Yang Qing Xia di bunuh secara kejam oleh ibu tiri dan kakak tirinya. Belum puas melihat kematian adiknya, sang kakak melempar tubuh Qing Xia ke sebuah hutan yang terkenal sebagai sarang serigala.
Sebuah jiwa dari alam lain tiba-tiba terbawa dan masuk ke dalam tubuh Qing Xia. Jiwa itu menyadari keberadaannya di dalam hutan dan saat ini dia di kelilingi oleh kawanan serigala yang sedang kelaparan.
"Haruskah ku bunuh kalian semua?"
"Wanita yang benar-benar menarik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Win, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34. Lamaran Part 2
Ling Er memberi hormat kepada Qing Xia, dia menundukkan kepalanya. "Salam kepada calon Permaisuri! Hamba Ling'er, pelayan dari kediaman Han."
"Calon Permaisuri?" gumam Qing Xia.
"Apa yang harus ku katakan? Aku masih bingung dan belum bisa mengambil keputusan." pikir Qing Xia.
"Ibu, Xin Le datang."
Terdengar suara Xin Le dari kejauhan, dia berteriak senang karena melihat Qing Xia di depan. Xin Le berlari menghampiri ibunya tanpa mempedulikan orang-orang di sekitar.
Qing Xia berbalik menatap bocah kecil itu, dia lalu memeluk dan menggendong Xin Le. "Kenapa kamu kemari?" tanya Qing Xia kepada putranya.
"Xin Le merindukan Ibu. Lagi pula, baru saja Xin Le mendengar jika Ibu akan segera menikah. Bukankah itu artinya Xin Le akan memiliki seorang Ayah?" tanya bocah itu dengan semangat 45 di wajahnya yang ceria.
"Benar, aku harus menahan semuanya demi Xin Le. Aku tidak bisa selamanya merasa takut dan melarikan diri dari semua ini. Cepat atau lambat, orang-orang akan segera tahu jika Xin Le adalah putra dari Han Ze Xin." benak Qing Xia.
Qing Xia berbalik menatap Ling Er yang masih berdiri menunggu jawaban. "Nona Ling, saya menerima lamaran dari keluarga Han. Terima kasih sudah mengantarkan semua hadiah ini." jawab Qing Xia dengan wajah tanpa ekspresi.
"Jangan berterima kasih, ini sudah merupakan tugas dari Ling'er. Kalau begitu, kami pamit dulu untuk menyampaikan kabar gembira ini kepada Nyonya." Ling Er kembali memberi hormat, dia keluar diikuti oleh rombongan pelayan yang ikut datang.
Su Xi Yan mendekati Qing Xia, dia melihat Qing Xia dengan wajah yang sangat marah. "Kau pasti akan menyesali keputusanmu hari ini!" ucap Su Xi Yan. Dia berjalan pergi tanpa berkata apapun kepada kedua orang tuanya.
Tuan Su dan Nyonya Su saling bertatapan, wajah mereka terlihat cemas dan gelisah. Keduanya mengkhawatirkan Qing Xia, entah bagaimana nasib nya ketika dia menikah di keluarga Han nanti.
Ling Er kembali ke kediaman Han, dia memberitahu Se Se jika Qing Xia menerima lamaran dari Han Ze Xin.
"Tapi, Nona Su tidak terlihat bahagia." ucap Ling Er mengingat wajah datar dari Qing Xia tadi.
"Apa maksudnya?" tanya Se Se penasaran.
"Saya melihat keraguan di wajah Nona Su, keraguan itu muncul ketika beliau mengetahui jika Tuan Muda adalah seorang Pangeran. Nona Su juga sempat bertengkar dengan kakak laki-lakinya, karena kakaknya tidak menyetujui lamaran ini."
"Su Xia Qing, Yang Qing Xia, wanita seperti apa dirinya?" tanya Se Se dalam hati.
Kediaman Su, Tengah Malam
Kediaman Su kedatangan tamu tak di undang, mereka berpakaian serba hitam dan menutup wajah dengan kain yang berwarna hitam pula. Dua di antara ke empat tamu itu masuk ke dalam kamar Qing Xia, sedangkan dua orang lagi berjaga di depan pintu kamar.
"Cepat, bawa dia!" bisik seorang pria kepada rekannya.
"Kau saja yang mengangkatnya!" keluh si rekan ketika belum melihat wajah Qing Xia. Laki-laki itu menoleh ke arah tempat tidur, dia melihat wajah Qing Xia yang sedang terlelap karena obat bius.
"Apakah dia seorang bidadari yang jatuh ke bumi?" tanya laki-laki itu dalam hati. Dia begitu takjub melihat kecantikan di wajah Qing Xia. Tanpa perlu di suruh, laki-laki berpakaian hitam itu segera menggendong tubuh Qing Xia.
Qing Xia di bawa ke sebuah tempat p*lacuran, dia di jual oleh ke empat laki-laki yang menculiknya. Melihat wajah cantik Qing Xia yang mempesona, Madam Ma segera membayar 200 tael emas untuk membeli Qing Xia.
Qing Xia saat itu tidak tahu jika di kamarnya telah terpasang wewangian yang mengandung obat tidur. Dia tertidur begitu lelap hingga tidak menyadari jika tubuhnya sudah dipindahkan ke rumah pelacur*n.
