rama?"
Rama kembali mengangguk, kali ini dengan keyakinan penuh. "Saya sudah yakin, Pak. Mungkin minggu depan saya akan berangkat."
Pak Suhardi menatap Rama beberapa saat, memastikan keteguhan pemuda itu. Ia akhirnya menghela napas lega bercampur haru. "Baiklah. Jika memang kamu sudah memutuskannya, Bapak juga tak memiliki hak untuk melarangmu. Hanya saja... jika kelak kamu pulang ke desa ini, kamu bisa jadikan rumah ini sebagai tempat pulangmu, Nak. Selalu."
"Iya, Pak! Akan saya ingat," jawab Rama tulus.
Pak Suhardi kemudian pamit untuk pergi ke sawah. Rama sempat menawarkan diri untuk ikut membantu, tetapi Pak Suhardi menolaknya. Pekerjaan di sawah hari ini hanya sekadar memastikan saluran air tidak tersumbat.
Akhirnya, Rama pun hanya bisa berdiam diri di teras yang kini terasa sepi. Ia menatap pemandangan terakhir desa itu di hadapannya sebelum akhirnya berkata dalam benaknya, "Sistem, buka profil."
[DING: Profil Tuan Rumah Pemilik Bukan Sistem Biasa.]
[NAMA: Rama Keswara]
[RAS: Manusia]
[UMUR: 17 Tahun]
[KEKUATAN TUBUH: 70% / 1000%]
[POIN TUKAR: 430]
[KEAHLIAN YANG DIKUASAI: Memasak Raja Chef]
[HADIAH BELUM DIAMBIL: ( 0 )]
Rama menyipitkan mata pada kolom yang paling menarik perhatiannya. "Sistem... Coba jelaskan tentang Poin Tukar itu. Apa saja yang bisa aku tukar dengan poin tersebut? Apakah berupa pil, atau juga sebuah keahlian?" tanyanya dalam benaknya, karena dari semua yang di berikan oleh sistemnya, baru berupa uang pil dan sebuah keahlian.
[DING! Pada dasarnya sistem memiliki apapun yang Tuan rumah butuhkan Di dalam toko Sistem, Tetapi Sistem akan menampilakan Beberapa Contoh apa saja yang bisa Tuan Tukar Dengan Poin Yang Tuan miliki.]
Seketika, di depan mata batin Rama, layar profilnya menghilang, digantikan oleh tampilan baru yang berkilauan. Layar tersebut terbagi menjadi beberapa kategori yang tersusun rapi, menyerupai antarmuka toko online yang sangat futuristik dan penuh aura misterius.
[DING! Sistem sedang memproses pertanyaan Tuan Rumah...]
[Selamat datang di toko Tukar Poin BUKAN SISTEM BIASA.]
[Tuan Rumah yang terhormat, Poin Tukar adalah mata uang universal yang didapatkan dari penyelesaian misi dan login harian, pencapaian, dan peningkatan statistik. Poin ini dapat digunakan untuk menukarkan apa pun yang Tuan Rumah butuhkan untuk mencapai tujuan dan memperkuat diri.]
Di bawah penjelasan itu, muncul tiga kategori utama yang terlihat mencolok.
[1. Kategori: Pil dan Ramuan]
[Pil penguat tubuh tingkat dasar, meningkatkan kekuatan pada tubuh sebesar 5% secara instan dengan harga 50 Poin tukar]
[Ramuan penyembuh cepat luka ringan dan sedang, memulihkan stamina 50%. Harga 150 Poin tukar ]
...... Dll...?
⚔️ 2. Kategori: Senjata Spiritual dan Peralatan
Sarung Tangan Besi Ringan Meningkatkan kekuatan pukulan sebesar 10% dan memberikan daya tahan dasar. 80 Poin tukar
Jubah Penyamaran Kabut Menyembunyikan aura dan mengurangi kemungkinan terdeteksi oleh makhluk spiritual tingkat rendah. 300 Poin tukar]
[Pedang Spiritual 'Penjaga Jiwa' Senjata tajam yang dapat melukai entitas spiritual dan meningkatkan fokus pengguna. 750 Poin tukar]
..... Dll... "?
3 Kategori keahlian
[Amulet Teleportasi Jarak Dekat Memungkinkan satu kali perpindahan tempat dalam radius 100 meter (sekali pakai). 2.500 Poin tukar]
[Kultivasi ganda, bisa membuat terobosan setiap kali menggunakannya. 10,000 poin tukar. (klik lebih lanjut untuk melihat penjelasannya)
[Menguasai semua semua jenis olah raga. Harga Poin tukar 10,000.]
[Menguasi Semua Jenis alat musik. Harga Poin tukar 10,000.]
......Dll... "?
[DING! Tampilan toko tukar poin saat ini hanya sebagian saja. Sistem memiliki ribuan SENJATA, PIL. KEAHLIAN. Dan apapaun yang Tuan butuhkan. Jika Tuan membutuhkan sesuatu, asalkan Tuan memeiliki Poin tukar maka Tuan hanya perlu mengatakannya saja. Secara otomatis sistem akan menyediakannya untuk tuan.]
Rama tidak bisa tidak terkejut ketika melihat deretan gambar berikut nama ke ahlian, pil. dan bermacam-macam senjata terpapang jelas di sebuah layar hologram di depannya,
[DING! Jumlah Poin tukar Tuan saat ini 430 Poin. semakin banyak Tuan memiliki Poin tukar, semakin Tuan bisa mendapatkan apa saja yang Tuan inginkan.]
Rama benar-benar di buat terpaku melihatnya, apa yang ia lamai saat ini benar-benar di luar imajinasinya. tanpa sadar.. Rama pun teringat kembali dengan kata-kata pak priyadi sebelumnya, Bahwa di balik musibah pasti ada sesuatu keberuntungan yang telah sang Pencipta alam persiapkan.
"Baiklah sistem.. aku mengerti, terimakasih atas penjelasan kehadiranmu dalam hidupku, aku benar-benar merasa beruntung sekarang karena memilikimu,"
[DING! Tidak ada keberuntungan tanpa usaha tuan, Tuan adalah seseorang yang telah di takdirkan terpilih oleh sistem. Tetapi tuan juga harus siap, akan ada tanggung jawab besar yang harus tuan tanggung]
"Aku tau.." jawab Rama cepat,"Terlalu aneh jika kamu tiba-tiba datang dan menawarkan bantuan tanpa tujuan,"