Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.
gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerjasama
Para monster itu menatap Xaviera marah, mereka satu persatu mulai mengeluarkan senjata andalan mereka. target mereka adalah menghabisi gadis yang membawa pedang itu agar misi yang diberikan gurunya berhasil dijalankan. Xaviera pun mulai bersiap kembali dengan mengambil pedangnya dan juga mengeluarkan kekuatan sehingga bilah pedangnya terlindungi oleh selimut biru. monster itu masih menggeram lalu mereka memasang kuda-kuda untuk siap menyerang.
"Hraaaaaa!!! serang dia..."
"Hraaaaaa!!!"
Mereka berlima maju secara bersamaan, Xaviera yang sudah memasang kuda-kuda lalu mulai menyerang mereka. ia berlari dengan sekuat tenaga tak lupa membacakansebuah mantra. secara tiba-tiba dirinya bertambah menjadi 5 orang dengan hanya menambah cloningan 4 saja. sementara Debbara bersiap di belakang dengan menggunakan sihirnya membantu menyerang monster-monster itu.
"Hiaaaaaaatsss..."
Xaviera mulai menebas pedangnya pada monster-monster itu dengan kecepatannya yang luar biasa. dengan menggunakan taktik berpedangnya, ia bisa mengikuti ritme yang dilakukan monster-monster itu. mereka semua masing-masing berhadapan dengan 1 Xaviera. Xaviera yang asli sedang melawan yang diduga monster terkuat di antara yang lainnya. Kelima Xaviera itu berusaha mengalahkan monster itu namun cloningannya justru kalah dan menghilang akibat terkena serangan para monster itu. Xaviera pun terkejut karena mereka ternyata sekuat itu.
"Ap-apa?"
"Hraaaaaaaa!! kau tidak bisa mengalahkan kami anak muda! matilah kau!"
Saat Xaviera mulai lengah, salah satu monster yang berhadapan dengan yang asli segera mengayunkan senjatanya untuk menghabisinya. namun sebelum sampai terkena tubuhnya, senjata monster itu seakan terhalang dan ia pun terpental lumayan jauh. Xaviera pun terkejut dan menoleh ke belakang ternyata itu Debbara yang sudah membantunya.
"Jangan lengah Xaviera!"
Xaviera pun kembali menegaskan wajahnya, kali ini ia harus berhati-hati sebab lawan mereka bukanlah manusia melainkan monster yang mematikan. ia pun kembali memposisikan pedangnya dan menghela nafas agar bisa lebih tenang. setelah tenang kembali, ia pun mulai berlari ke arah mereka dan mulai menyerang mereka. kali ini ia seorang diri dan ia melawan 3 monster. sementara 2 monster berhadapan dengan Debbara.
Hiaaaattttsss...
Xaviera kembali menyerang mereka menggunakan pedangnya, dan menyayat tubuh mereka dengan pedangnya. awalnya ia bangga sebab serangannya itu kena namun tak lama kemudian luka yang ditorehkan ternyata tidak mempan. tubuh mereka kembali seperti semula.
"Apa? tidak mempan?!"
Xaviera kembali menyerang mereka secara bertubi-tubi dengan gerakan yang super cepat, ia kembali melayangkan serangan pedangnya pada tubuh monster itu satu persatu. mereka tidak bisa membaca pergerakan Xaviera yang begitu cepat.
"Haaaaaaa!!!" ia kembali mengayunkan pedangnya dengan sedikit tenaga dalam.
Srek...
Serasa serangannya kena, ia pun berhenti sejenak sebab sudah menyerang mereka secara terus-menerus. ia pun menghela nafas lelahnya, baru kali ini ia mendapatkan lawan yang menguras tenaganya. sementara Debbara masih mempertahankan posisinya dengan menyerang melalui sihirnya. berulangkali monster itu berusaha menyerang namun tidak bisa karena terdapat perisai sehingga mereka tidak bisa mendekat padanya.
Xaviera kembali berdiri dari posisinya, lalu ia menoleh ke belakang untuk melihat dampak dari serangannya. namun ia melebarkan matanya terkejut karena sama sekali tidak terjadi apapun padahal ia sudah menorehkan banyak serangan kepada mereka. ia sudah mulai kelelahan namun monster itu belum terkalahkan juga. ia melihat ke arah Debbara yang juga sedang berisirahat sejenak sebab ia sudah menggunakan sihirnya untuk menyerang kedua monster yang berhadapan dengannya.
Xaviera memutuskan untuk mundur dan menghampiri Debbara untuk mendiskusikan hal ini. "Bagaimana ini Debbara? mereka terlalu kuat. kita hanya berdua, apa kita mampu mengalahkan mereka?" ucapnya yang sudah mulai cemas karena kekuatannya tidak cukup mengalahkan mereka. Debbara masih menghela nafasnya lalu melirik sejenak pada Xaviera yang juga sama sepertinya. "Apa kau ingin menyerah Xaviera melihat lawan yang lebih kuat darimu?"