Wajah Qing Xia di dandani, pakaiannya diganti dengan sebuah kain transparan. Wanita itu lalu di baringkan di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Serahkan gadis ini kepada Tuan Muda Gong." ucap Madam Ma kepada pelayannya.
Tuan Muda Gong, nama aslinya adalah Gong He Cheng. Dia adalah anak dari Hakim Gong, hakim yang berkuasa di dalam ibu kota. Gong He Cheng sering datang ke tempat Madam Ma, dia adalah seorang pria mata keranjang dan hidung belang.
Gong He Cheng meminta gadis yang baru masuk, dia mengeluh bosan bermain dengan wanita yang sudah lama bekerja di sana. Kebetulan, malam itu Qing Xia baru saja tiba. Dia menjadi gadis yang di pilih untuk melayani Gong He Cheng.
"Nona Su, bangun!" sebuah suara memanggil Qing Xia, namun wanita itu belum juga bangun.
"Nona Su, jika kau tidak bangun juga, akan segera terjadi masalah besar." Wanita itu kembali memanggil Qing Xia, kali ini sambil menggoncang tubuhnya.
Qing Xia membuka mata, dia melihat seorang wanita paruh baya di depannya. Matanya mengerjap sebelum kembali menatap wanita itu.
"Nona Su, ayo bangun! Kita harus segera pergi dari tempat ini." Wanita itu kembali memanggil dan mengajak Qing Xia pergi.
Qing Xia melihat sekeliling ruangan, dia menatap seorang laki-laki gemuk yang berjalan melewati lorong, langkah kaki pria gendut itu semakin mendekat. Setelah memeriksa sekeliling ruangan dengan penglihatannya yang tembus pandang, Qing Xia baru menyadari di mana dia berada saat ini.
Qing Xia bangun dari tempat tidur, dia terkejut dan bingung melihat pakaiannya yang sangat transparan. "Bagaimana bisa aku keluar dengan memakai pakaian seperti ini!" pikir Qing Xia.
Wanita paruh baya itu segera menarik selimut lalu menutupi tubuh Qing Xia. Dia kemudian membawa Qing Xia keluar dari jendela kamar. Seekor kuda sudah menunggu di depan pintu gerbang, kedua wanita itu segera naik ke atas punggung kuda.
"Nona Su, tutup saja mata mu jika kau merasa takut." ucap wanita tersebut.
Wanita paruh baya itu membawa Qing Xia dengan kuda miliknya. Dia sengaja meninggalkan kudanya di depan pintu gerbang untuk berjaga-jaga.
Kuda melaju dengan kecepatan penuh, namun Qing Xia sama sekali tidak takut. Dia malah kedinginan karena angin malam menembus kulitnya yang sedikit terbuka di bagian atas dan bawah.
Sesampainya di kediaman Su, wanita paruh baya itu menurunkan Qing Xia di samping dinding tembok yang menghadap ke halaman kamar milik Qing Xia.
"Perlu bantuan?" tanya wanita itu, karena dinding tembok terlalu tinggi untuk dipanjat.
Qing Xia mengangguk, "Terima kasih!" ucapnya dengan wajah datar.
"Naiklah ke atas punggung kuda, kau akan lebih mudah memanjat dari sana." Wanita paruh baya itu mengarahkan kudanya ke dinding tembok, Qing Xia langsung naik ke atas punggung kuda lalu melompat melewati dinding tembok. Dia mendarat dengan sempurna di atas rumput yang mulai memanjang.
Qing Xia kembali ke kamar, dia melihat sosok seorang laki-laki yang sedang duduk di atas ranjang. Wajah datar Qing Xia langsung tersenyum, dia berjalan cepat ke arah laki-laki itu.
"Kapan kamu datang?" tanyanya dengan wajah yang ceria.
"Baru saja, kamu dari mana?" tanya Han Ze Xin penasaran.
"Aku...!" Qing Xia bingung harus bagaimana menjelaskan semua hal yang baru saja dia lalui.
Han Ze Xin menatap dengan seksama, setelah beberapa saat, dia baru menyadari jika tubuh Qing Xia di tutupi dengan selimut.
"Kamu kedinginan?" tanyanya dengan wajah khawatir. Han Ze Xin berdiri dan menghampiri Qing Xia.
"Sedikit!" jawab Qing Xia dengan wajah yang terlihat pucat.
Karena khawatir, Han Ze Xin hendak memeriksa kesehatan Qing Xia. Dia mengulurkan tangan ke arah wanita itu. "Berikan tanganmu!" pintanya sambil menatap wajah Qing Xia.
Qing Xia diam saja, dia tidak mengeluarkan lengannya yang masih berada di dalam balutan selimut.
Melihat Qing Xia yang terdiam, Han Ze Xin maju dan menarik selimut Qing Xia. Wanita itu menahan selimutnya, dia tidak ingin Han Ze Xin melihat pakaian yang sedang di kenakan saat ini.
Han Ze Xin kembali menarik selimut dari tubuh Qing Xia, seperti tadi, wanita itu menahan tangan Han Ze Xin. Karena kelakuan Qing Xia, muncul kecurigaan di dalam hati Han Ze Xin. Dia menatap tajam mata Qing Xia, mencoba untuk menyelidiki apa yang sedang ditutupi oleh wanita itu.
"Lepaskan!" perintah Han Ze Xin.
^^^BERSAMBUNG...^^^