Xaviera tercengang dengan yang diucapkan Debbara padanya, "Apa?" Debbara menyunggingkan senyumnya. "Kalau kau ingin menyerah ketika melihat lawan yang lebih kuat darimu, maka lebih baik kau tidak usah menjadi kesatria. ingat Xaviera, setiap kelebihan pasti ada kelemahan. kau tidak menyadarinya? mereka lemah akan pergerakan sebab tubuh mereka yang besar melambatkan pergerakannya. maka kita harus mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar untuk menyerang mereka."
Xaviera terdiam, lalu ia pun kembali menatap Debbara. "Lalu bagaimana mendapatkan kekuatan besar itu?"
"Apa kalungmu sudah mulai bereaksi?" Xaviera melihat kalung permatanya yang menyala namun tidak seterang biasanya. ia pun hanya menggelengkan kepalanya pelan, "Belum."
"Baiklah, kita harus menggabungkan kekuatan untuk mengalahkan mereka."
"Bagaimana caranya?"
"Apa kau bisa tahu mantra penggabungan sihir?" Xaviera kembali terdiam lalu ia pun mengangguk sebab ia tahu akan mantra itu yang biasa ia gunakan untuk menggabungkan sihir dengan benda-benda seperti pada pedangnya yang terselimuti oleh cahaya biru. "Aku akan membaca mantra itu, permata milikmu akan mendapatkan sikronisasi ketika aku membacakan mantra sebab permatamu dan juga permataku saling terhubung. aku akan memberikanmu kekuatan lebih dan kau bisa menyerang mereka semua." ucap Debbara dengan tegas.
Mendengar penjelasan Debbara, Xaviera pun mengangguk paham. lalu ia pun menatap para monster yang bersiap akan menyerangnya kembali. keteguhan hatinya sudah mulai kembali. rasa ragu dan cemas yang membelenggu sudah tergantikan oleh rasa percaya diri untuk mengalahkan mereka dengan cepat. ia pun maju beberapa langkah dan berdiri di depan Debbara. keduanya lantas mulai membacakan mantra penggabungan kekuatan. tak disangka, kedua permata itu ternyata sudah menyala dan saling terhubung. Xaviera merasakan tubuhnya seakan mendapatkan energi yang jauh lebih besar. ia pun mulai memasangkan kuda-kudanya dan mempersiapkan pedangnya yang kembali terselimuti cahaya biru. kali ini ia melihat selimut biru itu jauh lebih gelap yang artinya kekuatannya itu sudah pasti bertambah.
Debbara yang sudah membuka matanya, lalu berteriak "Majulah Xaviera!!!"
"Haaaaaaaa!!!!" ia pun kembali berlari menuju para monster itu dan mereka pun kembali berlari untuk menyerang gadis itu. Xaviera kembali bersiap mengarahkan pedangnya, Debbara yang melihat Xaviera akan terkena serangan dari sisi kiri, segera ia memperkuat pertahanan dan melontarkan serangan dengan sihirnya yang sudah tersingkron pada tubuh Xaviera. "Tidak akan kubiarkan!! Haaaa!!!!!" teriak Debbara. lalu beberapa monster itu terpental sehingga Xaviera bisa menyerang dengan leluasa. Pergerakannya yang sangat cepat menyulitkan mereka. Xaviera kini berhadapan dengan dua monster sekaligus lalu mulai melayangkan serangan pada mereka secara bertubi-tubi seperti yang ia lakukan sebelumnya.
"Haaaaaaa!!!"
Srek...
"AKHHHHH!!!!" teriak salah satu monster yang terkena serangannya. rupanya rencana ini pun berhasil dan ia pun meneruskan serangannya dengan menyayat tubuh kedua monster itu dengan pedangnya. teriakan monster itu mulai menggema, sementara Debbara masih menjaga pertahanan dari belakang agar 3 monster itu tidak bisa mendekati Xaviera yang sedang melawan 2 rekan monsternya.
"Teruskan Xavieraaaaaa!!!!"
Teriakan Debbara berhasil membuat permata dikalungnya menyala dengan terang, lalu ia kembali membuat serangan yang mematikan yang mengarah pada kedua mosnter itu. dengan menggunakan pedang legendnya, ia kembali menyerang untuk yang terakhir kali. kali ini ia akan pastikan kedua monster itu akan lenyap di tangannya dan tidak akan bisa memulihkan badan mereka. ia pun membaca mantra untuk menghentikan ilmu hitam dan kembali menyerang mereka.
"HIAAAAAAAAATTSSS..."
SREK....
SREKKK.....
HAAAAAAAAAA!!!!!!!!
Xaviera berhasil membelah tubuh mereka menjadi 2, mereka yang terkena itu meringis kesakitan yang luar biasa sehingga gemaannya itu mampu merusak pendengaran. namun tidak bagi Xaviera yang terlindungi dari belakang. monster yang sudah tidak berdaya berusaha untuk memulihkan badannya. namun mereka justru tidak bisa menggunakan kekuatan mereka sebab Xaviera sudah memutus sistem regenerasi di tubuh mereka dengan pedangnya dan juga pasti gadis itu membaca mantra penghentian mantra sihir hitam. monster itu menggeram sebelum akhirnya mati.
"kep...keparat...kau... akhhh..."